(Ibrani 1: 1-4; 8: 1-13)
Kitab Ibrani sangat penting sama seperti kitab yang lain karena Kitab Ibrani memberikan sorotan kepada Kristus sebagai imam. Ini adalah pengertian yang sangat dalam karena di dalam Kitab Perjanjian Lama, Imamat itu sangat penting, tugas imam sangat penting. Dan ketika Tuhan menyatakan bahwa imam sejati adalah Kristus berarti dia menggenapi apa yang para imam Perjanjian Lama kerjakan. Itu sebabnya Surat Ibrani sangat penting karena sorotan tentang Kristus ada pada pekerjaan Dia sebagai Imam. Hari ini saya akan mengaitkan pengertian dari sudut pandang imam mengenai kebangkitan Kristus. Mengapa Kristus mati dan bangkit, disorot dari pekerjaan imam.
Di dalam Perjanjian Lama, imam-imam itu dipilih oleh Tuhan. Tuhan menunjuk Harun dan anak-anaknya menjadi imam. Ini penunjukan yang Tuhan berikan kepada Musa, Tuhan mengatakan “kuduskan Harun dan anak-anaknya bagiKu, dan Aku akan memakai mereka menjadi imam”, anak-anak Harun dan juga Harun, disiapkan oleh Tuhan. Mereka masuk ke dalam tempat center dari seluruh perkemahan Israel, di depan Bait Suci. Setelah itu mereka akan dipakaikan pakaian yang sudah dirancang oleh pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus memenuhi orang-orang yang Tuhan percayakan tugas untuk membuat pakaian imam. Jadi Roh Kudus memenuhi orang untuk membuat kemah, Roh Kudus juga memenuhi orang untuk membuat pakaian imam. Baik kemah mau pun imam adalah simbol sorga dan bumi yang bersatu, itu sebabnya siapa pun yang mengerjakannya harus dipenuhi oleh Roh Kudus. Roh Kudus tidak memenuhi mereka karena mereka seniman saja, tapi Roh Kudus penuhi mereka karena mereka akan membuat sesuatu yang akan menyatakan kehadiran Tuhan. Maka kemah dibuat melalui pimpinan Roh Kudus dan baju imam juga dibuat melalui pimpinan Roh Kudus. Kemudian setelah itu imam-imam ini yaitu Harun dan anak-anaknya akan memakai baju itu, lalu mereka akan membawa korban. Waktu mereka sudah memberikan korban, maka mereka boleh mulai melayani Israel memberikan korban bagi Israel di hadapan Tuhan. Korban-korban ini diberikan supaya Israel bisa disucikan dosanya dan mereka tidak mati waktu datang menghadap Tuhan. Israel disucikan oleh pekerjaan imam. Tapi ternyata pekerjaan imam bukan hanya itu, karena imam juga bertugas untuk memastikan Taurat Tuhan ada di dalam hati Israel. Ini bagian yang penting sekali dari tugas imam, mereka bukan hanya membawa persembahan, tapi mereka juga harus menyampaikan firman, memimpin puji-pujian. Apa tujuannya mereka menyampaikan firman, pimpin puji-pujian dan membawa korban? Tujuannya hanya satu, supaya apa yang tertulis di batu yaitu Hukum Tuhan boleh tertulis di hati manusia. Sehingga apa yang Tuhan ukirkan di batu yang dibawa turun oleh Musa, menjadi terukir di dalam hati manusia. Ini tugas imam, memastikan orang Israel mengerti Taurat dan menjalankan Taurat. Maka setelah itu Tuhan mengangkat