(Ulangan 6: 4-9)
Hari ini saya akan mengajak kita di dalam tahun yang baru ini merenungkan firman Tuhan dari Kitab Ulangan. Mengapa Ulangan? Karena di dalam hidup kita sebagai orang Kristen, Tuhan mau kita mengulang diajar, apa yang telah Tuhan ajarkan, karena Kitab Ulangan sebenarnya sangat relevan untuk kita renungkan di tahun yang baru. Di dalam konteksnya, Musa di dalam seberang Sungai Yordan mempersiapkan generasi yang baru, kemudian mereka akan masuk di tanah yang baru, lalu mereka akan hadapi perang yang baru. Dan di situ mereka memperbarui perjanjian dengan Tuhan, Musa mengulang semua perjanjian yang Tuhan pernah ucapkan, semua firman diulang lagi, sejarah dikilas balik lagi, seperti kaleodoskop. Di dalam Kitab Ulangan, Tuhan mengulang perbuatan tanganNya melepaskan orang Israel dari Mesir. Maka yang diulang adalah cinta kasihNya Tuhan kepada umatNya.

Maka Ulangan ini sangat penting karena membangun sejarah bersama. Dari mana ada sejarah bersama? Pasti ada ingatan bersama. Dari mana ada ingatan bersama? Pasti ada hidup bersama. Ini hal yang perlu kita pikirkan bersama-sama. Ulangan mengajak kita melihat masa lampau untuk kita bisa melihat masa depan. Saudara dan saya kalau tidak pernah punya sejarah bersama, Saudara dan saya tidak pernah bisa berjuang bersama. Allah dan umatNya sama, kita kalau tidak punya sejarah bersama dengan Tuhan, kita tidak pernah mengerti berapa besarnya cinta kasih Tuhan. Seperti orang tua dengan anak, kalau orang tua tidak pernah cerita bagaimana dulu mereka hidup, menghadapi kesulitan, anak nanti kalau besar dia punya sejarah bersama, sehingga dia kemungkinan kecil melupakan jasa orang tuanya. Atau mungkin bangsa dan rakyat, kita sekarang tidak lagi diulang-ulang sejarah perjuangan kebangsaan, itu adalah perjuangan cerita yang membosankan, kita pikir pelajaran sejarah sangat membosankan. Tapi kita kehilangan satu hal yang penting, maka generasi kita tidak punya identitas, tidak bisa berjuang bersama, mudah dipengaruhi sini sana, karena tidak punya sejarah bersama. Sejarah yang ada kita anggap sebagai dongeng yang tidak pernah ada, hanya serentetan tanggal-tanggal yang harus kita hafalkan, tapi kita tidak pernah tahu sejarahnya apa. Maka itu menjadikan Bangsa Indonesia tidak pernah bisa punya perjuangan sama. Gereja juga seperti itu, gereja kalau tidak punya perjalanan sejarah bersama, maka gereja itu tidak bisa maju bersama. Sejarah bersama ini harus kita ulang kepada generasi selanjutnya supaya mereka punya identitas dan mereka punya kekuatan maju bersama karena punya sejarah yang sama. Dan sejarah ingatan bersama ini menimbulkan ketaatan yang out of love. Kita menaati Tuhan karena apa? Karena out of love atau karena out of profesionalitas, jadi orang Kristen memang seharusnya begini, karena out of kebiasaan, karena out of rutinitas saja, atau out of apa? Saudara tidak pernah bisa membangun ketaatan yang keluar dari cinta kalau tidak pernah ada ingatan sejarah bersama. Suami istri juga begitu, kalau sepanjang perkawinannya tidak pernah membangun sejarah bersama-sama, masing-masing tidak pernah ada ingatan bersama, maka keluarga ini tidak akan mungkin timbul cinta kasih. Mengapa Tuhan mau kita mengulang firman dan kisah-kisah di dalam Alkitab? Supaya ingatan bersama ini menimbulkan cinta kasih kita kepada Allah. Karena kita mengingat sejarah bagaimana Tuhan menuntun umatNya. Dan inilah yang harus kita ulang, obidience out of love tidak akan muncul tiba-tiba, perlu ditanam yang bertahun-tahun, bahkan Tuhan Yesus tidak di-skip melewati ini. Saudara kalau pikir waktu Tuhan Yesus menghadapi setan dalam pencobaan di padang gurun, Tuhan Yesus menang karena apa? Apakah otomatis karena Dia Allah yang menjadi manusia yang tidak pernah berdosa, pasti menang? Bukan, karena kalau Saudara perhatikan Yesus mengutip semua dari Kitab Ulangan. Dia bisa menolak siapakah Allah yang dipercaya, apa yang Allah kerjakan, dari mana Allah menciptakan, kemana Allah memimpin. Maka semua ingatan bersama ini memunculkan obidience out of love. setan, menaati BapaNya, karena itu adalah obidience out of love yang sudah Dia ulang sejak kecil. Tuhan Yesus sudah mengulang Ulangan waktu Dia kecil umur 5-12 belajar Taurat dan umur 12 tahun pergi ke Bait Allah untuk ditahbiskan menjadi anak Taurat, setelah itu Tuhan Yesus terus-menerus hidup di dalam tradisi orang Yahudi yang terus-menerus mengulang.

