(Kolose 1: 19-20)
Di dalam Kolose yang sudah kita baca, kita akan melihat bagaimana Tuhan memberikan prinsip yang penting bagaimana kepenuhan hidup di dalam Tuhan. Ayat 19 mengatakan seluruh kepenuhan Allah berkenan berdiam di dalam Dia. Atau bisa juga diterjemahkan seluruh kepenuhan Allah dengan sangat memuaskan Allah berdiam di dalam Kristus. Adalah hal yang sesuai dengan kehendak Tuhan bahwa kemuliaanNya sengan sempurna berdiam di dalam diri Kristus. Mengapa ini penting? Karena ini menggenapi apa yang Alkitab katakan mengenai Bait Suci. Bait Suci adalah tempat yang sangat penting, karena di tempat inilah seluruh orang Israel meletakan pengharapan untuk mempunyai sukacita, damai sejahtera dalam ibadah, mempunyai kesenangan dalam pengharapan masa depan dan juga mempunyai pengertian hikmat dari firman yang senantiasa diberitakan lewat Bait Suci.
Jadi Bait Suci adalah tanda kesempurnaan hidup yang Tuhan rencanakan bagi manusia. Semua orang mencari kesempurnaan hidup, semua orang ingin hidupnya punya kualitas yang bai, semua orang punya cita-cita masa depan untuk punya hidup yang lebih baik. Tidak ada orang yang senang dengan kehidupan yang jelek dan tidak ada orang yang mau menjalani kehidupan yang buruk. Semua ingin kehidupan yang sukacita dan bahagia. Tadi pagi saya membahas pengertian yang dibahas oleh Tim Keller, dia mengatakan dunia ini terus menggambarkan kerinduan untuk adanya Taman Eden yang disempurnakan. Tuhan sudah menciptakan Taman Eden di Kitab Kejadian, tapi kesempurnaan dari ciptaan itu belum terjadi dan setiap orang sebenarnya punya kerinduan supaya itu bisa terjadi. Salah satu bentuknya adalah di dalam cerita, baik cerita anak-anak maupun cerita yang umumnya Saudara pahami sebagai cerita yang indah, yaitu ada bahagia kekal seterusnya. Dalam diri kita ada kerinduan manusia untuk adanya Taman Eden yang disempurnakan. Kita semua ingin keadaan yang lebih baik, kita semua ingin keadaan yang lebih ideal. Sehingga dalam pemikiran Yunani kuno yang diwakili Socrates dan Plato, ada dua layer dari semua keberadaan ini, layer yang lebih utama itulah dunia ide, layer yang jelek ini adalah dunia materi. Bahkan ada kisah yang unik sekali dimana sang dewa berusaha membentuk dunia tetapi gagal, ini jadi dunia materi. Sedangkan dunia yang dibentuk lebih baik, itulah dunia ide. Mengapa ada dunia ide dan dunia materi? Karena ada kerinduan terhadap yang lebih baik dan sempurna. Aristotle juga mengungkapkan hal yang sama, mengapa di dunia ada hal yang bagus, ada yang jelek? Yang bagus adalah yang mendekati standar kesempurnaan, yang sempurna, ideal, murni, agung, yang paling bagus, paling indah, paling semuanya, itulah yang utama. Lalu siapa yang lebih dekat itulah yang lebih baik, yang sedikit lebih jauh itulah yang jelek. Jadi kalau Saudara hidup di dunia ini, sadar ini tidak bisa kita abaikan, Saudara pasti punya standar penilaian, Saudara pasti akan menilai ada sesuatu yang lebih benar atau lebih baik atau lebih indah dibandingkan dengan yang lain. Mengapa kita bisa membandingkan seperti itu? Karena di dalam diri kita ada kesan bahwa yang ideal itu harusnya seperti apa, yang sedikit lebih rendah itu ada di dalam