Kaum Lewi menjalankan tugas mengajarkan firman dan mereka disebar di seluruh Israel. Jadi imam punya tugas memastikan orang Israel mengenal Tuhan, mempunyai firman di dalam hati dan boleh hidup berdasarkan firman itu. Ini bukan tugas yang mudah, apalagi Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk. Alkitab mengatakan sangat sulit untuk menulis tulisan di dalam hati manusia, karena hati mereka lebih keras dari pada batu. Jadi seolah-olah Tuhan mengatakan, di dalam salah satu kitab nabi, untuk mengukir firman di batu lebih mudah dari pada ukir itu di hati Israel, hatinya keras. Ini bukan penyakit hati, ini artinya mereka sudah berontak kepada Tuhan, mereka tidak peduli, dan mereka keras kepala sekali di dalam dosa mereka. Mereka ditegur berkali-kali tapi tidak juga bertobat. Mereka diberikan hajaran oleh Tuhan, tapi tetap kembali ke cara hidup yang Tuhan benci. Ini yang menyebabkan pekerjaan para imam tidak mendapatkan tempat di hati orang Israel. Bahkan Alkitab mengatakan lembaga imam pun menjadi kacau karena mereka tidak lagi mengajarkan pengertian yang benar tentang Tuhan. Alkitab mencatat periode yang sangat menyedihkan mulai dari Kitab Raja-raja dan Tawarikh, bagaimana raja menjadi korup lalu imam menjadi korup, nabi-nabi pun menjadi korup. Saudara pasti ingat ketika Elia sedang melayani, waktu itu ada Raja Yosafat dari Yehuda bertemu dengan Ahab dan mengatakan “mari kita berperang melawan orang-orang Aram”, Ahab mengatakan “baik, orangku dan orangmu mari pergi sama-sama”. Tapi kata Yosafat “tunggu, mari kita tanya nabi Tuhan”, langsung setelah itu Ahab kumpulkan nabi-nabi yang berfirman demi Tuhan tapi tidak mendapatkan pesan dari Tuhan. Ini orang-orang yang mengucapkan firman palsu, padahal mereka adalah nabi Tuhan. Jadi pada waktu itu dibaca kita tahu bahwa meskipun Tuhan sudah mengizinkan nabi palsu terbunuh, tapi iblis memunyai cara untuk memasukan kepalsuan itu di dalam nabi Tuhan. Nabi Tuhan yang korup lebih bahaya dari pada nabi palsu. Pendeta yang korup lebih bahaya dari pada pemimpin agama lain. Jadi nabi-nabi sudah korup, imam-imam pun sudah korup. Dikatakan mereka melayani demi mendapatkan upah. Mereka melayani supaya mendapatkan bagian yang baik. Mereka melayani supaya dapat kekayaan harta dan lain-lain. Keadaan korup ini semakin parah ketika Israel masuk ke dalam periode abad 3-2 SM, waktu itu imamat sangat korup, mereka diangkat oleh pemimpin supaya mereka dapat menguasai. Pemimpin bisa menguasai agama. Bagaimana cara pemimpin menguasai agama? Pakai para pemimpin agama untuk membuat orang-orang tunduk kepada agama versi dia. Ini juga dikerjakan oleh banyak orang di dalam Kerajaan Roma, mereka meanfaatkan agama untuk mengunci orang-orang supaya tetap taat kepada mereka. Keadaan korup dan kacau masuk ke dalam agama karena politik masuk ke situ. Demikian juga dengan keadaan imam orang Israel kasihan sekali.
