(Yohanes 8: 48-58, Kejadian 22: 8-18)
Di dalam Yohanes di katakan bahwa “Abraham, bapamu bersukacita karena dia melihat hariKu”, hari Anak Manusia, ini kalimat besar sekali. Karena orang Yahudi tahu Abraham adalah orang yang paling besar di dalam sejarah Perjanjian Lama. Abraham adalah tokoh yang paling dihormati, sehingga ketika orang Israel membuat pengharapan eskatologi mereka, mereka menempatkan Abraham sebagai penghargaan paling tinggi untuk siapa pun yang ikut Tuhan. Makin engkau setia ikut Tuhan, makin tempatmu di sorga dekat pada Abraham. Makin engkau sembarangan menjalani hidup, makin tempatmu di sorga jauh dari Abraham. Abraham adalah kekasih Allah, dia akan duduk sangat dekat dengan kemuliaan Allah dan orang-orang yang lain yang mau ikut Tuhan dengan setia, akan ditempatkan di tempat yang dekat dengan Abraham. Dengan pengertian inilah Yesus berkata dalam Injil Lukas bahwa ada orang miskin bernama Lazarus yang hanya bisa mengambil sisa-sisa makanan, rebutan dengan anjing. Waktu dia mati, dia duduk di pangkuan Abraham, ini penghormatan yang luar biasa besar. Dan Yesus mengatakan penghormatan ini diberikan kepada seorang miskin yang dianggap setara dengan anjing. Banyak hal dalam Kitab Suci memakai cara pandang orang Yahudi, sehingga kalau kita kurang mengerti cara pandang itu mungkin kita tidak dapat menangkap inti sari dari berita di dalam Alkitab, atau bahkan provokasi yang Alkitab coba timbulkan dengan pengertian-pengertian yang beda dari pengertian umum dari orang Yahudi. Abraham adalah tokoh yang sangat penting, dan di dalam Kitab Suci pengharapan Israel adalah pengharapan yang akan genap karena janji Tuhan di dalam Kejadian 12 dan 22. Pada Kejadian 12, Tuhan mengatakan “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar”. Tapi ada juga Kejadian 22 dimana Tuhan mengatakan “Abraham akan punya keturunan dan keturunan itu akan memberkati banyak bangsa”. Inilah yang digenapi oleh Yesus Kristus, Dia adalah Sang Keturunan Abraham dan Dia mengklaim bahwa diriNya adalah yang menarik bangsa-bangsa kepada Tuhan karena Dia adalah yang dijanjikan melalui Abraham. Sehingga Dia berani mengatakan “Abraham bapamu bersukacita karena melihat hariKu”. Yang Yesus maksud adalah Abraham punya pengharapan yang melampaui kehidupannya di bumi. Karena apa yang diharapkan oleh Abraham tidak terjadi waktu Abraham hidup. Apa yang diharapkan Abraham tidak didapatkan oleh Abraham sampai Abraham mati. Tetapi setelah dia mati, setelah dia ada di sorga bersama dengan Tuhan, ribuan tahun setelah dia mati, Tuhan menggenapi dengan mengirimkan Yesus Kristus. Yesus adalah penggenapan janji kepada Abtaham, tapi kita harus tahu dulu apa yang Tuhan janjikan kepada Abraham, apa inti janji Tuhan kepada Abraham. Di dalam kisah Kejadian, sebelum Tuhan memanggil Abraham, Tuhan baru menyerakan bangsa-bangsa ke seluruh bumi, Tuhan membuang bangsa-bangsa karena mereka mendirikan menara yang ujungnya sampai ke langit, mereka menolak Tuhan, mereka menolak memenuhi bumi, mereka menolak untuk menyembah Tuhan, mereka mendirikan menara yang ujungnya ada lambang langit. Ini semacam zigurat kuno yang ditujukan untuk mengundang dewa-dewa datang dan diam di tengah-tengah manusia. Tuhan memang benar-benar turun, tapi bukan untuk berdiam di tengah-tengah manusia. Tuhan turun ke bumi untuk mengacau-balaukan manusia, sehingga sejak menara Babel muncul banyak bangsa. Manusia tidak lagi menjadi kesatuan, manusia tidak lagi satu bangsa dan satu bahasa, manusia menjadi banyak bangsa dan banyak bahasa. Terpecah-pecah, banyak fraksi, banyak fragment, banyak suku, banyak bangsa, banyak bahasa. Manusia tidak akan pernah tenang karena bangsa akan bangkit lawan bangsa, suku akan bangkit lawan suku, kelompok yang satu akan benci kelompok yang lain, kelompok lain akan membela diri dengan menyerang kelompok yang dianggap menjadi ancaman. Maka bumi tidak pernah berhenti dari kekacauan, peperangan, dan kerusakan karena manusia terpecah-pecah.