Di dalam menghidupi hidup kita sebagai orang Kristen, hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah selalu mengingat siapakah Allah yang kita kenal. Mengenal Allah adalah satu hal yang sangat krusial di dalam kita menghidupi hidup kita sebagai orang Kristen dan di dalam kita nanti bisa berespon dengan benar. Karena Allah telah memperkenalkan DiriNya kepada kita. Allah kita bukan yang sok misterius, semakin misterius merasa semakin hebat, kelihatan berkuasa. Allah kita justru sebaliknya, Allah yang sangat rela menyatakan diriNya, ingin DiriNya dikenal. Dan memang manusia tidak akan 100% mengenal diriNya Allah, hanya bagian-bagian yang Allah perkenalkan itu yang bisa kita tahu. Kitab Ulangan memperingatkan kepada kita bahwa ini harus diulang-ulang karena pengulangan ini membuat kita semakin kenal Tuhan, dan kalau kita semakin mengenal Tuhan, kita bisa ditumbuhkan cinta kasih dan akhirnya mendatangkan ketaatan. Kita tidak mungkin menaati Tuhan karena cinta kalau kita tidak pernah mengulang-ulang siapakah Allah. Kita hanya mengerti di dalam pikiran saja secara teori, mengerti Allah kita adalah Allah Tritunggal, tiga Pribadi satu Allah, setelah itu apa? Tidak ada, karena kita tidak pernah pikir, tidak pernah mau ulang, tidak mau kenal, tidak pernah mau cari relevansinya mengapa kita percaya Allah seperti itu. Ini yang menjadi kesulitan mengapa akhirnya kita tidak pernah mengasihi kita. Allah tidak mau kita tidak mengenal Dia siapa. Allah tidak mau kita berspekulasi tentang Allah. Kalau kita tidak mengenal Allah yang dinyatakan oleh Alkitab, kita akan menaruh sejenis allah di dalam iman Kristen kita. Kita bisa ke gereja setiap minggu dengan rajin, memberikan perpuluhan, memberikan persembahan, pelayanan dengan satu konsep pikir sejenis allah yang bukan Tritunggal. Dan pengertian itu kalau tidak beres, Saudara tidak mungkin masuk ke dalam ayat yang berikutnya mengasihi Allah dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan, segenap akal budi. Karena starting poin kita salah. Kita menaruh sejenis allah yang tidak pernah ada di dalam Alkitab. Mengerti Allah Tritunggal sangat penting, karena Allah inilah yang dinyatakan di dalam Alkitab dan inilah Allah kita. Maka ketika dikatakan “dengarlah hai orang Israel, TUHAN itu Allah kita”, ini berarti spesifik Allah itu, kalau dalam terjemahan Bahasa Yunani adalah YHWH, Allah perjanjian, maka ini bukan sembarang sejenis allah super maha itu yang bisa kita taruh dan comot di dalam iman kita. Ini Allah yang dari Kejadian sudah menyatakan diriNya. Dan Allah di dalam Kejadian menyatakan diriNya sebagai Allah Tritunggal.