Maka Israel tidak punya pemimpin yang membuat mereka bisa tunduk kepada firman, tidak ada kemungkinan firman tertulis dalam hati mereka karena tidak ada pemimpin yang baik yang mengarahkan mereka. Pemimpin agama yang baik itu barang langka. Kalau Saudara baca sejarah gereja, Saudara akan lihat ada orang-orang penting yang Tuhan bangkitkan dan mereka jumlahnya sangat sedikit. Di tengah-tengah kekacauan Tuhan izinkan ada orang yang boleh bersuara membawa orang-orang kembali ke ajaran yang benar. Tuhan bisa bangkitkan orang-orang melawan ajaran yang salah, tapi tidak banyak orang yang seperti ini bisa muncul. Kalau gereja punya tradisi Kristen yang jemaatnya cuma tahu Kristen, tidak tahu apa-apa, itu bahaya sekali. Saudara bisa lihat gereja suku, bsegitu banyak orang Kristen di situ, tapi tidak tahu apa sebenarnya ajaran Kristen. Saya pernah diberi tahu oleh paman saya, dia mengatakan di kampung kami dulu tidak ada orang akan pindah agama, tapi juga orang tidak tahu apa itu Kristen. Pokoknya mereka fanatik tanpa tahu apa itu Kristen. Begitu datang agama lain, “gawat agama itu kacau, agama kita yang benar”, “apa agama yang benar?”, “Kristen”, “Kristen itu apa?”, “kami”, “apa inti ajaran Kristen?”, “bahwa kami benar dan mereka salah, itu intinya”. “Kami menyembah Yesus”, “kenapa?”, “karena Dia Tuhan”, “mengapa Dia dibilang Tuhan?”, “karena orang bilang Dia itu Tuhan. Pokoknya Dia Tuhan dan saya sembah Dia, yang penting saya lebih penting dari agama lain”. Tapi mengapa Kekristenan, apa yang diajarkan Alkitab, mereka tidak tahu. Jadi banyak orang bertradisi Kristen tanpa mengerti apa itu iman Kristen. Dan kalau kita menjadi orang yang katanya reformed, GRII, tapi kita sendiri tidak tahu apa yang kita percaya, mungkin tidak beberapa lama lagi kita akan sama dengan gereja-gereja Injili. Maka kita mesti perhatikan baik-baik apa yang sebenarnya harus kita percaya dari Kitab Suci. Maka kalau ada pemulihan yang Tuhan kerjakan itu anugerah besar sekali. Kalau kita hidup di dalam zaman dimana pengertian tentang Alkitab begitu limpah, orang-orang yang membahas Kitab Suci dan membahas pengertian Kristen begitu limpah, itu anugerah besar sekali. Saya mau tanya berapa puluh tahun lagi ke depan apakah masih seperti ini? Tidak, pengajar-pengajar baik gampang sekali ditemukan di mana-mana, Saudara tinggal ketik tema Alkitab di Google, Saudara akan temukan ada banyak orang-orang Inijli dan Reformed yang muncul di situ. Kita bersyukur sekali untuk itu. Tapi saya mau tanya 30 tahun lagi, 50 tahun lagi apakah masih seperti ini? Ketika orang-orang seperti Stephen Tong, Tim Keller atau yang lain, yang sekarang masih melayani, pelan-pelan Tuhan panggil pulang. Lalu generasi-generasi yang masih dipengaruhi pelan-pelan Tuhan panggil pulang, yang berikutnya ada apa? Siapa yang masih membawa gereja ke keadaan yang masih benar? Apakah kita doakan hal ini, apakah kita masih peduli supaya Tuhan bangkitkan orang-orang muda atau bahkan anak-anak untuk berjanji setia mau kembali kepada Tuhan, mau datang kepada Tuhan, mau jadi hamba Tuhan, mau selidiki firman dan mau bagikan itu kepada zamannya? Kalau kita masih doakan itu berarti kita adalah orang yang luas hati, masih mau memikirkan generasi yang berikut. Gregory the Great sudah tahu 2 hal penting, musik dan teologi itu penting sekali. Gereja tidak perjuangkan ajaran yang benar, gereja itu rusak. Gereja tidak perjuangkan musik yang baik, gereja itu juga akan menyingkirkan orang dari kenikmatan menyembah Tuhan yang sejati. Dua ini harus diperjuangkan. Dan jangan pikir kita bisa memperjuangkan ini hanya dengan mengatakan “kita pro hymn, bukan drum. Drum