Ini bukan maksud dari Tuhan untuk dibiarkan sampai selama-lamanya. Karena Tuhan menjanjikan kepada Abraham, “melalui keturunanmu satu orang seluruh bangsa di bumi akan mendapat berkat”. Tapi Tuhan tidak menjanjikan dia akan menyatukan seluruh bangsa menjadi hanya satu. Dia mengatakan melalui keturunan Abraham seluruh bangsa akan mendapat berkat, seluruh bangsa akan pertahankan identitas mereka, tapi mereka akan mendapat berkat dari Tuhan. Berarti, kalau Saudara mengerti janji di pasal 22, “seluruh bangsa akan mendapat berkat” kaitkan dengan janji sebelumnya “Abraham, kamu akan menjadi bangsa yang besar”, berarti Abraham akan menjadi bangsa yang besar lalu Tuhan akan berkati bangsa-bangsa lain juga. Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa keturunan Abraham akan menjadi satu-satunya bangsa. Tidak pernah ada dalam janji final Tuhan bahwa keturunan Abraham hanya terdiri dari satu bangsa, dan satu bangsa itu saja yang diberkati sampai selama-lamanya, itu tidak pernah ada. Apakah pernah ada periode di mana Tuhan memberkati satu bangsa dan mengabaikan bangsa-bangsa lain? Ada, periode Perjanjian Lama. Di dalam Perjanjian Lama, Tuhan hanya memberkati Israel dan Tuhan mengabaikan bangsa-bangsa lain. Apakah seluruh Perjanjian Lama berbicara itu? Ternyata tidak, yang bicara tentang Israel sebagai umat kesayangan Tuhan hanya sebagian dari Perjanjian Lama. Sebagian lagi berbicara tentang penghukuman Israel, sebagian lagi berbicara tentang pengharapan masa depan yang bisa diperoleh oleh Israel. Israel tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi satu-satunya bangsa sampai selama-lamanya. Tetapi Israel yang diberikan kesempatan untuk menjadi bangsa pilihan Tuhan, yang dipimpin oleh firman. Yang baik dari Israel bukan karena Israel ini bangsa yang dipolih oleh Tuhan, tapi yang baik dari Israel adalah karena Israel akan mendapatkan Taurat dan dipimpin oleh Taurat itu menjadi bangsa yang menjadi berkat bagi kemuliaan Tuhan. Pilihan yang menyatakan kita menjadi anak Tuhan itu baru separuh dari keistimewaan menjadi umat Tuhan. Waktu Tuhan keluarkan Israel dari Mesir, lalu Tuhan mengatakan “engkau adalah umatKu dan Aku adalah Allahmu” itu baru sebagian dari kemuliaan yang bisa dinikmati oleh Israel, karena mereka baru mendapatkan identitas tapi mereka belum menjalani identitas itu. Itu sebabnya Tuhan memberikan Taurat supaya mereka belajar menjalani hidup sebagai umat Tuhan.