tingkat berapa, yang lebih jelek lagi ada dimana. Semua manusia merindukan yang ideal, semua manusia mengharapkan hal yang baik, yang adalah patokan, lalu kita mencoba mendekati ke arah itu. Semua cuma mereka-reka, cuma membangkitkan dalam diri kita bayang-bayang tentang kesempurnaan yang kita tidak tahu seperti apa. Mengapa manusia cuma punya bayang-bayang kesempurnaan tapi tidak pernah mengerti apa itu kesempurnaan? Karena kita cuma punya ide tentang kesempurnaan tapi kita tidak mengenal Sang Sempurna itu. Saya sadar semua manusia merindukan sesuatu yang lebih baik tapi tidak tahu apa itu. Bertahun-tahun kemudian saya mendengarkan khotbah Tim Keller mengatakan “semua orang ingin Eden yang disempurnakan, tapi orang tidak tahu bahwa mereka menginginkan itu”. Orang menikah lalu merasa kecewa mengapa pernikahan seperti ini? Standar pernikahan itu seperti apa? Kebanyakan standar manusia adalah standar yang diusahakan untuk tidak melanggar standar yang lain. Kita ambil jalan tengah supaya suami senang, istri senang, sama-sama senang. Bagaimana pernikahan yang baik? Pernikahan yang baik itu suami dan istri sama-sama senang, tidak saling melanggar. Jadi apakah bisa suami memaksimalkan kesenangannya di dalam keluarga dan kehidupan pernikahannya? Tidak bisa, karena ada perbatasan dengan kesenangan istri. Itu sebabnya kita harus deal dalam segala hal. Bagaimana suami bisa bahagia? Ada batasan, kamu boleh lakukan sampai di sini, setelah itu tidak boleh. Bagaimana istri bisa bahagia? Kamu bisa lakukan sampai sini, setelah itu tidak boleh. Semua dibatasi, apa yang kita ingin terbatas supaya kita tidak membuat orang lain kehilangan kesempatan untuk menikmati kehidupan yang sempurna itu. Jadi kesempurnaan yang ada di dalam dunia adalah kesempurnaan yang cacat. Kita ingin membuat kehidupan yang secara komunitas sempurna tapi terbatas sekali, serba terbatas. Jadi bagaimana hidup yang sempurna? Hidup yang sempurna adalah hidup yang senantiasa dibatasi oleh orang lain yang juga ingin hidup sempurna. Saya ingin menikmati semua, tapi tidak bisa. Saya ingin menikmati apa yang baik, tapi tetap tidak bisa, karena dibatasi oleh yang lain. Pembatasan ini membuat saya tidak bisa menjalani kehidupan dengan sempurna sesuai dengan yang saya mau, maka saya harus mengalah dan memberikan batasan terhadap apa yang saya mau itu, supaya orang lain pun bisa menikmati yang mereka mau. Cara ini yang kita pahami dan cara ini yang kita coba jalankan. Cara yang secara fundamen, secara dasar itu sudah salah. Cara ini mengasumsikan bahwa kita berhak meraih kebahagiaan dan kesenangan melalui berjuang, merebut dan juga memenangkannya, ini cara yang sangat duniawi. “Kamu mau bahagia, kejar. Kamu mau mempunyai kesenangan, kamu harus berjuang untuk mencapainya. Tidak ada yang memberikannya kepadamu, kamu harus berjuang sendiri”. Mau jadi orang sukses? Harus berjuang, tidak akan ada yang beri ini secara gratis. Mau menjadi orang hebat? Berjuang, tidak ada orang yang akan memberi hadiah kepada kamu, kamu harus berjuang di dunia yang keras. Sehingga kita berpikir alasan atau cara yang bisa membuat kita lebih sempurna hidupnya adalah berjuang keras demi mencapai itu.