salah, hymn benar”, tidak cukup. Kita perlu tahu bagaimana menyanyikan lagu dengan benar, kita perlu tahu bagaimana menikmati puji-pujian dengan benar. Kita perlu menjadi contoh mau menikmati Tuhan lewat memuji Tuhan. Ini perlu kita miliki, kalau kita tidak mau berjuang untuk menikmati Tuhan, kita akan mudah jatuh untuk tawaran dunia yang palsu di dalam kenikmatan yang palsu juga. Itu sebabnya agama yang benar perlu diperjuangkan, dan Gregory the Great sudah tahu pentingnya memperjuangkan ini. Tapi dia bukan orang pertama atau bukan kelompok pertama yang memperjuangkan hal ini. Karena di dalam Taurat, Tuhan angkat imam untuk perjuangkan hal ini. Imam harus pastikan orang Israel punya firman dalam hati mereka, imam mesti pimpin orang Israel menyanyi dan menikmati nyanyian itu memuji Tuhan. Imam akan memimpin orang-orang menyanyi, di Bait Suci nyanyian yang agung akan dinyatakan. Orang Israel punya banyak sekali nyanyian, naik tangga ke Bait Suci pun ada nyanyiannya. Orang Yahudi sangat akrab dengan musik, mereka adalah bangsa yang sangat senang menyanyi. Mereka mau memuji Tuhan dan para imam harus memimpin orang-orang untuk menyanyi. Mazmur adalah nyanyian yang sangat indah, itu dinyanyikan dengan cara yang agung, sehingga orang-orang seperti John Calvin merasa ini harus terus menjadi bagian di gereja, mari kita kembali menyanyikan Mazmur, mari kita belajar untuk memuji Tuhan dengan cara yang agung. Imam bertugas untuk memelihara hal ini, mereka harus mengajar umat menikmati Tuhan, mengajar umat mengenal Tuhan, mengajar umat tahu firman yang benar. Maka ada istilah tugas imam adalah membuat hati orang Israel tertulis firman, ini pekerjaan yang sulit sekali. Imam mau melayani tapi Israel bobrok, sangat sulit. Ketika imam institusinya pun bobrok lalu umat juga bobrok maka Tuhan ancam dengan pembuangan.
Tapi Surat Ibrani mengetahui satu hal bahwa kebobrokan itu akan berhenti. Ini dia lihat ketika mempelajari Kitab Yeremia, di dalam Kitab Yeremia 31 “Aku akan mengadakan perjanjian baru”. Perjanjian baru yang dimaksud bukanlah Matius sampai Wahyu, perjanjian baru yang dimaksud adalah periode imam yang baru, bukan imam yang lama yaitu menurut Lewi, tapi imam yang baru menurut Melkisedek. Inilah perjanjian baru itu. Dan di sini menurut Yeremia, Tuhan akan membuat orang-orang mempunyai firman di dalam hati, “Aku akan meletakan TauratKu di dalam hati mereka, sehingga tak seorang pun perlu mengajar sesamanya kenallah Tuhan”. Mengapa tidak perlu mengajar sesama untuk mengenal Tuhan? Kalau menurut sudut pandang Ibrani, karena sekarang yang mengajar ada di sorga. Jadi Sang Imam sudah diangkat dan Dia sekarang ada di sorga. Maka di pasal 8 dikatakan kita punya Imam Besar yang mengajarkan kita firman, kita punya Imam Besar yang membuat kita mengerti firman. Yesus ada di sorga, Dia masih melayani sebagai Imam. Maka di dalam Ibrani 1 dikatakan setelah Dia mengadakan penyucian dosa, setelah mati dan bangkit, Dia diangkat ke tempat yang maha tinggi untuk melayani sebagai Imam. Sudut pandang ini indah sekali karena Ibrani melihat imam di Perjanjian Lama membawa binatang, imam di Perjanjian Lama adalah imam yang mewakili Israel untuk menyatakan kemuliaan Israel, tapi binatang itulah yang mewakili cemarnya Israel, sehingga antara imam dan binatang ini ada dua aspek yang tidak bisa satu. Maka di dalam Ibrani 9 dikatakan ini artinya darah yang asing, ini darah yang tidak diterima oleh Tuhan, karena darah yang diterima adalah darah imam bukan binatang. Maka Yesus harus mempersembahkan diri, Dia datang ke salib, menjadi Imam yang mempersembahkan darah itu untuk menjalankan tugas sebagai Imam.