Kita menjadi umat Tuhan bukan karena Tuhan pilih kita, kita menjadi umat Tuhan karena kita sudah disiapkan untuk segala pekerjaan baik. Saudara bisa baca di Efesus 1 awal mengatakan kita adalah umat pilihan dipilih sebelum dunia dijadikan, di dalam Kristus kita semua dipilih. Tapi Efesus 2 mengakhiri dengan perkataan di ayat 10, di tengah dari Efesus 2 mengatakan kita semua dipilih oleh Tuhan untuk disiapkan mengerjakan pekerjaan baik yang disiapkan Allah sebelumnya. Tuhan memilih supaya yang dipilih membuktikan pilihan Tuhan dengan hidup yang beres. Tuhan pilih Israel supaya Israel buktikan kepada dunia bahwa mereka benar-benar umat Tuhan, dan itu sebabnya Tuhan memberikan Taurat kepada mereka. Jadi Israel istimewa kalau mereka menjalankan Taurat. Ini jelas sekali dikatakan di dalam Roma, jika bangsa lain yang tidak kenal Tuhan, tidak kenal TauratNya menjalankan apa yang Tuhan mau, Tuhan tetap akan lebih senang bangsa ini dari pada Israel yang memberontak kepada Taurat. Jika ada manusia karena dorongan hatinya menjalankan apa yang Tuhan perintahkan, Tuhan akan lebih memilih orang ini dari pada bangsaNya yang sudah Dia pilih. Tapi adakah orang yang seperti ini? Paulus mengatakan di dalam Roma, tidak ada. Tapi dia mengatakan seumpama ada, Tuhan akan mengasihi orang itu lebih dari bangsaNya sendiri. Tuhan tidak pilih Israel supaya mereka berbangga “saya sudah dipilih Tuhan”. Tuhan memilih Israel supaya mereka menunjukan kepada bangsa-bangsa inilah bangsa pilihan Tuhan itu. Itu sebabnya jangan ikut-ikutan politik, lalu Saudara mengatakan kalau Islam pro Palestina, maka Kristen harus pro Israel. Israel tidak identik dengan gereja, bahkan Israel tidak identik dengan Tuhan kalau mereka tidak menjalankan apa yang Tuhan mau. Demikian juga orang Kristen, orang Kristen tidak identik dengan milik Tuhan kalau kita tidak jalankan apa yang Tuhan mau. Kita tidak bisa membanggakan kalung salib kita, atau kita sudah atestasi, sidi, baptis, atau kita sudah menjadi anggota Gereja Reformed, atau kita sudah menjadi orang yang aktif, tapi kita tidak menunjukan hidup sehari-hari yang menyatakan kita Kristen, kita pasti dibuang oleh Tuhan. Jangan berbangga akan segala hal yang merupakan identitas, tapi tidak ada kekudusan yang menyusul. Jangan berbangga akan identitas, kalau tidak ada realita hidup yang mencerminkan identitas itu. Maka Tuhan memberikan Taurat supaya orang Israel boleh menjadi umat yang benar-benar menunjukan milik Tuhan.

Demikian juga dengan bangsa-bangsa lain, tidak semua bangsa yang diberikan tawaran Injil akan terima apa yang ditawarkan itu sebagai bangsa. Tuhan akan memberitakan Injil kepada satu bangsa, mungkin bangsa itu akan tolak, tapi siapa yang terima Dia dari bangsa itu akan dijadikan umatNya. Maka Tuhan membuka jalur berkat yang Tuhan janjikan kepada Israel sekarang boleh pergi kepada bangsa-bangsa lain. Bangsa lain menjadi ahli waris dari janji yang Tuhan sudah berikan kepada Abraham. Kalau kita mengikuti pola pikir dari Kitab Keluaran dan seterusnya, Saudara akan tahu betapa Tuhan sudah marah kepada bangsa-bangsa lain. Seluruh bangsa sudah mengabaikan Tuhan, menyembah berhala, menyembah apa yang dibenci Tuhan, menjadi milik setan yang ditipu oleh setan sehingga mereka menolak Tuhan. Di dalam Kitab Para Rasul, Paulus menyatakan dengan jelas sekali mengapa Tuhan benci bangsa-bangsa yang lain, karena semua bangsa sudah menerima apa yang dari Tuhan lalu mereka memberikan kepada penyembahan berhala. Mereka terima dari Tuhan tapi mereka menyembah berhala, mereka menerima dari Allah tapi mereka menyembah yang lain. Tuhan murka kepada bangsa-bangsa karena mereka menyembah berhala, mereka mengabaikan Tuhan, mereka tidak peduli ada Tuhan