(Yohanes 12: 20-33)
Bagian ini penting sekali dalam Injil Yohanes, karena Yesus datang ke Yerusalem untuk mendirikan kerajaan yang berbeda dengan kerajaan dunia ini. Ini kalimat yang Tuhan Yesus katakan di depan Pialtus, Pilatus bertanya “Engkau raja?”, Yesus mengatakan “untuk itulah Aku datang, tapi kerajaanKu bukan dari dunia ini. Seandainya KerajaanKu dari dunia ini, tentu pengikutKu sudah melawan”. Jadi Tuhan Yesus datang menyatakan KerajaanNya, tapi dia mengatakan KerajaanNya ini berlawanan dengan kerajaan dunia ini. Cara menyebarkannya berlawanan dengan cara memperbesar kerajaan dari dunia ini. Prinsip yang ada di dalamnya berbeda, berlawanan dengan prinsip yang ada di dunia. Itu sebabnya ketika Yesus masuk ke Yerusalem dan orang banyak meninggikan Dia, memuliakan Dia, Dia memberitakan kalimat ini, menyatakan kematianNya dalam sorotan Injil Yohanes. Yohanes memberikan sorotan yang sangat penting dalam bagian ini. Juga memberikan penjelasan mengapa Yesus begitu populer, mengapa waktu Dia masuk ke Yerusalem, semua orang mengagumi Dia. Apakah hal yang membuat Dia dikagumi? Dalam pasal 11, Yohanes menyatakan bahwa kebangkitan Lazarus itulah yang membuat Dia dikagumi. Yesus melakukan mujizat dan Yohanes menyusunnya dengan cara yang makin lama makin besar, mulai dari mengubah air menjadi anggur, sampai mujizat pasal 11 yaitu membangkitkan orang yang 4 hari sudah mati. Setelah itu masuk di dalam bagian akhir, mujizat yang paling besar, tanda yang paling mulia, adalah Yesus mati dan bangkit, inilah tanda yang paling besar. Jadi Injil Yohanes sedang mengarahkan kita untuk melihat Yesus dengan penglihatan atau pengertian yang makin lama makin besar. Ini unik sekali, Yohanes seolah-olah mengajak kita untuk melihat pelan-pelan selubung di mata kita dibuka. Dan dikatakan ada orang-orang Yunani, yang kita tahu ini adalah orang Yunani yang sudah menjadi penganut agama Yahudi, mereka minta bertemu dengan Tuhan Yesus, dan mereka cari Filipus karena Filipus dari Betsaida, di Galilea, ini daerah Galilea yang sangat familiar dengan budaya Yunani. Mereka bisa berbahasa Yunani dengan wajar dan Filipus adalah salah satu orang yang sangat fasih berbahasa Yunani, sehingga orang-orang Yunani ini datang ke Filipus lalu minta dipertemukan dengan Yesus. Ini merupakan hal yang sangat besar karena nama Yesus mulai terbuka, bangsa-bangsa lain akan datang kepada Mesiasnya Israel.
Ini tanda-tandanya sudah genap, Yesus dipuji oleh seluruh Yerusalem masuk dengan seekor keledai, bangsa lain datang, ini sudah penggenapan. Tetapi Yesus justru memberikan kotbah yang sangat berbeda dengan pengharapan para murid. Murid-murid datang memberitahu kepada Yesus “ada orang-orang Yunani mau ketemu”, Yesus tidak menjawab dengan mengatakan “sekaranglah saatnya Anak Manusia dipermuliakan, panggil orang Yunaninya ke sini”, tidak begitu. Di sini Yesus mengakui benar sekarang saatnya. Murid-murid mengatakan “sekarang saatnya, orang Yunani sudah datang”, Yesus mengatakan “betul, sekarang saatnya karena Aku akan dipendam, dikubur seperti biji dari gandum dipendam di tanah”. Ini mengejutkan sekali, tiba-tiba Yesus mengatakan “benar sekarang saatnya tiba, sebab biji gandum itu harus mati dan itu adalah Yesus”. Yesus mengatakan kalau Dia tidak mati, tidak akan menghasilkan banyak buah. Dia mati supaya buah itu muncul. Di sini kita melihat agungnya Kristus yang mengosongkan diri. Dia tidak hanya mengosongkan diri dengan menjadi manusia saja lalu mati bagi manusia, tapi Dia pun mempersiapkan pekerjaan besar baru terjadi setelah Dia. ini hal yang luar biasa, kapan buah dari pekerjaan Yesus menjadi nyata? Waktu Kristus sudah tidak ada di bumi. Saudara tidak akan menemukan catatan yang mengatakan Yesus menyebarkan Injil Kerajaan Allah ke Roma, Dia tidak pernah mengadakan perjalanan ke Roma, kalau iya, bukankah itu bagus sekali? Dia pergi ke Roma, ke istana kaisar, baru kemudian pergi ke senat, di sana melakukan mujizat. Ada orang yang macam-macam, diubah menjadi kusta, ada yang mati kemudian dibangkitkan, orang Roma kagum. Dia tidak pernah kerjakan apa pun untuk diriNya, “Aku harus mati supaya yang lain muncul dan menjadi buah yang besar”. Umat Tuhan akan dibangkitkan setelah Dia mati, setelah Dia menjadi korban. Ini prinsip yang indah sekali. Kalau misalnya kita cuma bisa dapat satu kesempatan belajar dari Kristus, mungkin hal ini yang harus kita prioritaskan, bagaimana mengosongkan diri demi buah itu muncul. Lalu setelah buah itu muncul, Yesus tidak pernah concern untuk mengingatkan orang-orang bahwa ini adalah Dia yang awalnya kerjakan. Kristus mati, dipendam, supaya nanti muncul buah. Murid-murid yang kerjakan. 40 hari Dia keliling, tidak pernah tunjukan kepada orang lain, hanya kepada murid-murid. Mungkin murid-murid mengatakan “akan lebih indah kalau Engkau menunjukan diri kepada Pilatus, kepada imam besar itu. Setelah Engkau bangkit, bisa tunjukan kepada orang-orang itu, bukankah itu lebih baik?”. Tapi Yesus hanya menunjukan diri kepada para murid dan mengatakan “engkaulah buahnya”, buah dari Dia yang dipendam. Konsep pengorbanan demi memberkati orang lain itu konsep original Kekristenan. Kalau Saudara dengar cerita yang ada pengorbanannya selalu jauh lebih menggerakkan dari pada cerita percintaan. Kalau Saudara nonton opera temanya percintaan, itu rendah sekali, tapi kalau nonton opera temanya hero, pahlawan, kerelaan orang berkorban demi orang lain, itu jauh lebih mulia.