Tapi dari sudut Ibrani ada hal yang penting sekali, Saudara harap bisa tangkap ini, karena ini jarang sekali dibahas. Surat Ibrani memberikan sorotan Yesus adalah Imam yang seluruh pekerjaanNya itu adalah pekerjaan Imamat, mengapa Dia pergi ke kayu salib? Untuk menjadi Imam, mengapa Dia mati? Untuk menjadi Imam. Mengapa Dia bangkit? Untuk menjadi Imam. Mengapa Dia sekarang ada di sebelah kanan Allah? Untuk menjadi Imam. Di dalam pasal 8:4-6 dikatakan “Sekiranya Ia di bumi ini, Ia sama sekali tidak akan menjadi imam, karena di sini telah ada orang-orang yang mempersembahkan persembahan menurut hukum Taurat. Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: “Ingatlah,” demikian firman-Nya, “bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu. Tetapi sekarang Ia telah mendapat suatu pelayanan yang jauh lebih agung, karena Ia menjadi Pengantara dari perjanjian yang lebih mulia, yang didasarkan atas janji yang lebih tinggi”. Bagi saya kalimat ini sangat megharukan, Yesus mati supaya Dia dapat pelayanan di sorga. Pelayanan apa? Melayani Saudara dan saya, kita dilayani oleh Yesus yang untuk menjadi pelayan ini, Dia mesti mati. Ini sudut pandang Ibrani yang sangat memukau. Bayangkan, Yesus rela menderita supaya boleh melayani kita. Tidak tentu ada orang mau melayani Saudara lalu berkorban. Tapi Surat Ibrani menekankan hal yang sangat indah, untuk melayani kita Yesus rela mati, ini perspektif yang unik sekali. Yesus tidak hanya mati untuk menebus kita, itu benar tapi Surat Ibrani sedang memahas aspek lain, Dia mati supaya Dia boleh menjadi Imamnya manusia. Orang-orang seperti kita mau dilayani, dan caranya adalah mati di kayu salib, siapa yang mau? Anak Allah mau melayani saya dengan cara mati di kayu salib, itu apa-apaan? Tapi Yesus mau lakukan itu, Dia mau mati di kayu salib karena Dia ingin melayani kita. Ini benar-benar unik, agungnya luar biasa. Maka Surat Ibrani mengatakan Yesus sekarang di sorga untuk melayani kamu dan saya sebagai Imam Besar. Mengapa Dia mau jadi Imam Besar? Karena kalau tidak, kita tidak akan punya Kitab Suci yang tertulis di hati, kalau Dia tidak mau melayani, kita tidak akan bertumbuh imannya. Kalau Dia tidak mau melayani, kita tidak mungkin selamat. Kita memang sudah ditebus oleh Yesus, tapi Surat Keluaran dan Imamat mengatakan korban binatang cuma separuh dari tugas imam. Imam membawa darah binatang, itu separuh, separuh yang lain adalah ajar firman, ajar menyanyi, ajar beribadah supaya umat Tuhan punya firman tertulis di hati mereka. Kalau firman Tuhan belum tertulis di hati mereka, mereka akan dibuang juga. Jadi imam harus bawa korban dan imam harus melatih, melayani jemaat sampai mereka bertumbuh, dan ini bukan pelayanan yang mudah. Melayani orang yang keras kepala itu susah sekali. Saya sadar melayani itu sangat sulit karena kita harus mencintai dan ingin orang jadi lebih baik. Kalau ingin orang jadi lebih baik, berarti orang itu tadinya tidak baik. Kalau Saudara melayani orang yang sudah baik, maka pelayanan yang paling cocok adalah melayani malaikat di sorga. Mengharapkan orang bertumbuh berarti sebelumnya dia tidak bertumbuh, mengharapkan orang suci berarti sebelumnya dia cemar, mengharapkan orang bertobat berarti sebelumnya dia melawan Tuhan, mengharapkan orang cinta Tuhan berarti sebelumnya dia benci Tuhan. Lalu orang-orang seperti ini harus dilayani, itu berat sekali. Apalagi kita sadar kita pun orang berdosa, orang berdosa mau melayani orang berdosa yang lain, itu sulit. Tapi orang berdosa mau melayani orang lain karena sadar, saya pun mengalami kesulitan sebagai manusia berdosa. Maka saya melayani karena saya sadar saya belajar dari kelemahan saya, saya harus mau melayani orang lain karena saya pun perlu dilayani. Karena ada orang melayani saya maka saya jadi orang Kristen, sekarang saya perlu melayani Tuhan supaya mereka jadi orang Kristen.