di atas sana, mereka tidak peduli Tuhan sudah menciptakan semua, mereka tidak peduli dan mereka mengklaim mengerti agama sendiri, membuat jalur sendiri untuk menyembah Tuhan. Tapi semua manusia sudah mencari jalannya sendiri. Dan Alkitab mengatakan orang tua Abraham, bahkan Abraham sendiri tadinya penyembah berhala. Tuhan yang datang, mengintervensi trend penyembahan berhala, yang dimiliki oleh manusia. Lalu Dia mulai memanggil satu umat yang akan menyembah Dia sebagaimana seharusnya seluruh bangsa menyembah. Waktu Tuhan memanggil Abraham, kalimat yang mengharukan adalah ketika Tuhan menjanjikan “Aku akan memberikan keturunan kepadamu”, Abraham selalu kaget mendengar kalimat ini. “Saya sudah berumur 75 tahun”, “Aku akan memberikan keturunan kepadamu”. Waktu dia sudah berumur 80an, janjinya masih sama “Abraham, Aku akan memberikan anak”. Ketika umur 99 tahun, masih sama “Aku akan memberikan anak”. Dan ternyata masalahnya bukan Abraham, waktu Abraham bersetubuh dengan Hagar, ternyata Hagar melahirkan anak, maka Sara yang stress “semua ini gara-gara saya, sayalah penghalang janji Tuhan terjadi”. Maka Abraham bertanya “bolehkah Ismael menjadi penerus dari janji Tuhan?”, Tuhan menjawab dengan tegas “tidak”. Tuhan yang mengatakan itu, bukan Hagar. Hagar tidak menjadi penerus janji Tuhan untuk bekerja di bumi. Kalau ada Kitab Suci yang mengatakan Tuhan pakai jalurnya Hagar, maka kita akan pertanyakan keabsahan history dari kitab itu. Tuhan berjanji Dia akan memberkati bukan anak Hagar, bukan Ismael. Ismael akan dijadikan bangsa yang besar. Tapi Tuhan berjanji anak yang akan jadi keturunan Abraham adalah anak Sara. Mengapa mesti anak Sara? Karena Tuhan menghargai pernikahan Abraham dan Sara. Kalau Tuhan berjanji memberikan anak, harus lewat Sara. Itu yang Tuhan nyatakan, sehingga Abraham tidak mungkin cari perempuan lain. Abraham harus menunggu janji Tuhan, dan Sara semakin lama semakin tua, Abraham juga semakin tua. Sampai Abraham berumur 99 tahun, Tuhan mengatakan “tahun depan kamu akan punya anak”, Abraham sudah capek, sudah putus asa, cuma terima saja kalimat itu, tapi tidak serius mempertimbangkannya. Bahkan Abraham sempat tertawa, Sara tertawa dimarahin, Abraham tertawa tidak dimarahin. Tuhan benar-benar memberikan anak kepada Abraham ketika dia sudah 100 tahun. Dan anak inilah anak perjanjian itu. Setelah anak ini besar, sampai usia yang cukup, Tuhan mengatakan kepada Abraham “bawa anakmu yang sangat engkau kasihi itu, anak satu-satunya dan persembahkan dia bagiku di atas gunung”. Tuhan tidak menyuruh Abraham bunuh anak, Tuhan suruh Abraham persembahkan anak. Memang itu sama saja, tapi Saudara jangan bilang Tuhan suruh Abraham bunuh Ishak, tidak. Tuhan suruh Abraham persembahkan Ishak, jadi kematian Ishak bukan kematian karena dibunuh, tapi kematian karena dipersembahkan. Apakah ini hal yang wajar, apakah ini umum? Tidak. Apakah Tuhan perintahkan ini kepada Israel di dalam Taurat? Tidak. Perintah ini hanya satu kali keluar yaitu kepada Abraham, suruh persembahkan Ishak. Setelah itu Tuhan mengatakan di dalam Taurat “Aku tidak akan pernah menyuruh engkau mempersembahkan anakmu sebagai korban bakaran, hal itu tidak muncul di hatiKu dan Aku tidak pernah memerintahkan itu kepadamu”. Maka waktu Raja Manasye mempersembahkan anaknya sendiri, di bukit di pinggir Yerusalem, Tuhan begitu marah sampai Tuhan mengatakan “Aku akan mengutuk lembah tempat dia mempersembahkan anak”, lembah itu bernama Ben-Hinom, akhirnya di dalam Bahasa Yunani menjadi Gehena yang artinya neraka. Ini tempat orang mati, tempat di mana pelanggaran kepada Tuhan dinyatakan dengan sangat besar oleh Raja Yehuda sendiri. Tuhan tidak pernah menyuruh Israel untuk mempersembahkan anak.