Tetapi di dalam Kitab Suci ada berita yang mengagetkan yaitu bahwa kebahagiaan itu diberikan bukan diperjuangkan. Tuhan menjanjikan bahagia sebagai pemberian bukan sebagai hasil perjuangan. Tuhan tidak mengatakan kepada orang Israel, “kalau kamu masuk Tanah Kanaan, kamu akan berjuang supaya dapat sesuatu”. Tuhan menjanjikan “kamu akan dapat”, setelah itu baru ada perjuangan. Cara berpikir ini mesti benar-benar kita pahami, kamu akan dapat dan kamu akan berjuang. Bukan berjuang supaya dapat, tapi karena dapat maka kamu milik Tuhan, karena kamu milik Tuhan maka kamu harus jalankan kehendak Tuhan. Pengertian ini penting sekali untuk kita pahami. Bagaimana keselamatan diperoleh? Karena Tuhan berikan. Bagaimana caranya saya menjadi anak Allah? Karena Tuhan berikan. Bagaimana caranya saya satu dengan Kristus? Karena Tuhan yang anugerahkan. Tidak ada yang bisa berteriak menyerukan “berhasil, saya sudah berjuang dan mendapatkan kesatuan dengan Kristus”. Maka bahagia manusia adalah sesuatu yang Tuhan mau anugerahkan. Kalau bahagia itu dianugerahkan maka kita bisa mendapatkan bukan karena kita berhasil meraih sesuatu atau berhasil membuat bahagia kita sampai pada titik yang maksimal, tapi karena Tuhan memang mau berikan. Ini pengertian tentang anugerah yang harus kita pahami untuk mengerti bagaimana baiknya Tuhan itu. Di dalam Mazmur yang ke-103 diingatkan bahwa manusia harus mengingatkan jiwanya bahwa Allah itu baik, pujilah Tuhan karena Tuhan itu baik. Dan kita harus mengerti kebaikan Tuhan di dalam cara Dia, bukan di dalam standar yang kita tetapkan sendiri lalu suruh Tuhan taati standar yang kita sudah atur sendiri. Bahagia manusia adalah bahagia yang Tuhan anugerahkan. Tuhan menganugerahkan kesenangan, Tuhan menganugerahkan kebaikanNya untuk dinikmati oleh manusia. Semua orang harus mengenal Allah dengan cara yang tepat supaya dia tahu semuakebaikan yang Tuhan anugerahkan adalah kebahagiaan yang tidak mungkin kita peroleh kecuali kalau Tuhan mau berikan. Dan tidak mungkin kita perjuangkan, kecuali kalau Tuhan mau berikan. Maka hal pertama ini harus kita pahami mengenai hidup. Hidup adalah hidup yang menikmati anugerah, bukan yang memperjuangkan anugerah. Itu sebabnya bahagia adalah sesuatu yang Tuhan berikan, sukacita dan kesenangan adalah sesuatu yang Tuhan anugerahkan kepada manusia di dalam hidupnya.
Lalu dimanakah kesenangan itu? Di manakah bahagia ketika kita sedang berjuang di tengah-tengah dunia yang jatuh dalam dosa? Kalau Tuhan mau anugerahkan tentu kita akan terima, tapi Tuhan tidak mungkin anugerahkan secara sempurna di dunia yang sudah jatuh dalam dosa. Ini problem yang besar. Jadi saya ingin ingatkan lagi poin pertama khotbah ini, Saudara dan saya dianugerahkan bahagia, tapi apakah mungkin Tuhan menganugerahkan yang sempurna itu di tengah dunia yang sudah jatuh dalam dosa? Mungkin atau tidak Tuhan menganugerahkan kesempurnaan dari rencanaNya di dalam dunia yang sudah jatuh dalam dosa? Jawabannya adalah iya sekaligus belum. Jawabannya adalah Tuhan mau kita menikmati bahagia itu baik di dalam bergumul di tengah dunia yang penuh dosa, maupun di dalam kemenangan setelah dosa ditaklukan. Dan Tuhan mau manusia hidup di dalam cara seperti ini, hidup yang kita perjuangkan di sini adalah hidup yang secara sempurna menerima kebaikan Tuhan sekaligus secara pengharapan