Yesus Kristus bukan orang berdosa, namun Surat Ibrani mengatakan Dia tetap belajar taat, tetap belajar menderita, tetap belajar mengerti orang-orang yang dilayani. Dia rele menjadi Imam dengan belajar menderita, Dia rela menjadi Imam dengan cara pergi ke kayu salib. Sampai sekarang kita tidak tahu siapa penulis Surat Ibrani. Yesus belajar melayani dan Surat Ibrani menyoroti aspek yang sangat unik untuk jadi Imam Besar, Dia perlu mati, Dia perlu memberikan darah yang tidak asing yaitu darahNya sendiri. Mengapa Dia memberikan darahNya? Supaya Dia bisa di sorga dan memang Dia ditinggikan. Alkitab mengatakan bahkan di Ibrani bagian 1, Yesus ditinggikan lebih dari semua malaikat karena Dia rela mati di kayu salib. Namun bagian selanjutnya mengatakan salah satu hal yang Yesus mau sehingga Dia rela mati dan bangkit bukan karena Dia mau ditinggikan di sorga. Salah satu hal yang mendorong Yesus mati dan bangkit karena setelah itu Dia boleh melayani kita di sorga. Dia mau melayani kita maka Dia mau tempuh apa pun. Dan ketika syaratnya menjadi Imam adalah mati, Dia rela mati. Menderita, mati adalah syarat menjadi Imam, Imam bagi kita yang bobrok seperti ini. Dia sekarang ada di sorga dan Dia melayani kita sampai saat ini, Dia terus melayani sampai kita masuk dalam istirahat, dalam rest yang sejati. Ini konsep Ibrani yang indah sekali. kamu belum rest, kamu sekarang masih menanti, kamu masih ada di padang gurun, tapi jangan kuatir, sekarang ada Imam Besar yang melayani kamu.
Bagaimana Dia melayani kita? Dengan memberikan pengajaran. Bagaimana caranya, bukankah kita terpisah? Dengan adanya Roh Kudus. Roh Kudus menyatukan kita dengan Sang Imam Besar. Sehingga apa yang dikatakan di dalam Yeremia 31 benar-benar terjadi. Pelan-pelan ayat-ayat dari firman mulai tertulis di dalam hati kita. Siapa yang tulis? Saudara sekarang bisa jadi lebih baik itu pekerjaan siapa? Pekerjaan Sang Imam Besar, karena Dia ada di sebelah kanan Bapa, Saudara pelan-pelan mulai terbentuk hatinya. Ini unik sekali, di dalam Ibrani banyak sekali kata-kata pembentukan. Di bagian awal dikatakan Kristus adalah karakternya Bapa, satu esensi dengan Bapa, tapi Dia juga memiliki karakterNya Bapa. Karakter adalah seperti satu tanda yang Saudara capkan di lilin yang akan dibakar, ini jadi tanda untuk kerajaan atau apa pun yang Saudara mau nyatakan. Yesus memiliki esensi yang sama dengan Bapa dan juga memiliki karakterNya Bapa. Setelah itu kita akan dibentuk supaya kita memiliki apa yang Dia miliki. Pelan-pelan hati kita dibentuk, Ibrani mengatakan itu bisa terjadi. Yeremia 31 bisa genap karena sekarang Kristus sedang bekerja. Ini indah sekali, coba kita pikir berapa besar perubahan yang sudah kita alami? Dulunya jahat sekarang tidak terlalu jahat, dulu pikir diri baik, sekarang baru sadar diri jahat, itu juga perkembangan. Karena banyak orang Kristen yang tidak mencuri, tidak pernah rasa diri berdosa, tidak pernah ikut dosanya orang lain, sehingga sulit baginya untuk memahami kalau dia berdosa. Tapi Sang Imam Besar bekerja untuk membuat kita sadar kita adalah pendosa