Maka yang menjadi misteri adalah mengapa Tuhan menyuruh Abraham mempersembahkan anaknya, mengapa Tuhan uji Abraham sampai pada titik dia hampir menghujamkan pisau ke leher anaknya sendiri? Karena Tuhan mau menyatakan satu janji yang penting, “lewat keturunanmu, seluruh bangsa di bumi akan mendapat berkat”. Abraham disuruh mempersembahkan Ishak, karena Tuhan berencana memberikan berkat lewat bangsa-bangsa. Bukan lewat Ishak, tapi lewat keturunan Abraham yang Tuhan akan pilih kemudian. Itu sebabnya Ishak disuruh memikul sendiri kayu bakar yang dipakai untuk membakar dia. Waktu Ishak pikul kayu bakar, kita langsung ingat peristiwa Kristus memikul salibNya. Waktu itu dikatakan Ishak diam, tidak protes, tidak bicara apa pun, Ishak itu taatnya bukan main. Ishak dibawa karena Ishak akan menjadi tipe bagi orang yang akan jadi keturunan Abraham dan dia akan menjadi berkat bagi banyak bangsa. Siapa mau jadi berkat, dia mesti mau jadi korban. Korban adalah jalan menuju berkat. Di dalam Roma 12, Paulus mengatakan “persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, kudus dan tidak bercacat”. Mengapa Tuhan menyuruh kita mempersembahkan tubuh kita? Karena Tuhan mau kita jadi berkat. Siapa mau jadi berkat tapi tidak suka menjadi korban, dia tidak mungkin menjadi berkat. Siapa yang mau jadi berkat tapi tidak jadi korban, cuma mimpi. Banyak orang mimpi jadi berkat, mimpi mau berguna bagi bangsa, mimpi mau berguna bagi banyak orang, mimpi jadi the next Ahok, the next Jokowi, the next Stephen Tong, atau siapa pun, tapi apakah kita sudah mulai menabung untuk mencapai mimpi itu? Menabungnya dengan cara belajar berkorban mulai sekarang. Banyak orang yang hitung-hitungan kalau dengan Tuhan, hitung-hitung pelayanan, hitung-hitung pengorbanan, hitung-hitung waktu yang sudah didedikasikan. Tapi Tuhan mengatakan di dalam Roma 12 persembahkan hidupmu, bukan persembahkan sebagian hidup. Persembahkan seluruhnya, bukan persembahkan sebagian lalu merasa sudah melakukan sesuatu untuk Tuhan. Maka Tuhan mengatakan kepada Abraham “anakmu akan menjadi berkat bagi banyak bangsa, jadi korban dulu”, dan Tuhan latih Abraham sedemikian. Tapi Tuhan tahu bukan Abraham yang harus menanggung duka kehilangan anak, bukan Abraham yang harus menanggung duka kehilangan orang yang dikasihi, tetapi Allah. Karena Allah-lah yang akan memberi berkat. Maka Tuhan menjanjikan kepada bangsa-bangsa “Aku akan panggil bangsa-bangsa, memberi berkat kepada mereka”. Siapa sumber berkat? Allah. Siapa yang harus berkorban? Allah. Itu sebabnya Allah yang menjanjikan kepada bangsa-bangsa yang sudah berontak, sudah mengabaikan Dia, sudah membelakangi Dia, Tuhan berfirman “Aku akan berkati kalian”, kalimat ini kalimat yang penuh belas kasihan, penuh kesabaran dan penuh cinta kasih dari Tuhan. Bisakah kita berseru kepada bangsa-bangsa yang sudah membelakangi Tuhan, mengatakan “Tuhan cinta engkau, karena Tuhan rela berkorban bagimu” dan mengharapkan mereka menghargai? Belum tentu. Semakin Tuhan menyatakan kasihNya, semakin dihina oleh dunia. Tetapi kita tahu berapa besarnya kasih Tuhan karena Dia menunda penghukuman bagi dunia sampai bangsa-bangsa kembali kepada Dia. Tuhan tidak menghabiskan dunia seperti zaman Nuh, Tuhan biarkan manusia terus beranak-cucu sampai suatu saat Sang Mesias datang menjadi berkat bagi mereka semua. Jadi Tuhan sudah berjanji pada diriNya sendiri, dikatakan pada pasal 22 “Aku bersumpah demi diriKu sendiri, karena engkau rela taat