Mari kita bandingkan secara sederhana, Allah Tritunggal atau kita lihat agama lain yang percaya allah juga, yang monoteisme mutlak seperti Islam, atau allah yang banyak pribadi seperti Hindu di Bali. Dari membandingkan tiga “jenis” allah ini, kira-kira Saudara dan saya bisa hidup dalam jenis allah yang mana? Sekarang poinnya apa kalau kita percaya Allah dan Allah itu tidak bisa dihidupi dalam hidup kita, untuk apa Saudara beragama? Mari kita mulai dari Allah Tritunggal, Allah Bapa, Allah Anak, Allah Roh Kudus, tiga Pribadi satu Allah. Ada keragaman ada kesatuan. Ada yang namanya relasi satu dengan yang lain, ada namanya saling mendahulukan satu dengan yang lain, ada namanya saling mengasihi satu dengan yang lain, di dalam Allah ada adil, ada kasih, ada suci di dalam diri Allah. Maka Allah seperti ini untuk menyatakan Dia kasih, tidak perlu ciptaan, tidak perlu pihak lain di luar Allah, Dia pada diriNya bisa mengklaim Dia kasih. Karena terbukti Allah Bapa mengasihi Anak, Anak mengasihi Roh Kudus, Roh Kudus mengasihi Bapa. Allah ini saling mengasihi satu dengan yang lain. Tuhan Yesus waktu datang ke dunia mengatakan “bukan dari Aku, semua yang Aku katakan dari Bapa. Aku tidak pernah ngomong dari diriKu sendiri”, berarti Tuhan Yesus, Allah Anak menunjuk kepada Allah Bapa. Lalu Allah Roh Kudus di dalam Yohanes dikatakan Allah Roh Kudus membawa orang memuliakan Kristus. Berarti di masing-masing Allah ini tidak ada perebutan kekuasaan, tidak ada saling merebut, mengkudeta satu dengan yang lain. Ini adalah Allah yang bisa kita hidupi sebagai satu society yang begitu indah. Kalau tidak, Saudara hanya punya opsi yang lain yaitu Allah model monoteis mutlak. Allah monoteis mutlak, untuk menyatakan dia adalah allah yang kasih, dia memerlukan sesuatu yang lain di luar dirinya. Karena tidak mungkin Saudara kunci diri di dalam kamar, lalu Saudara bisa mengatakan “saya ini kasih, saya ini adil”, Saudara terus berada di dalam kamar, kalau begitu mau kasih sama siapa, adil sama siapa? Saudara perlu objek lain, pihak lain untuk menyatakan Saudara kasih dan adil. Maka allah monoteisme mutlak tidak mungkin bisa membuat dirinya secara objektif membuat dirinya kasih, adil, menjadi berkat, tidak mungkin tanpa perlu pihak lain di luar dirinya sendiri. Dan kalau Allah tidak bisa berdiri pada diriNya sendiri, bisakah disebut Allah? Maka Allah memerlukan sesuatu yang lain. Maka ini sulit kita bilang sebagai Allah. Allah Tritunggal, ketika Dia mencipta apakah dia perlu penyembahan dari pihak lain supaya Dia dimuliakan? Tidak, karena Allah Bapa dimuliakan oleh Allah Anak dan Allah Roh Kudus, Allah Roh Kudus memuliakan Kristus, satu dengan yang lain tidak ada perebutan kuasa, tidak perlu saling tarik-menarik siapa harus menyembah siapa. Tetapi kalau Dia mencipta, mencipta untuk apa? Allah Tritunggal mencipta karena ekstensi kemuliaan. Kemuliaan dan kasih yang tak terbendung itu yang mau dibagikan kepada Saudara dan saya. Maka lembar pertama Alkitab mengatakan Allah menciptakan manusia sebagai gambar dan rupa Allah, satu kuasa yang didelegasi kepada manusia, satu kasih yang didelegasi kepada manusia, karena ekstensi kemuliaanNya terlampau besar. Maka Allah menciptakan karena kasih, karena kemuliaan. Tapi allah monoteis mutlak, dia memerlukan ciptaan, memerlukan pihak lain, entah itu menciptakan makhluk rohani atau jasmani atau apa