menantikan kesempurnaan dari pekerjaan Tuhan. Contohnya, berapa banyak dari kita yang berpikir hidup kita di sini adalah hidup yang penuh penderitaan dan kesulitan? Semua pasti berpikir begitu, tapi adakah bahagia dan kesenangan yang Tuhan berikan? Ada. Kesenangan yang Tuhan berikan itu ada di sini atau di sana? Umumnya orang mengatakan di sana dan belum diperoleh di sini, di seberang sana ada bahagia, sukacita, kesenangan, kepenuhan dan kelimpahan bahagia sejati bagi manusia. Jadi di seberang sana baru kita senang, di sini belum bisa senang. Ini yang umumya orang pikir. Sehingga kita punya pola pikir yang mirip dengan dunia. Kalau pola pikir duniawi adalah mau bahagia, kejar. Itu cara pikir yang salah. Dan ada hal kedua yang juga salah di dalam cara berpikir duniawi yaitu kehidupan yang penuh bahagia tidak mungkin diperoleh di sini, baru diperoleh nanti. Tidak ada bahagia di dalam hidup di sini, baru diperoleh nanti. Apakah ini salah? Saya percaya ada hal yang salah dalam cara berpikir seperti ini. Sebab dengan cara berpikir seperti ini, Saudara dan saya tidak mungkin bisa menikmati Tuhan dan tidak mungkin bisa menikmati kesempurnaan dalam Tuhan pada waktunya nanti. Ada seorang bernama Catherine Tanner mengatakan kalau engkau tidak menikmati Tuhan sekarang, tidak mungkin engkau menikmati Tuhan nanti. Kalau engkau menikmati Tuhan sekarang, engkau akan menikmati kesempurnaanNya nanti. Kalau engkau menikmati apa sekarang lalu menikmati Tuhan nanti, maka Tuhan yang engkau nikmati nanti adalah Tuhan yang baru, bukan Tuhan yang memperkenalkan diri sejak awal. Maka Tuhan menginginkan kita hidup di tengah dunia dengan pengenalan yang benar akan sukacita dan bahagia yang Tuhan berikan untuk kehidupan sekarang. Ini yang mau disoroti dalam pengertian Surat Roma. Saudara dan saya menikmati hidup sekarang, Saudara mulai berpikir apa yang nikmat dari hidup di sini? Coba kalau kita membuat list apa yang menyenangkan dalam hidup Saudara, Saudara mungkin membuat list pertama, yang menyenangkan adalah punya istri yang sabar, boleh dengar khotbah di GRII, ada keamanan pekerjaan yang kariernya naik terus. Kita sering kali bersyukur kepada Tuhan untuk segala kebaikan yang kita bisa antisipasi sebelumnya. “Puji Tuhan karena karier saya menanjak”. Jangan berpikir bahwa kenikmatan hidup adalah sesuatu yang kita sudah set sebelumnya lalu kita ingin itu dijalankan dengan cara Tuhan memberikannya kepada kita. Hidup itu senang kalau apa? Misalnya kalau bebas dari penyakit, bebas dari bencinya orang, diterima orang, jadi selebriti. Seringkali kita punya pola pikir seperti ini. Tetapi waktu kita merenungkan tentang Bait Suci di dalam Perjanjian Lama, baru kita tahu bahwa bahagia yang Tuhan berikan bagi manusia itu berbeda. Karena kita tidak mengerti apa yang membuat senang dari Bait Suci. Orang Israel datang bawa darah, potong korban, masa potong korban membuat orang senang? Lalu memuji Tuhan di Bait Suci, mendengarkan firman, menyatakan kekudusan Tuhan, semua ini melatih Israel untuk mengerti bahagia paling jelas dan sejati adalah kalau Tuhan rela hadir.
