Jadi hari ini kita akan melihat apa yang dimaksudkan Paulus dengan berkat Roh Kudus. Di sini ada pengertian yang indah yang berkait dengan Pribadi ketiga dari Tritunggal yaitu Roh Kudus. Dan ini berkait dengan hidup dan juga mengalahkan kematian. Di dalam ayat 9, ada pengertian yang sangat terpisah oleh Paulus di sini, dua pihak yang tidak mungkin diperdamaikan. Yang satu adalah hidup di dalam daging, yang kedua adalah hidup di dalam roh. Ini berarti kehidupan ditafsirkan oleh Kitab Suci dengan cara yang tidak independent. Kehidupan tidak muncul sendiri, Saudara dan saya mendapatkan hidup di dalam cara yang kita terima dengan pasif. Kita baru tahu kita hidup setelah kita memahami dalam kesadaran kita. Kita baru tahu kita hidup setelah seluruh sense, baik itu sense dalam syaraf maupun di dalam memori kita mulai berfungsi untuk menyimpan pengertian yang kita bisa akses kembali. Kita hidup karena kita mendapatkan hidup, kita menerima hidup dari Tuhan. Dan dalam pengertian Kitab Suci, hidup yang kita dapatkan dari Tuhan adalah hidup yang hanya mungkin terus ada dalam relasi dengan Tuhan. Tanpa ada keterkaitan dengan Tuhan, Saudara dan saya tidak hidup.
Perjanjian Lama mempunyai cara yang unik untuk mendefinisikan hidup. Dalam Perjanjian Lama hidup bisa dibagi dalam beberapa aspek. Yang pertama, sesuatu disebut hidup jika dia mempunyai kemampuan gerak. Ada istilah mengenai tanaman, tanaman hidup karena ada kemampuan untuk bergerak, jadi hidup bisa diidentikan dengan gerak. Tapi kemudian ada hal yang lebih dalam, dimana hidup itu berkait dengan kemampuan untuk menerima dan memberikan firman, menerima dan memberikan perkataan. Saudara disebut hidup karena Saudara berkata-kata. Jadi firman dari Allah menunjukan Allah itu hidup, Dia hidup dan berfirman. Manusia hidup karena manusia bisa terima perkataan Tuhan dan bisa membagikan perkataan. Maka bisa kita tafsirkan bahwa bagi Perjanjian Lama manusia disebut hidup jika dia ada di dalam sebuah komunitas. Ada dalam keadaan bisa memberi pengertian tentang siapa dirinya dan menerima pengertian tentang siapa dirinya. Lalu yang ketiga di dalam pengertian Perjanjian Lama, hidup itu dikaitkan dengan respon kepada Tuhan. Waktu kita bisa berespon dengan benar tentunya, terhadap setiap kalimat yang Tuhan katakan maka kita disebut hidup. Jadi bisa kita tafsirkan menurut Perjanjian Lama, hidup itu adalah ketika Saudara memiliki gerak, atau kalau kita tafsirkan dalam dunia kita sekarang, Saudara disebut hidup secara fisik, secara jasmani ketika tanda kehidupan dari aktivitas tubuh Saudara dan aktivitas otak Saudara bergerak sebagaimana mestinya. Lalu yang kedua, Saudara bisa dibilang hidup karena Saudara memiliki komunitas, memiliki relasi. Ketiga, Saudara hanya bisa disebut hidup kalau Saudara berespon kepada Tuhan. Maka urutan pengertian hidup dimulai dari yang rendah, aktivitas fisik lalu ditambah dengan pengertian aktivitas interaksi dengan orang lain dan ditambah lagi dengan pengertian berespon kepada Tuhan. Tapi mati urutannya dibalik, mati adalah ketika Saudara berhenti berespon kepada firman, dilanjutkan dengan berhenti berkomunitas. Saudara menjadi orang yang bukan mengasihi tapi membenci, lalu yang terakhir adalah kematian fisik. Ini urutan yang sangat penting untuk kita