pun juga, untuk menyatakan dia mengasihi menyatakan bahwa ada yang memuliakan dia, karena dia perlu pihak lain di luar dirinya sendiri. Maka kalau kita percaya Allah Tritunggal, kita hidup menjadi dasar society. Keluarga dasarnya dari mana? Allah Tritunggal, relasi dua pribadi dinikmati oleh pribadi ketiga, Allah Bapa memuliakan Anak, Allah Anak memuliakan Bapa, dan Allah Roh Kudus membawa orang datang kepada Anak. Ketika Allah Bapa memuliakan Anak dan Anak memuliakan Bapa, Roh Kudus tidak mengatakan “kita semua kan sama-sama Allah, mengapa semua harus ke Kristus, mengapa tidak ada yang memuji Aku?”, tidak seperti itu, karena Dia adalah Tritunggal. Tetapi kalau Saudara perhatikan “tritunggal” yang lain, satu mencipta, satu memelihara, satu merusak, dan begitulah siklusnya. Maka untuk kita mengenal Allah Tritunggal, Allah yang memperkenalkan diriNya, ini yang terus-menerus diulang di dalam Alkitab, kenallah Allahmu, Allah yang mewahyukan diri dari Kejadian. Allah ini yang menyatakan diri dengan mencipta seluruh dunia, mencipta manusia, dan kemudian Saudara bisa hidup berdasarkan pattern teladan relasi Allah Tritunggal. Kalau kita gali lebih banyak lagi, kalau kita merenungkan siapa Allah sampai kita meneliti lebih lagi, Saudara akan mendapat banyak berkat dari mengenal Allah. Kalau Saudara hanya tahu tiga satu, satu tiga, Saudara tidak mendapat apa-apa, karena kita tidak pernah mengenal Allah yang kita kenal. Kita hanya mengenal Allah sebagai definisi kata-kata teknis terhadap Allah, dan itu tidak akan menjadi apa-apa. Maka kita perlu mengenal Allah secara tepat, karena Allah adalah dasar kita hidup di dunia ini.

Setelah kita mengenal Allah, kita perlu mengerti apa yang Allah kerjakan. Allah mengerjakan dari penciptaan, tapi manusia menghancurkannya di dalam dosa. Kemudian Allah menebus ciptaanNya karena Allah tidak pernah punya plan B, plan C dan planning gagal, tapi Allah menebusnya sampai akhirnya Allah membawa ciptaanNya itu dalam kesempurnaan di dalam konsumasi waktu Tuhan Yesus datang kedua kali. Ini menjadi suatu cerita besar sejarah bersama Allah dan umatnya, dan ini yang harus ada di dalam pikiran kita ketika kita mengaku menjadi orang Kristen. Maka sejarah bersama yang Saudara dan saya perlu bentuk adalah sejarah bersama sebagai umat Allah dari Kejadian sampai Wahyu. Saudara perlu tahu Allah, mengenal apa yang Dia kerjakan dalam ciptaan, lalu apa yang manusia kerjakan waktu manusia di dalam dosa, apa yang Tuhan kerjakan untuk menebus ciptaanNya ini, dan apa yang Tuhan kerjakan untuk suatu saat hidup bersama ciptaanNya yang telah ditebus. Ini adalah cerita bersama yang perlu kita miliki, karena kalau tidak kita hanya percaya Yesus seperti menang undian di tengah jalan. Kita juga sebenarnya merasa tidak perlu Yesus. Cuma karena kebutuhan escape dari neraka, maka kita perlu Yesus. Kita mesti pikir kalau manusia tidak jatuh dalam dosa, betapa indahnya dunia ciptaan Allah, betapa menyenangkannya bekerja, betapa bersukacitanya kita ada orang lain, betapa beragamnya variasi yang Tuhan ciptakan. Itu adalah hidup yang luar biasa yang mungkin tidak pernah kita hidupi karena sejak lahir kita adalah orang berdosa yang tidak punya ide itu. Mari kita pikirkan karena disitulah mulainya sejarah kita bersama Tuhan. Lalu Tuhan menciptakan segala sesuatu, kita tahu ceritanya, Tuhan bersama-sama Adam dan Hawa, tapi