kepadaKu, Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar dan keturunanmu (singular, satu orang) akan jadi berkat bagi bangsa-bangsa”. Waktu Tuhan menjanjikan kepada Abraham, “Aku bersumpah pada diriKu sendiri, engkau akan Aku berkati menjadi berkat”, yang mengucapkan kalimat ini adalah Malaikat TUHAN. Malaikat TUHAN, tapi berani mengatakan diriNya sebagai Tuhan, siapa Malaikat TUHAN ini? Mengapa ada di Perjanjian Lama malaikat yang berani mengklaim diriNya Tuhan? Tetapi di dalam ayat 15 dikatakan Malaikat TUHAN berseru kepada Abraham “Aku bersumpah demi diriKu sendiri, demikianlah firman Tuhan”, ini Tuhan atau malaikat? Ini adalah Malaikat TUHAN yang juga adalah Tuhan. Karena ini adalah Kristofani, perwujudan dari Pribadi ke-2 dari Tritunggal sebelum Dia berinkarnasi, ini adalah Kristus sebelum Dia datang ke dalam dunia. Ini adalah Pribadi ke-2 dari Tritunggal. Di dalam Bahasa Indonesia penerjemah menolong kita dengan menerjemahkan memakai huruf kapital M dan kata Tuhan ditulis dengan huruf kapital semua. Kalau ada tulisan Malaikat TUHAN, ini sedang berbicara tentang Kristofani, malaikat yang menyatakan diri sebagai malaikat, tapi sebenarnya adalah Tuhan. Ini adalah Allah sendiri menyatakan diri dalam bentuk malaikat, Pribadi ke-2 yaitu Kristus. Kita bisa melihat di sini Sang Pribadi ke-2 ini, Malaikat TUHAN bersumpah demi diri Allah, karena Dia juga Allah. Bersumpah demi Tuhan bahwa Tuhan akan menggenapi janji kepada Abraham, membuat Abraham menjadi bangsa yang besar dan membuat Abraham menjadi berkat bagi bangsa-bangsa yang lain lewat keturunannya. Siapa keturunannya? Allah sendiri yang jadi manusia. Mengapa harus Allah menjadi manusia? Karena tadi dikatakan kalau mau jadi berkat, harus jadi korban, siapa rela jadi korban? Allah yang rela, Dia yang pertama melangkah dan mengatakan “Akulah yang jadi korban untuk bangsa-bangsa boleh diberkati”. Allah bukanlah allah yang menyatakan standar lalu suruh orang lain memenuhi standar yang Dia sudah tetapkan. Dia bukanlah Allah yang mengatakan “Aku mau selamatkan bangsa-bangsa”, bagaimana cara menyelamatkan? “Harus ada korban yang mendamaikan bangsa-bangsa yang sudah memberontak dengan Aku. Aku tidak mungkin membiarkan pemberontakan bangsa-bangsa tidak dihukum, karena Aku adalah kudus. Dan perjanjianKu akan dijunjung tinggi oleh siapa pun. Maka bangsa-bangsa harus ditebus, harus ada korban, harus ada yang mendamaikan bangsa-bangsa itu dengan dirinya”. Dan ketika Tuhan sudah membuat ketetapan ini, ini ketetapan bukan untuk dijalankan oleh orang lain, tapi ketetapan yang Tuhan sendiri dengan sumpah akan jalankan dengan setia. Inilah Allah kita. Saudara bisa muak dengan pemerintah yang membuat peraturan tapi orang lain yang suruh jalankan. Itu namanya pemimpin yang tidak beres, mengapa engkau membuat peraturan lalu orang lain yang tanggung yang paling berat? Sekarang banyak orang membuat peraturan untuk dirinya gampang, keluarganya gampang, bisnisnya gampang. Kita punya legislatif yang tujuannya adalah membuat hukum, undang-undang. Undang-undang dibuat untuk apa? Kebanyakan untuk diri. Tapi Tuhan membuat peraturan demi kekudusannya dinyatakan. Dan Allah menanggung yang paling berat karena Dia sendiri yang menjadi korban. Sehingga ketika Sang Malaikat TUHAN ini mengatakan “Aku bersumpah demi namaKu sendiri, bahwa engkau akan menjadi bangsa yang besar dan keturunanmu akan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain”, keturunan itu adalah Kristus.