yang sangat layak untuk dilaknat. Waktu itu kita sadar kita perlu penebusan, kita datang kepada Kristus, lalu pelan-pelan Dia mulai menyucikan kita. Dia mulai menumbuhkan di hati kita kesukaan kepada Allah, kita senang Tuhan lebih dari sebelumnya, sebelumnya kita senang hal lain, pelan-pelan kita menyenangi aspek-aspek yang berkait dengan Tuhan, kekudusan, kebenaran dan keindahanNya. Perubahan ini harus ada, dan Saudara bisa alami, bisa nikmati. Saudara mulai sadar kalau belum sempurna tapi sadar juga sedang menuju kesempurnaan, menjadi lebih baik dan lebih baik. Siapa yang memberikan pengertian, siapa memberikan gerakan, siapa yang memberikan pembentukan? Tuhan Yesus sebagai Imam Besar sedang kerjakan itu melalui Roh Kudus. Dia terus-menerus melayani. Dan kalau Saudara berpikir apa yang menyebabkan Dia mengejar itu? CintaNya kepada kita, maka Yesus rela mati supaya Dia bangkit dan melanjutkan pekerjaan imam yang separuh lagi. Separuh penebusab dosa, separuh lagi meletakan firman di dalam hati manusia yang keras ini. Maka Yeremia mengatakan “akan ada saatnya aku menulis firman bukan di batu, tapi di hati mereka”, dan itu sedang terjadi sekarang. Firman Tuhan tertulis di hati Saudara. Itu sebabnya Saudara bisa bertumbuh dan makin memahami bagaimana Sang Imam Besar itu melayani kita sampai sekarang. Kalau Sang Imam Besar melakukan itu demi kita, bukankah kita harus melakukan hal yang sama demi sesama dan demi Dia tentunya? Maukah Saudara mengalami pengorbanan untuk masuk ke dalam pelayanan untuk memberkati orang lain? Adakah kita rindu, misalnya kita mendaftar di kuliah yang sangat berat, membuat Saudara seperti tersiksa lagi. ada seorang dokter sharing kepada saya, dia mau studi untuk mengambil spesialis, tapi dia tahu ini berat sekali, karena kalau masuk studi, dia akan di-bully lagi oleh senior. Dia mengatakan “sebenarnya saya tidak tahu mengapa kejar ini, kalau masalah uang, itu bukan masalah, saya bukan mau cari uang. Tuhan beranugerah sehingga saya berasal dari keluarga yang banyak keuangannya, dan saya tidak perlu pikir untuk cari keuangan lagi. Jadi bukan itu yang mau saya cari. Tapi kalau saya rela berkorban melakukan ini, suatu saat saya lebih baik melayani orang, saya mau lakukan itu”, tapi untuk melayani orang, ada jalan yang perlu ditempuh yang kadang-kadang mengharuskan kita pikul salib. Misalnya Saudara mau melayani orang, mesti pikul salib, yang sebenarnya tidak begitu berat tapi bisa jadi sangat berat, yaitu masuk STT. Ada tugas kuliah yang membuat seolag panggilan itu menjauh, ini berat sekali, Saudara baca buku karena disuruh dosen, Paksakan diri untuk mengeluarkan ide itu berat sekali. Maka jangan heran kalau orang masuk sekolah teologi lalu merasa pikirannya sudah terbakar habis, dan berpikir “untuk apa saya ada di sini, ini juga belum tentu saya khotbahkan?”