ternyata Adam dan Hawa mengambil keputusan tidak memperhitungkan yang Allah tawarkan. Dan di situlah dosa manusia, buku ini masuk dengan pendekatan yang bagus sekali, maka manusia diusir dari Taman Eden dan sejak itu tidak pernah kembali lagi. Saudara dan saya kalau tidak punya pengertian ini, Saudara dan saya tidak perlu Yesus. Kita tidak rasa diusir dari Taman Eden, kita merasa hidup kita fine, kita bisa makan minum, punya tabungan, kuliah baik, keluarga baik, masuk sorga. Tapi kita tidak pernah merasa diusir dari Taman Eden, ada kerub yang menyala dengan pedang yang tidak mungkin membawa kita masuk. Perasaan kita diusir itu yang membuat kita selalu merindukan “Tuhan, kapan saya bisa balik lagi dalam keadaan seperti itu”. Kalau Saudara dan saya tidak pernah membangun cerita ini, maka Kekristenan kita tidak pernah menginginkan Tuhan. Allah tahu umatNya terus-menerus jatuh dalam dosa, Dia mengatakan “bangun satu bait di mana Aku rela berdiam bersama engkau”. Mulai dari tabut perjanjian yang selalu digotong ke mana pun orang Israel pergi di padang gurun, sampai mereka settle di Kanaan, mereka bisa punya raja sendiri, Allah mengatakan “bangun satu bait dimana Aku rela berdiam bersama engkau”. Maka ada satu harapan, ada bait, Allah mau umatNya datang kepadaNya, ini kesempatan satu-satunya. Tapi waktu mereka masuk bait, ada satu tirai yang besar sekali yang menutup, disitu kamu tidak bisa masuk. Kalau Saudara teliti membaca di Kitab Taurat, ada sulaman kerub membuat tanda yang mengingatkan kamu tidak boleh masuk, begitu kamu masuk pasti mati, karena orang berdosa tidak bisa berjumpa dengan Allah yang suci. Maka mereka berharap setahun sekali ada imam besar masuk membuat satu persembahan, disitu dosa mereka diampuni. Itu adalah satu hal yang mereka harapkan “saya ingin masuk lagi, berbicara dengan Tuhan, hidup bersama Tuhan. Kami ini pernah diusir dari Eden, bagaimana caranya kami bisa masuk ke situ?”. Maka kerinduan itu mendorong Saudara dan saya melanjutkan sejarah bersama ini, kita didorong untuk datang kepada Tuhan Yesus. Ketika Kristus datang, pengharapan itu jadi benar. Berarti semua yang disimbolkan itu ternyata bisa, kita bisa masuk ke taman itu, bahkan kita dibawa masuk ke Yerusalem yang baru, tapi kita bisa masuk ke ruang maha kudus dengan cara apa? Ketika Tuhan Yesus mati di kayu salib, Matius mencatat tirai itu terbelah menjadi dua.

Kalau kita tahu Tuhan begitu hebatnya, seorang bos pasti menuntut kualifikasi yang tinggi. Maka kalau kita pikir kita bekerja di tempatNya Tuhan, di dunia ini, harusnya Tuhan yang super detail, super akurat, super kreatif ini menuntut kita kualitas, prestasi. Tapi ternyata tidak, Allah yang seperti ini mengharapkan kita berespon awal mengasihi dengan segenap. Kalau Tuhan mengenal Tuhan yang tepat, kasih itu akan muncul dengan segenap. Dan ketika kasih itu muncul, Saudara akan punya ketaatan karena didorong oleh cinta kasih kepada Tuhan. Karena inilah yang diharapkan oleh Tuhan, kita diciptakan untuk bersukacita di dalam Dia, kita diciptakan untuk menikmati Dia, kita diciptakan untuk berelasi dengan Dia. Tuhan mau kita menghiraukan Dia, Tuhan mau kita senang ketika Dia ada, Tuhan mau kita senang dengar kalimatNya, Tuhan mau kita senang dengar rencanaNya. Bagaimana mencintai Tuhan? Bangunlah sejarah bersama sesuai Alkitab. Sejarah bersama dari Kejadian sampai Wahyu.