Kalau Tuhan rela hadir, kita akan mengalami kesempurnaan hidup. Tetapi di dalam Kolose ada sesuatu yang baru dari tafsiran Paulus mengenai kehadiran Allah. Allah bukan cuma hadir lalu penuhi Bait Suci. Allah bukan cuma hadir memenuhi satu tempat yang sudah ada. Allah memenuhi bumi dengan cara Dia menjadi manusia. Maka di dalam Kolose dikatakan kepenuhan Allah berkenan berdiam di dalam Kristus. Ini sama sekali tidak berarti Kristus ada di dunia lalu Allah berkenan diam di dalam Kristus, pengertian ini sangat bidat. Kristus bukan menjadi Allah, karena tadinya Dia manusia lalu dipenuhi Allah sehingga jadi Allah, tidak seperti itu. Tapi yang dimaksudkan oleh Paulus adalah bahwa kehadiran Tuhan yang genap bukan di Bait Suci secara fisik di Israel, bukan Bait Suci yang berdiri di Yerusalem, melainkan ketika Sang pribadi kedua dari Tritunggal menjadi manusia. Pada waktu Dia menjadi manusia, waktu itulah kepenuhan Bait Suci disempurnakan. Disempurnakan dengan cara Allah menjadi bertubuh, Allah mempunyai fisik. Jangan pisahkan lagi, “kalau begitu ada fisik, tapi rohnya Roh Allah”. Semua pengertian Kristologi harus kita bereskan dengan baik, harap Saudara ada waktu untuk baca buku tentang Kristologi sehingga saya tidak menjelaskan detail, tapi Saudara sudah mengerti apa yang saya maksudkan. Kristus adalah kepenuhan Allah secara bertubuh, maksudnya adalah waktu Kristus datang ke dalam dunia, Kristus membawa kepenuhan Tuhan di dalam hidup di dalam tubuh. Ini penting bagi Paulus karena ini berarti Saudara dan saya yang hidup juga di dalam tubuh, mengerti bagaimana hidup dengan kesempurnaan, bahagia dan sukacita karena Kristus jalankan kehidupan di dalam tubuh untuk menyatakan kepenuhan Tuhan. Kepenuhan Tuhan tidak dinyatakan sebagai standar ideal yang tinggi di sana, kepenuhan Tuhan adalah sesuatu yang disempurnakan lewat hidup manusia. Kepenuhan Tuhan itu bukan ide abstrak yang ada di langit, kepenuhan Tuhan adalah hidupNya Kristus di bumi. Hidupnya Kristus di bumi itulah kesempurnaan dari kepenuhanNya Tuhan. Kalimat ini benar-benar mengharukan, ketika kita sudah dikacaukan dengan konsep-konsep kesempurnaan di sorga, kesempurnaan hidup di sana, kita semakin melihat hidup kita terpisah jauh dari bahagia sejati. Tapi waktu Kristus berinkarnasi, pada waktu itu kita tahu bahagia sejati bukan saja tidak jauh, tapi ada di sini. Saudara bisa bahagia dalam hidup karena ada fisik, tubuh yang dihidupi sebagaimana Kristus menghidupi hidupNya di dunia ini. Maka Paulus mengatakan di dalam Kristus berdiam dengan sempurna seluruh kepenuhan ke-Allah-an dan Allah sukacita karena hal itu. Sorga senang karena idealnya hidup manusia dinyatakan di dalam Kristus dan bumi pun senang karena kepenuhan Allah sekarang berdiam secara fisik di tengah-tengah manusia. Maka waktu kita merenungkan tentang kesempurnaan itu, kesempurnaan itu Tuhan bawa untuk dihidupi secara real. Kesempurnaan bukan ide yang di luar dunia, bukan ide yang tidak punya pengertian praktisnya, tapi ini adalah ide yang diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Tidak ada kalimat lebih indah di dalam mengerti ideal selain dari yang dikatakan Kolose ini. Kamu mau tahu yang ideal? Yang ideal bukan yang disana, tapi yang dijalani sehari-hari. Kristus hidup sehari-hari, menyatakan kesempurnaan Tuhan, itulah kesempurnaan yang Saudara dan saya jalankan juga di dalam hidup. Maka hal kedua sudah saya selesaikan. Hal pertama bahwa bahagia sejati bukan seperti dunia ini. Hal kedua, bahagia sejati ada di dalam Tuhan yang menyatakan kehadiran bahagia itu melalui Kristus.