. Banyak hal yang membuat kita berpikir “ngapain di sini”. Tapi kalau kita ingat lagi, Yesus dipaku di kayu salib supaya bisa melayani kita. Kita menjadi orang yang malu sekali, mengapa kita tidak mau berkorban sedikit untuk melayani orang lain? Bukan cuma hamba Tuhan, di bidang apa pun tetap pelayanan. Saudara mau jadi politikus, Saudara harus terjun ke dalam dunia yang sangat menakutkan. Saudara akan tahu permainan-permainan jahat dari orang-orang dan Saudara harus punya bijaksana untuk sama cerdiknya dengan dunia, tapi beda dalam hal ketulusan. Saudara mau berbisnis, Saudara tahu harus mencegah diri dari menjadi pemuja uang, tapi harus bertanggung jawab dengan keuangan dan harus menghasilkan keuntungan yang cukup untuk menghidupi banyak dan cukup untuk menjadi berkat. Ini rumit dan berat sekali. Tapi ketika Saudara mengatakan “saya tidak mau di sini”, saya akan tanya “kalau begitu maunya di mana?”, “saya tidak mau di sini karena susah”, di mana yang gampang? Kalau Saudara menemukan pelayanan yang gampang, berarti Saudara kurang maksimal di dalam pelayanan itu. Ketika Saudara mau melayani, banyak hal berat. Saudara mau melayani sebagai hamba Tuhan, Saudara akan bertemu dengan jemaat yang begitu banyak warna, dan warnanya tidak selalu cerah. Saudara mau menjadi politikus, Saudara akan menemukan banyak tikus. Saudara mau ambil di bidang apa, tidak ada yang tidak berat. Saudara harus berjuang dan berpikir “untuk melayani oranglah saya melakukan ini”, dan inilah pemikiran yang mulia. Ketika Saudara mati-matian dalam studi, bertanggung jawab dengan nilai, bertanggung jawab mengumpulkan tugas, Saudara sadar melakukan ini supaya suatu hari bisa melayani orang lebih baik.
Kalau ini ada dalam pikiran kita, berarti kita sedang mengadopsi pikiran Kristus. Karena waktu Dia melihat jalan ke Golgota, yang Dia pikirkan adalah “setelah ini Aku boleh melayani umat Tuhan”. Dan kita yang sampah ini adalah targetNya Yesus, Dia mau mati di kayu salib, setelah itu Dia jadi Imam dan boleh melayani kita. Mari kita adopsi kerelaan berkorban ini, karena ini adalah hal yang paling mulia yang bisa terdapat di sorga dan di bumi. Para malaikat meninggikan Yesus di sorga, karena Kristus yang rela menjadi Anak Domba demi menjadi Imam Besar, Dia rela menjadi korban supaya Dia menjadi Imam yang melayani umat Tuhan, dan itulah yang sedang Dia lakukan sekarang. Pertumbuhan iman kita karena pelayanan Kristus. Dia mau melayani karena Dia cinta kita. Cara Dia melayani adalah dengan Dia mati di kayu salib. Kiranya Tuhan memberikan pengertian kepada kita tentang kematian dan kebangkitan Kristus di dalam perspektif Ibrani yang sangat indah ini, sehingga kita boleh menjalani hidup dengan kerelaan memikul salib yang Tuhan percayakan kepada kita dengan satu harapan yaitu saya boleh melayani orang. Saudara kalau menderita dengan harapan suatu saat mendapat kemuliaan, itu omong kosong. Kristus dapat kemuliaan tapi Dia memilih menjadi Imam. Tuhan angkat Dia untuk jadi Raja dan Imam, tapi yang Dia tekankan adalah tugas Dia sebagai Imam, bukan Raja. Bapa mengangkat Dia, dan Dia mau menjadi Imam. Maka kerja pikul salib, rela mati-matian supaya boleh melayani sesama, itulah jiwa yang juga terdapat di dalam Kristus yang harus kita adopsi dalam hidup kita
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)