Lalu hal ketiga yang kita perlu ketahui untuk memahami perkataan Paulus di sini adalah mengenai kehidupan yang real dijalani saat ini adalah kehidupan di dalam dosa. Saudara tidak bisa pungkiri fakta dosa, kehidupan manusia penuh dengan kerusakan. Saudara akan menyadari kehidupan manusia yang semakin lama semakin terdegradasi, makin rendah, makin miskin di dalam kelimpahan mengenal Tuhan, makin kurang dalam takut akan Tuhan. Dan ketika kita melihat hidup seperti ini di sekeliling kita, kita menjadi gentar. Apa yang bisa kita lakukan di tengah-tengah dunia seperti ini? Banyak orang yang mempunyai konsep ideal dan pengertian ideal mau dibawa ke dalam hidup, akhirnya tidak menjalankan hidupnya dengan baik. Maka Paulus di dalam ayat 9 mengingatkan “kamu tidak hidup di dalam daging, tapi seluruh lingkunganmu hidup di dalam daging. Engkau harus makin mirip Allah, tapi sekelilingmu sepertinya makin mirip binatang”, bagaimana kita bisa berharap? Saudara bisa pilih 2 cara yang salah. Cara pertama adalah cara idealis, cara yang menganggap bahwa “pokoknya setelah saya mati, saya akan menikmati hidup yang sejati”. Ini adalah gaya mengerti pengharapan dengan cara yang salah, Saudara tidak bisa lihat hidup dengan cara seperti itu bahwa mendapat hidup kekal nanti setelah mati, tidak. Hidup kekal harus dimulai sekarang, Saudara harus menikmati Tuhan saat ini. Saudara memperoleh keselaman yang membuat Saudara menjadi milik Tuhan, saat ini bukan nanti. Kalau kita berharap kehidupan yang lebih baik setelah mati, maka kita tidak punya pengertian tentang bagaimana menjalankan hidup di dunia ini. Kehidupan Kristen tidak boleh tidak seimbang seperti itu. Alkitab penuh dengan ajaran tentang bagaimana harus hidup, makanya Injil harusnya diberitakan untuk menunjukan kepada orang bagaimana mereka harus hidup.  Hidup kekal dimulai ketika kita percaya, itu dikatakan di Yohanes 3:16. Kebinasaan dimulai sekarang dan nanti digenapi di kematian fisik. Demikian hidup kekal dimulai sekarang dan nanti akan digenapi lewat kebangkitan. Itu sebabnya kita mesti mengerti bahwa cara memahami hidup Kristen sebagai hidup setelah mati itu bukan tawaran dari Surat Roma dan bukan tawaran dari Injil Kristus. Lalu cara kedua adalah cara yang berdamai dengan dosa dan kebobrokan dengan mengatakan bahwa ini biasa. Dalam tradisi agama-agama di dunia, ada yang percaya reinkarnasi. Reinkarnasi berarti kalau saya sudah mati, saya lahir kembali sebagai individu yang lain, tapi tetap saya. Reinkarnasi bukan inkarnasi, ini dua hal yang beda sekali. Inkarnasi, Kristus menjadi manusia. Tapi reinkarnasi berarti “Dunia memang kacau dan bobrok, tapi tidak apa-apa, kita bisa ulangi lagi.” Jurgen Moltmann menyadari salahnya pengertian reinkarnasi. Reinkarnasi berarti ada harapan untuk hidup yang tidak dicegah oleh kematian, tapi itu diperoleh dengan mengorbankan personhood, mengorbankan pribadi. Maka reinkarnasi mengharapkan kematian tidak menjadi akhir tapi dengan biaya, dengan bayaran kehilangan personhood, tidak ada gunanya. Orang tidak bisa tukar hidup yang bertahan setelah kematian dengan mengorbankan pribadi. Kalau begitu kematian adalah akhir yang menakutkan sekali. Bagaimana kita bisa hidup dan menikmati hidup lalu membawa kehidupan Kristen sebagai kehidupan yang mengalahkan kematian? Paulus mengatakan “kamu adalah orang yang bukan hidup di dalam daging, tidak menggantungkan hidupmu kepada maut, jika kamu ada di dalam roh”, ternyata itu syaratnya, Saudara ada di dalam roh. Mengapa di dalam roh itu penting, mengapa di dalam roh membuat kita hidup? Karena roh membuat Saudara menggantungkan hidup kepada Kristus, Saudara disatukan dengan Kristus. Disatukan dengan Kristus membuat Saudara mempunyai hidup yang kekal.