Sekarang bagian ketiga. Lalu bagaimana kita memahami kepenuhan Tuhan, bahagia sejati, ideal yang sempurna itu dinyatakan dalam dunia ini melalui kehidupan Kristus? Yang kita bisa pahami adalah kesempurnaan Tuhan dibawa di dalam kerelaan Tuhan untuk hidup di dalam tubuhNya. Ini yang saya sebut sebagai teologi tubuh menurut Paulus. Paulus kalau bicara tentang tubuh, baik di dalam Roma, Korintus, Efesus, tiap kali dia bicara tubuh, dia selalu bicara tentang media yang melaluinya kita bisa persembahkan sesuatu. Tubuh dimiliki untuk diberikan, ini pengertian Paulus yang jelas sekali. Mengapa kamu bertubuh? Supaya kamu bisa memberikan hidup. Bagaimana cara memberikan hidup? Dengan beri tubuh. Kristus memiliki tubuh untuk diberikan. Mengapa Kristus memberikan tubuhNya? Karena Allah adalah Allah yang seperti ini. Kita tidak akan mengerti Allah itu seperti apa, kita tidak akan mengerti sifat memberiNya Allah, kita tidak akan mengerti sifat rela berkorbanNya Allah kalau Dia tidak menyatakan semua itu di kehidupan manusia. Mengertikah kita kalau Allah itu berkorban? Kita tidak mengerti, karena bagi kita Allah itu sempurna dan tidak ada apa pun yang akan mengganggu Dia, konsep berkorban tentu bukan konsep Allah. Tapi ada salah satu dari pembicara Refo 500 mengatakan bahwa pengorbanan adalah sifatNya Allah, Allah adalah Allah yang rela berkorban. Saudara dan saya tidak akan kenal Allah kecuali kita mengenal Dia sebagai Allah yang rela berkorban. Sehingga pengkhotbah itu mengatakan kamu jangan berkata “mengapa Allah mau berkorban? Dia sudah sempurna, mengapa rela berkorban?”, tapi engkau harus mengatakan “karena Dia adalah Allah maka Dia berkorban. Karena Allah adalah Allah yang rela berkorban”. Manusia tidak mengerti ini, Allah yang mengerti ini karena ini bagian dari sifatNya Allah. Allah adalah Allah yang rela berkorban. Karena itu ketika Dia menjadi manusia, Dia menjalankan hidupNya di dalam tubuh dengan cara memberi dan berkorban. Dan Alkitab mengatakan inilah kepenuhan ke-Allah-an itu. Kepenuhan ke-Allah-an bukan tiba-tiba Saudara mampu melakukan tindakan mujizat. Banyak orang berpikir kepenuhan itu seperti itu, “Allah berdiam di dalam kamu”, “apa tandanya?”, “waktu kamu berkhotbah, berkuasa sekali”. Ada orang yang mengatakan Charles Spuergon itu berkuasa sekali sehingga gerakan tangannya pun membua torang bertobat. Lalu Saudara pikir penuh dengan ke-Allah-an, dipenuhi dengan kepenuhan Allah itu seperti itu, khotbah sedikit, orang langsung bertobat. Sering orang salah memahami kesempurnaan hidup dalam ke-Allah-an, menikmati kehadiran Tuhan dan kesempurnaan hidup sejati. Tapi waktu Tuhan menjadi manusia, Tuhan tunjukan ini kesempurnaan itu. Karena waktu Dia menjadi manusia, Dia tidak berkurang ke-Allah-anNya, Dia tidak menjadi manusia dengan kehilangan ke-Allah-an. Yesus bukan mantan Allah. Tidak ada pengakuan iman mengatakan “Yesus Kristus, pribadi yang satu dan mantan Allah sekarang menjadi manusia”. Dia adalah Allah sejati, dan justru itu yang membuat konsep ini jadi penting. Karena Dia adalah Allah kita akan mengerti apa yang Allah kerjakan kalau Allah jadi manusia. Allah menjadi manusia dan Dia memberikan tubuhNya untuk berkorban. Inilah kepenuhan ke-Allah-an yang berdiam di dalam diri Kristus.
Kepenuhan bukan dari kuasa, yang mampu menaklukan sakit, menaklukan laut yang bergoncang dan lain-lain, tapi kemampuan untuk tunduk menyerahkan tubuh untuk dipersembahkan lalu menjadi berkat bagi yang lain. Ini teologi tubuh yang indah sekali dari Paulus. Paulus mengatakan persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, tubuh untuk dipersembahkan. Paulus juga mengatakan “hai laki-laki, hai suami, tubuhmu bukan milikmu tapi milik istrimu”, inilah dedikasi tubuh secara literal dan real. Saudara menikah, Saudara memberikan tubuh Saudara untuk pasangan, bukan lagi milik Saudara. Paulus mengatakan kita punya tubuh untuk diberikan, karena ada tubuh ini kita bisa memberikan secara real, bukan cuma konsep palsu, benar-benar mendedikasikan tubuh ini untuk yang lain. Dan itu yang Paulus katakan tentang Kristus, mengapa Dia bertubuh, supaya Dia bisa pergi ke kayu salib. Mengapa Dia bertubuh? Supaya Dia jadi korban bagi manusia. Dan Paulus mengatakan inilah bahagia, inilah kepenuhan Allah yang berkenan berdiam secara sempurna, bukan di Bait Suci tapi di dalam tubuh Kristus.
