Saya harap setelah mendengar khotbah ini, Saudara bisa membaca dengan teliti Maleakhi hanya 4 pasal, dan Saudara bisa melihat gambaran yang lebih besar. Maleakhi kalau saya gambarkan bisa seperti tukang potret, dari pasal 1-4 dia seperti tukang potret, seorang jurnalis yang memotret kondisi kehidupan umat Tuhan. Yang dipotret ternyata bukan satu jenis orang saja, tapi jenis-jenisnya cukup banyak yaitu range dari imam, pemimpin, sampai kepada orang awam atau rakyat biasa. Dan zaman Maleakhi adalah zaman Israel pulang dari Babel, jadi setelah Israel dibuang ke Babel selama 70 tahun maka mereka pulanga tau dipulangkan oleh Tuhan ke Tanah Perjanjian kembali. Ada beberapa periode kepulangannya yaitu ada pada zaman Zerubabel, ada Ezra, diteruskan dalam zaman Nehemia. Ada beberapa hal besar yang terjadi setelah mereka pulang yaitu membangun kembali Bait Allah, diajar oleh Ezra, seorang yang kompeten mengajar Alkitab dan kemudian ketika zaman Nehemia ditutup dengan pembangunan tembol Yerusalem, sehingga kota mereka terjaga baik kembali. Tapi hal ini ternyata kalau kita membaca Maleakhi, kita akan menemukan potret yang cukup sinis, memotret kehidupan-kehidupan dengan potret-potret yang penuh dengan sindirian. Saudara kalau pernah melihat pameran foto, Saudara akan melihat beberapa jenis foto yang ditampilkan, foto itu berupa deskriptif atau berupa foto yang menggugah sesuatu, atau foto itu sedang menyampaikan kritik sosial. Dan yang kita jumpai dalam Maleakhi ini adalah foto kritik sosial, karena sebenarnya orang-orang yang pulang dari Babel adalah orang-orang yang punya tekad cukup besar untuk mengambil satu komitmen tidak menyembah berhala. Maka kalau Saudara lihat dalam Maleakhi, nanti semua percakapan ini tidak ada satu pun yang Tuhan singgung tentang dosa yang sama yaitu menyembah berhala. Tapi ternyata potret sindiran ini masih bisa ditemui karena ternyata kondisi ini sangat parah, yaitu orang-orang yang kembali ini ternyata tidak seperti yang diharapkan. Mungkin juga mereka menghadapi kondisi yang tidak diharapkan. Jadi waktu mereka pulang ke Yerusalem, mereka berharap ada pemulihan besar-besaran, karena Tuhan sudah menghukum mereka 70 tahun di Babel, maka waktu pulang ekspektasinya paling tidak mereka bisa membangun kembali kerajaan yang besar, mungkin seperti zaman Salomo, karena dijanjikan ada anak Daud yang bertahta selama-lamanya. Tapi faktanya mereka hanya melihat reruntuhan, orang-orang kelas bawah yang ditinggal karena Babel hanya mengambil orang-orang yang bagus, orang sehat, orang pintar, orang yang sudah dipilih, dan yang ditinggal hanya orang-orang sisa. Dan orang-orang sisa ini pasti adalah orang yang pendidikannya tidak bagus, semua tidak bagus, sehingga terjadi kekacauan yang cukup besar. Sehingga mereka menghadapi hidup yang sulit juga ketika pulang dari Babel. Mereka menghadapi tanah-tanah mereka diperebutkan orang, mereka menghadapi situasi politik dan ekonomi yang cukup kacau, mereka menghadapi orang-orang yang “masih saja, meskipun sudah dihukum Tuhan selama 70 tahun, masih campur dengan berhala yang lain”, masih ada juga di situ. Jadi waktu mereka pulang, mereka menghadapi hal-hal seperti ini sehingga mereka kehilangan pesan utama yang Tuhan mau mereka bawa ketika pulang kembali dari pembuangan.