Apa itu hidup kekal? Kita akan kembali ke pengertian pertama. Kalau mati adalah kerusakan relasi dengan Tuhan, kerusakan relasi dengan sesama dan finally kematian fisik. Berarti kehidupan adalah perbaikan relasi dengan Tuhan, perbaikan relasi dengan sesama, dan finally kebangkitan fisik. Ini jalur yang Paulus ingin perkenalkan. Jadi Saudara akan mempunyai kembali pemulihan relasi dengan Tuhan, pemulihan relasi dengan sesama dan kebangkitan fisik. Yang Paulus mau katakan adalah setelah engkau di dalam Kristus, maka engkau akan mempunyai hidup, engkau tidak lagi mati. Tapi yang perlu kita pahami dari argumen Paulus sebelumnya adalah apa pentingnya berada di dalam Kristus. Banyak orang berpikir inilah Kekristenan, kalau engkau dekat dengan Allah, punya akses kepada Dia, engkau bisa minta kepada Dia, minta supaya hidupmu lebih baik. Apakah ini yang Paulus maksud? Jika Saudara milik Kristus, Saudara akan memiliki Roh Kudus yang akan membuat kehidupan Kristus mulai terjadi dalam kehidupan Saudara. Saudara akan mempunyai karakter sang raja bukan dengan mengamati saja, tapi ada roh yang sama yang ada pada Kristus, sekarang ada pada Saudara. Berarti kehidupan Kristus sekarang dibawa kepada Saudara. Saudara pilih mana, hidup di dalam keadaan longgar dan aman atau hidup dengan memiliki Kristus di dalam diri? Saudara semakin mirip Dia di dalam hidup itu jauh lebih penting dari pada Saudara menjadi orang yang menikmati kelonggaran, keenakan dan ketenangan di sekitar Saudara. Sayang sekali orang Kristen tidak mengerti bahwa hidup kekal yang Tuhan berikan adalah hidup yang dimulai dari diri Saudara, bukan dimulai dari lingkungan Saudara yang tiba-tiba menjadi baik. Itu sebabnya kalau ditanya apa yang lebih penting untuk dimohonkan kepada Tuhan? Apakah kondisi dan keadaan berubah atau keadaan mental, rohani dan kedewasaan orang Kristen berubah? Saya pilih yang kedua, saya pilih mendoakan kedewasaan orang Kristen berubah, karakter orang Kristen berubah, kesabaran, kesucian, kasih, penahanan diri, hikmat hidup itu harus dimiliki oleh orang Kristen, lebih dari perubahan lingkungan. Itu sebabnya di dalam kesatuan dengan Kristus, hidup kita digantungkan kepada Kristus yang Paulus katakan adalah “Kristus memberikan hidupNya kepadamu. Hidup Dia menjadi milikmu”, pengertian ini indah sekali. Hidup Kristus menjadi milik saya, dia memberikan RohNya ke dalam diri saya, Roh Kudus, sehingga Roh Kudus hidup di dalam saya. Saudara pernah merasa Roh Kudus hidup di dalam diri Saudara? Roh Kudus kalau bekerja itu menyatu dengan indah dengan Saudara sehingga Saudara tidak sadar kalau Dia sedang bekerja. Waktu Saudara berdoa dengan bagus, doa yang benar-benar membuat permohonan yang memberkati orang yang mendengar dan Saudara sendiri tidak mengerti mengapa bisa berdoa seperti ini, itu pekerjaan Roh Kudus. Ketika Saudara menasihati sesama Saudara, mungkin menasihati orang di sekitar Saudara dengan mengatakan “kamu mesti begini mesti begitu”, dan nasihat itu begitu indah, Saudara kaget “kok bisa ya mulutku mengeluarkan nasihat begitu indah”, itu Roh Kudus yang bekerja. Tapi apakah Saudara seperti diambil alih oleh Roh Kudus? Tidak, Roh Kudus bekerja dengan demikian indahnya, dengan demikian mulusnya sehingga Saudara rasa Saudaralah yang sedang bertindak, padahal Dia. Itu sebabnya di dalam pengertian Perjanjian Lama, Roh Kudus datang untuk memunculkan kepribadian seseorang. Maka the personhood of the Holy Spirit, pribadi Roh Kudus adalah yang akan memunculkan pribadi setiap orang pilihan. Saudara bukan yang Saudara sekarang adalah diri Saudara, Saudara adalah yang akan disempurnakan oleh Roh Kudus, itulah Saudara yang sejati. Jadi Saudara tidak bisa mengatakan “mengapa saya seperti ini orangnya?”, sekarang memang seperti ini, tapi Roh Kudus akan terus bekerja sampai kepribadian Saudara, personhood Saudara menjadi sempurna di dalam Dia. Jadi kita bersyukur kepada Tuhan karena hidup yang Kristus berikan adalah melalui Roh Kudus yang akan memunculkan personhood kita. Dan ketika pribadi kita dimunculkan oleh Roh Kudus, Saudara akan menjadi unik tetapi menyatu dengan yang lain. Maka ketika Roh Kudus menaungi Saudara, Saudara bergantung kepada Kristus, Saudara dilatih oleh Roh Kudus untuk berespon dengan benar kepada perintah Allah. Saudara akan menjadikan firman Tuhan dan kebenaranNya sesuatu yang akan menjadi landasan Saudara mengambil keputusan. Saudara tidak akan ambil keputusan karena takut, Saudara tidak akan ambil keputusan waktu marah. Banyak orang ambil keputusan karena dia takut, ambil keputusan karena dia marah, ambil keputusan karena dia merasa emosinya begitu meledak-ledak, atau emosinya begitu disakiti. Banyak orang salah seperti itu, memutuskan sesuatu berdasarkan apa yang dia rasa, bukan berdasarkan firman. Kita akan dilatih oleh Roh Kudus untuk bertindak benar karena firman Tuhan menyatakan demikian. Itu sebabnya kita perlu terus-menerus menggali teologi yang benar, tanpa teologi yang benar Saudara akan membaca Alkitab dengan ngawur. Saudara akan membaca Kitab Suci dan menyadari “ini untuk apa ya?”, konteks berdasarkan kerangka teologi yang benar itu menjadi jelas. Apakah Saudara pernah mengalami waktu membaca terus sadar “ini kan untuk ini”, itu menyenangkan sekali. “Ini pengertian yang penting untuk aspek hidup ini”, maka Saudara akan menjadi kaya hidupnya, karena Saudara akan berespon kepada Tuhan dengan benar, dan itulah hidup. Hidup berarti Saudara berespon dengan benar waktu Tuhan berfirman. Lalu Roh Kudus akan menggerakan Saudara menjadi orang yang memunyai kemampuan untuk jadi berkat bagi yang lain. Roh Kudus akan mematikan hal-hal yang najis dan hina di dalam diri Saudara. Roh Kudus akan mematikannya dan menghidupkan yang baik di dalam diri Saudara. Dan Roh Kudus akan menghidupkan diri Saudara yang fana, Roh Kudus akan memberikan Saudara kemampuan taat kepada Tuhan, Roh Kudus akan memberikan kepada Saudara kemampuan untuk hidup bersama sesama, dan Roh Kudus akan bangkitkan tubuh Saudara yang fana.

« 2 of 3 »