Maka setelah kita memahami hal ini baru kita tahu Natal adalah tentang Tuhan yang menunjukan bagaimana kalau Dia bertubuh. Kalau Dia bertubuh bagaimana Dia akan hidup? Dan itu sudah Dia lakukan. Dia bertubuh dan Dia mendedikasikan tubuhNya bagi yang lain. Manusia bertubuh dan mau manusia lain mengalah untuk dirinya, maka dia tidak pernah mengalami sukacita. Itu sebabnya di dalam konsep Kristen yang ada bukan pembatasan orang lain dan pembatasan diri supaya ada jalan tengah. Yang ada adalah pembatasan diri sampai maksimal demi menggenapi apa yang Tuhan mau supaya menjadi berkat bagi orang lain. Pengertian yang sepertinya simple, tapi perlu Anak Allah menjadi manusia untuk menunjukan pada kita bahwa itu mungkin dilakukan. Mari belajar seperti ini, mari belajar mendedikasikan tubuh kita untuk menjadi korban. Bukan untuk menikmati diri, tapi untuk diri dinikmati orang lain. Pernikahan bagi Paulus sangat penting, karena ini adalah dedikasi paling total. Saudara bisa mempersembahkan tubuh dengan arti mempersembahkan tenaga, mempersembahkan pikiran, mempersembahkan ketekunan, mempersembahkan kegiatan, tapi Saudara tidak akan berikan tubuh ini secara literal kecuali kepada pasangan Saudara. Itu sebabnya pernikahan menjadi gambaran sempurna tentang pemberian diri Kristus bagi umatNya, bagi jemaatNya. Maka Paulus mengatakan di dalam Kolose, di dalam dirinyalah seluruh kepenuhan Allah berkenan berdiam dengan cara yang menyukakan Allah. Dan ayat 20, “dan oleh Dialah dia memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di sorga, setelah Dia mengadakan pendamaian oleh darah salib Kristus”. Apa yang Allah lakukan kalau Dia bertubuh? Allah akan pergi ke kayu salib dan mencurahkan darahNya di situ. Mengapa Dia melakukan itu? Karena Dia adalah Allah. Lalu apa yang harus kita lakukan untuk meneladaniNya? Jika engkau mau meneladani Kristus, maka hiduplah seperti Allah hidup ketika Dia menjalani hidup di dunia ini, yaitu dengan mendedikasikan tubuh untuk apa yang mendatangkan bahagia bagi yang lain, sesuai dengan kekudusan, kebenaran, dan kesetiaan dan kasih Allah. Kiranya ini boleh menguatkan kita dalam merenungkan Natal. Natal bukan hanya mengenai orang-orang yang membawa hadiah datang kepada Tuhan Yesus, apalagi mengenai Santa Klaus, pria tua yang cuma teriak ho-ho-ho. Natal adalah tentang Allah yang menyatakan kalau Dia menjadi manusia bagaimana Dia akan hidup. Mengapa Kristus hidup dengan cara seperti ini? karena inilah sifat Allah dan ini akan menjadi jelas waktu kita merenungkan apa yang Dia kerjakan dari waktu Dia melayani pertama sampai Dia mati di kayu salib. Alkitab mengatakan Dia tidak pikir tempat untuk Dia baringkan kepala, Dia tidak pikir kemuliaan untuk diriNya sendiri, Dia tidak pikir apa pun. Mengapa demikian? Karena Allah memang seperti itu. Allah membagikan kemuliaanNya untuk pribadi yang lain, bukan untuk diriNya. Bapa meninggikan Anak, Anak meninggikan Bapa, Roh Kudus meninggikan Anak, Anak meninggikan Roh Kudus. Setiap keagungan dari pemberian diri ini kita pelajari dari Tuhan. Dan Tuhan tidak ingin konsep berkorban ini jadi konsep ideal di sorga. Dia ingin konsep pengorbanan ini menjadi konsep yang diwujudkan di dalam tubuh dan itu yang Dia mau kita kerjakan di dalam tubuh kita selama kita hidup di dunia ini. Inilah bahagia sejati. Harap kita beriman cukup kuat untuk menyadari hal ini, sehingga ketika kita mendedikasikan hidup bagi yang lain, waktu itu kita menyadari “memang benar ya Tuhan, inilah bahagia sejati bagi manusia”
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)