Maka siapakah Kristus? Dia haruslah Allah yang menjadi manusia untuk menggenapi janji ini. Kalau Dia bukan Allah maka Dia adalah manusia yang dikorbankan seperti Ishak, dan Tuhan tidak mau itu terjadi. Mengapa Ishak tidak boleh dipotong? Karena bukan dia yang harus menanggung janji Tuhan ini, kalau begitu siapa? Tuhan sendiri. Tapi yang menanggung itu harus manusia, maka Dia menjadi manusia. Tuhan menjadi manusia demi janjiNya memberkati bangsa-bangsa bisa terpenuhi dan bangsa-bangsa bisa dipanggil kembali kepada Tuhan, menjadi milik Tuhan selama-lamanya. Sekali lagi mereka dipanggil, mari ingat dulu kamu sudah memberontak, dulu kamu menyembah berhala, menyembah ilah-ilah palsu, sekarang Tuhan panggil kembali bangsa-bangsa untuk datang kepada Tuhan, mari datang. Tapi Kitab Suci mengatakan tetap ada orang yang membelakangi Tuhan, tetap ada orang yang mengabaikan tawaran cinta kasih dan pengorbanan dari Tuhan. Saya tidak mengerti betapa jahatnya manusia itu. Ketika Tuhan dengan keras mengatakan “Aku perintahkan engkau untuk kembali”, manusia tidak kembali, Tuhan hukum. Setelah itu Tuhan dengan lunak mengatakan “Aku mengasihimu, mari datang kepadaKu, Aku akan berkorban bagimu”, manusia tetap tidak mau. Tapi Alkitab mengatakan Tuhan mempunyai rencana untuk memanggil kaum pilihan yang tidak akan gagal datang kepadaNya. Dan kaum pilihan itulah yang akan percaya kepada Kristus.

Maka kalau ditanya mengapa Allah menjadi manusia? Untuk menggenapi janji, memanggil kembali bangsa-bangsa yang sudah berontak dan yang sudah lari dari Tuhan. Sampai saat ini Tuhan masih lakukan panggilan itu. Bangsa-bangsa masih berontak, tapi Tuhan masih mau panggi. Tuhan masih mau panggil lebih banyak orang lagi, Tuhan masih mau tarik lebih banyak orang lagi untuk mengenal Dia. Dan ini jadi beban Tuhan, dan harus jadi beban kita semua. Tuhan begitu mencintai bangsa-bangsa sehingga Dia rela menjadi manusia untuk dikorbankan di atas kayu salib, demi janjiNya kepada Abraham digenapi. Kalau begitu besar cinta Tuhan dan kerinduan Tuhan untuk memanggil bangsa-bangsa, bukankah ini juga harus jadi kerinduan kita? Kerinduan untuk menjangkau, kerinduan orang untuk kenal Kristus, kerinduan untuk tarik bangsa-bangsa kembali kepada Tuhan harus jadi kerinduan kita. Saya berdoa dan saya harap Saudara juga berdoa untuk tahun depan kita mulai atur kebaktian-kebaktian penginjilan lebih banyak lagi. Saya harap Paskah boleh dipakai sebesar-besarnya untuk memberitakan Injil. Dan saya harap ini jadi beban kita semua. Kristus satu-satunya yang menyelamatkan. Dan Saudara harus berani mengikrarkan ini, karena itu tugas kita menjadi orang Kristen. Siapa mau menerima beban hati Tuhan, harus tahu inilah yang Tuhan inginkan. Mari bangsa-bangsa datang kembali kepada Tuhan. Kamu yang sudah terlalu kafir hidupnya, terlalu sembarangan hidupnya, terlalu sembarangan menjalankan dosa, mari kembali kepada Tuhan, mari terima Kristus. Mari menjadi milikNya, karena Dia sudah menebus engkau, menggenapi janji yang Dia berikan kepada Abraham dan kepada bangsa-bangsa.

Mengapa Allah menjadi manusia? Karena korban untuk memanggil bangsa-bangsa lain adalah dari pihak Allah sendiri. mengapa mesti menjadi manusia? Karena kalau menjadi korban tidak mungkin tidak menjadi manusia. Mengapa Dia rela lahir di tempat yang hina? Karena dari awal Dia lahir sampai Dia mati di kayu salib, seluruh hidupNya adalah korban untuk menyatakan “ya Allah, janjiMu untuk memanggil bangsa-bangsa sekarang sudah boleh digenapi. janjiMu untuk memanggil bangsa-bangsa sekarang sudah genap, panggilah bangsa-bangsa (demikian firman Anak Allah) karena Aku sudah menjadi manusia, sudah menyediakan darahKu supaya bangsa-bangsa lain boleh kembali kepadaMu”. Biarlah kita menjadi orang yang satu visi dengan Tuhan dan mengerjakan apa yang Tuhan mau. Kiranya Tuhan memberkati kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)