pahami untuk memahami hidup. Berarti hidup adalah sesuatu yang secara natural kita miliki, tapi bukan hanya itu, hidup juga berarti kemampuan kita untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dan hidup berarti kita bisa berespon kepada Tuhan. Dan kematian menghabiskan semuanya. Ketika Alkitab berbicara tentang kematian, Alkitab berbicara dalam urutan ketiga ke yang kesatu. Ada kekacauan dalam respon kepada Tuhan, itulah kematian. Dan implikasi, akibat kekacauan berespon kepada Tuhan adalah Saudara akan salah di dalam mengkomunikasikan diri dan terima komunikasi orang lain di dalam kelompok Saudara. Ini sudah terjadi pada semua orang, misalnya Kain, dia gagal berespon terhadap firman Tuhan, dia gagal berespon terhadap Habel, dan terakhir dia mati. Maka kematian fisik adalah puncak dari dua hal yang sudah kacau yang terjadi di dalam hidup manusia. Yaitu kekacauan berespon kepada Tuhan dan kekacauan di dalam komunitas, baru terakhir mati. Maka kalau kita memahami hidup dengan cara demikian, maka kita harus memahami kematian sebagai pembalik dari pengertian hidup yang ditawarkan oleh Kitab Suci. Maka kalau kita hanya memahami kematian sebagai punya fisik yang tidak berfungsi, kita cenderung meremehkan dua hal tadi, kegagalan kita menjadi berkat di tengah komunitas, dan kegagalan kita berespon kepada Tuhan. Ini hal pertama, pengertian mati dan hidup menurut Perjanjian Lama.
Hal kedua yang perlu kita ketahui adalah kehidupan di dalam Perjanjian Lama adalah sesuatu yang bergantung, tidak mandiri. Saudara tidak bisa berespon dengan benar kepada Tuhan, Saudara tidak bisa berguna di dalam komunitas, dan Saudara tidak bisa pertahankan tubuh Saudara tetap bisa berfungsi jika bukan berkaitan dengan dua, ini harus pilih salah satu. Yang pertama kaitan kepada Allah, yang kedua adalah kaitan kepada maut. Hidup Saudara itu bergantung. Tulisan Paulus dalam Surat Roma, mengajarkan bahwa dosa membuat keterkaitan kepada Tuhan sekarang pindah pada keterkaitan kepada maut, dan ini yang mengerikan. Ini tafsiran gamblang sekali dari Paulus, kehidupan itu tidak pernah bersifat mandiri. Demikian juga mati, mati tidak pernah bersifat mandiri, ini membingungkan sekali. Berarti apa itu hidup? Hidup berarti Saudara menjalankan sesuatu, yang Saudara jalankan dalam hidup, dengan kebergantungan kepada Allah. Mati berarti Saudara menjalankan sesuatu dengan kebergantungan kepada mati. Dan itu sebabnya kehidupan manusia menjadi kehidupan yang tidak bisa dilihat keunikannya, dibandingkan dengan apa pun yang ada di alam ini. Maka Pak Stephen Tong pernah mengatakan dari benda tidak hidup menjadi hidup, itu ada sesuatu yang tidak bisa dikaitkan, ada perbedaan kualitatif. Kemudian dari hidup menuju kepada hidupNya Allah itu pun ada perbedaan yang secara kualitatif berbeda. Berarti dalam Kitab Suci, Allah menciptakan hal yang tidak hidup, setelah itu mulai memunculkan hidup. Ketika yang hidup bergantung kepada Allah, maka dia bergantung kepada Allah yang memberikan hidup. Berarti dia bergantung kepada sesuatu yang akan membuat hidup menjadi sama dengan yang tidak hidup. Paulus memberikan pengertian kebergantungan kepada maut akan terjadi, akan terlihat ketika hidup Saudara tidak beda dengan keberadaan yang lain, yang mati. Maka kita akan