Hagai 1: 6-11, ketika mereka pulang, mereka sebenarnya adalah sekumpulan orang yang seharusnya membawa message dari Tuhan. Ketika mereka pulang, mereka disuruh membangun kembali Bait Allah dan message-nya adalah Tuhan sudah mengampuni umatNya, Tuhan sudah tidak marah lagi, Tuhan sudah memulihkan umatNya sesuai janjiNya. Maka ini adalah message yang sangat penting yang seharusnya menjadi fokus utama dari bagaimana orang Israel yang pulang ke Yerusalem ini menghidupi hidupnya. Jadi waktu mereka melihat Yerusalem kacau balau, hancur-hancuran dan mereka juga mengalami kesulitan, mereka harusnya tidak lupa message ini, karena untuk itulah mereka dipulangkan kembali ke Yerusalem dan untuk mengerjakannya. Tapi ternyata kalau kita tidak mengerti fokus yang jelas, message apa yang ada di dalam hidup kita, kita akan mudah terdistraksi oleh situasi. Mereka melihat Yerusalem kacau, menanam tapi tidak keluar hasilnya, dan sebagainya, mereka melihat kesulitan. Secara real, ekonomi, politik, keamanan dan lain-lain, tapi ketika mereka melihat semua itu lebih besar dari pada message utama mereka dipulangkan ke Yerusalem, maka mereka akan menghidupi sesuai dengan apa yang mereka pikir jalannya sendiri. Oleh karena itu Tuhan mengirimkan Nabi Hagai untuk menegur mereka, mengingatkan kembali “Kamu mau mengikuti agendamu sendiri, kamu tabur, tidak pernah ada yang muncul. Kamu lakukan ini tidak ada hasilnya. Kamu makan, tidak sampai kenyang”, karena bukan untuk itu mereka dipulangkan ke Yerusalem. Mereka dipulangkan ke Yerusalem untuk mereka membangun kembali rumah Allah, untuk mereka menyatakan kembali bahwa Tuhan berkuasa, Allah sudah tidak marah lagi, Allah bisa mengampuni umatNya, Allah bisa memelihara umatNya dan Allah mau menyatakan kemuliaanNya. Di dalam zaman itu bagaimana caranya? Lewat mendirikan kembali rumah Tuhan yang sudah menjadi reruntuhan. Ketika Babel menyerang Yerusalem, rumah Tuhan hancur, maka orang bisa melihat Allah Israel sudah kalah, Allah Israel sudah mati, semua perkakas sudah diangkut dan tidak terjadi apa-apa, orang Babel aman-aman saja. Maka orang-orang bisa menganggap bahwa Allah Yehova sudah mati. Tapi ketika 70 tahun sudah berlalu dan mereka dipulangkan kembali, bukan karena mereka mengadakan pemberontakan lalu mereka terpaksa dipulangkan. Tapi tiba-tiba ada Raja Persia yang mengambil keputusan “kamu boleh pulang, bawa apa saja untuk kembali ke Yerusalem”, dan itulah anugerah Tuhan memulangkan mereka. Maka setiap hidup kita ada message dari Tuhan yang harus kita sampaikan. Hidup kita kalau tidak jelas fokusnya, message apa yang harus disampaikan, kita akan mudah terdistraksi oleh realita hidup. Dan memang itu realita hidup, realita kesusahan keuangan, kesulitan ini dan itu, macam-macam. Tapi kalau kita belajar di dalam Kitab Maleakhi ini kita akan melihat ternyata orang yang tidak punya fokus utama menjalankan message yang Tuhan sampaikan, yang Tuhan percayakan kepada kita sebagai umat atau pun sebagai orang satu per satu maka hidupnya pun akan porak-poranda. Saudara akan berkahir di dalam ekspresi iman yang apatis dan minimalis. Itu semua bisa Saudara baca di dalam Kitab Maleakhi. Tuhan mau mereka membawa satu message dan hidup kita punya satu tujuan, menyatakan message itu kepada dunia ini. Ketika mereka pulang, membangun Bait Allah, apa message-nya? Tuhan bertahta kembali. Ketika mereka membangun Bait Allah seharusnya mereka ingat Kitab Yesaya, Yesaya pernah mengatakan “ini nanti akan dihancurkan, kalau sisa akan dihancurkan lagi sampai tinggal sedikit kaum sisa”, bukankah kaum sisa ini harusnya menjadi kaum sisa yang mereka mengerti yaitu mereka pulang dari Babel, mereka adalah kaum sisa yang akan menantikan Mesias. Yesaya sudah mengatakan “nanti akan ada tunggul Isai, dari situ akan memancar yang baru”, dan bukankah mereka kaum sisa? Tapi ketika mereka sampai ke dalam Yerusalem, mereka lupa bahwa mereka adalah kaum sisa. Mereka lupa mereka ditentukan untuk itu message-nya mereka dipulangkan. Dan kemudian mereka tidak mempersiapkan diri menyambut Mesias. Dan ini yang terjadi di dalam Maleakhi. Maleakhi artinya adalah my messeger . Maleakhi, khi = akhiran i dalam Bahasa Ibrani adalah menyatakan kata ganri kepunyaan my, Maleakhi adalah my messeger. “Nabi yang dikirim adalah utusanKu untuk memberitahukan kepada utusanKu yaitu satu umat, menyatakan pesanKu”. Dan inilah yang ditegur keras oleh Maleakhi. Nanti Saudara bisa baca sendiri, kalimat-kalimatnya sangat mengerikan. Di dalam Maleakhi 2, Tuhan mengatakan “Aku kalau bisa melemparkan kotoran, Aku akan melemparkan kotoran ke mukamu”, karena orang Israel sudah tidak tahu lagi untuk apa mereka hidup dan tidak tahu lagi message apa yang harus mereka sampaikan. Dan ini adalah teguran yang sangat keras.