melihat kehidupan manusia yang semakin lama semakin turun dan Paulus menjelaskan ini dalam konsep beribadah. Manusia menyembah patung seperti benda-benda langit, Ini bodoh. Maka di dalam Mazmur dikatakan “sama seperti berhalamu, punya mata tapi tidak bisa melihat, demikian kamu punya mata tapi tidak bisa melihat”. Waktu manusia menyembah patung, manusia menyembah sesuatu yang rendah dan dia menuju pada hal yang mirip keadaan yang sudah mati itu. Ini yang bisa kita lihat dalam pengajaran Paulus, karena bergantung kepada mati, maka hidup kita tidak beda dengan hidup yang bukan manusia, semakin mirip binatang dan makin lama makin mirip dengan sampah, makin mirip dengan hal-hal yang mati. Alkitab menggambarkan kehidupan kita yang semakin mirip binatang buas. Di dalam gambaran Kitab Daniel dikatakan ada binatang yang muncul, binatang ini besar sekali, taringnya begitu panjang, mulutnya begitu lebar, dia mengunyah segala binatang, setelah dia kenyang, dia berbaring di salah satu rusuknya dan rusuk binatang lain yang dia makan masih tersisa di mulutnya. Lalu binatang kedua muncul, ada gambaran kerajaan yang digambarkan sebagai binatang. Binatang kedua muncul dan binatang ini juga sama mengerikannya dengan binatang yang pertama. Binatang ketiga muncul dan binatang ini mengerikan bukan main. Inilah tiga kerajaan yang akan muncul setelah Babel. Tapi ada penafsir yang mengatakan sebenarnya bukan harus disejajarkan dengan kerajaan tertentu. Binatang yang dimaksudkan dalam Kitab Daniel adalah degradasi kemanusiaan, orang yang seharusnya memimpin, dia seharusnya mempunyai wibawa hikmat manusia untuk ditularkan diberikan kepada bawahannya. Tapi kerajaan-kerajaan dunia dipimpin oleh binatang liar, binatang yang cuma tahu menghancurkan, hantam yang lain, mengerikan, kejam, dan jahat. Maka sebenarnya Alkitab dengan caranya sendiri sedang mengatakan “binatang kamu” kepada para pemimpin. Dan ini merupakan bukan hinaan yang tanpa dasar, ini merupakan pernyataan yang akurat tentang diri manusia. Manusia memiliki penurunan dari hidup sebagai gambar Allah menjadi hidup mirip binatang. Sekarang coba kita renungkan hidup itu apa? Mengapa waktu kita jalankan hidup, kita bisa membawa hidup menjadi mirip binatang? Kita selalu memulai dengan ide yang baik, berharap ada hal indah muncul dalam kehidupan. Tapi yang mungkin terjadi adalah kehidupan kita turun, turun terus, bukan mencerminkan tapi justru mewarnakan mati. Ketika Paulus mengatakan hidup yang berdosa adalah hidup yang bergantung kepada maut, berarti kita akan makin lama makin mencerminkan maut yang kita gantungi itu. Maka pertanyaan Paulus yang sebenarnya adalah hidupmu bergantung kemana, ke dagingan, maut atau ke Kristus, Allah? Hidup manusia tidak pernah mandiri, tidak bisa berdiri sendiri. Waktu manusia hidup, dia harus pilih bergantung kepada Allah dan semakin mirip Allah, atau bergantung kepada maut dan semakin mirip maut. Itu pengertian dari Paulus tentang hidup yang ada dua, bergantung kepada Allah, bergantung kepada maut. Ini dua hal yang saya mau kita pahami sama-sama. Hal pertama tadi kematian adalah pembalikan dari respon kepada Tuhan, kehidupan dalam komunitas dan fisik yang berfungsi. Lalu poin kedua yang saya bagikan, kebergantungan hidup kepada Allah atau kepada maut.