Tapi di ayat 24 seolah-olah ada berita yang benar-benar beda dari pengharapan mereka. Ayat 25 lebih menakutkan lagi karena Yesus menginginkan mereka mengadopsi cara Dia. Yesus ingin umatNya mengadopsi cara Dia. Yesus bukan cuma menunjukan “saya mengerjakan ini, silahkan kamu nikmati”, Yesus mengatakan “ini yang Aku kerjakan, engkau harus kerjakan”. Di dalam ayat 25 dikatakan “barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”. Tadi kita sudah membahas tentang nyawa, tentang hidup, Yesus tidak memaksudkan orang harus rela mati demi mati itu sendiri. Mati itu gampang, kalau Saudara tidak percaya tunggu saja, kalau tidak besok, 30 tahun,mati itu gampang, Saudara akan merasa lebih sulit bertahan hidup dari pada mati. Barang siapa mencintai nyawanya, kehidupan dan segala maknanya, dia akan kehilangan. Barang siapa kehilangan, dia akan mendapatkan. Jadi ini bukan sekedar hidup, tapi hidup yang ada makna. Ini paralel dengan yang dikatakan Yesus di dalam Matius, ketika Petrus tanya “kami sudah tinggalkan semua demi Engkau, apa yang kami dapat?”, Yesus mengatakan “jika seorang meninggalkan rumahnya, ladangnya, keluarganya, demi Injil Kerajaan Allah, dia akan peroleh kembali berkali-kali lipat”. Ini janji Tuhan, kalau Saudara tinggalkan demi Injil akan dapatkan berkali-kali lipat. Tapi orang yang tinggalkan demi Injil adalah orang yang tidak berharap akan dapat berkat berkali lipat, ini pengertian yang harus kita lihat. Matius sangat teliti dengan penggunaan kalimat. Jadi siapa yang meninggalkan uang demi Injil akan mendapatkan berkali-kali lipat. Kalau begitu apakah teologi sukses benar? Tidak benar, karena orang yang tinggalkan uang demi dapat uang tambahan, itu bukan orang yang tinggalkan uang demi Injil. Orang yang tinggalkan uang demi Injil adalah orang yang sudah siap “saya tidak suka ini, saya lebih suka Injil. Uang ini saya buang demi dapat ini”, ini yang justru dapat. Bisa lihat bedanya kan. Jadi ini bukan perkataan dari orang yang meninggalkan sesuatu supaya dapat lagi, maka Yesus bilang “jika engkau meninggalkan segala sesuatu demi Injil, engkau akan dapat lagi”, tapi harus tinggalkan segala sesuatu bukan demi dapat lagi, inilah yang akan dapat lagi. Dapatkah Saudara mengerti? Demikian juga di bagian ini, barang siapa kehilangan nyawanya itu bukan sekedar mau bunuh diri, ayat ini mungkin disenangi oleh orang yang depresi tingkat tinggi “mati itu menyenangkan? Bunuhlah saya, saya sudah bosan hidup”, bukan. Jadi dia sudah siap hati untuk kehilangan nyawanya, meskipun tidak mati. Tapi Tuhan pulihkan, Tuhan berikan. Ini yang dimaksud dengan barang siapa tidak rela hilang, dia tidak akan bisa menikmati. Tapi Saudara tidak boleh deal dengan Tuhan dengan untung rugi.
Ayat 26 “barang siapa melayani Aku, ia harus mengikuti Aku”, Yesus tidak mencintai nyawaNya, maka Bapa membangkitkan Dia dan berikan tempat yang paling tinggi. Apakah waktu Tuhan Yesus datang ke dalam dunia, motivasinya adalah ditinggikan? “mengapa engkau datang ke dalam dunia hai Yesus Kristus?”, “karena BapaKu sudah janji kalau Aku mau datang, rela disalib, mati, nanti Dia bangkitkan, lalu Dia taruh Aku di tempat yang paling tinggi. Itu yang Aku kejar”. Yesus ngomong begitu? Tidak mungkin, Dia tidak peduli kemuliaan diriNya. Dari poin pertama Dia melayani di bumi sampai Dia diangkat oleh Bapa, sampai Dia ditinggikan di bumi ini, Dia tidak pernah ada concern untuk memuliakan diriNya. Saya mau ajak Saudara, kita semua untuk bersiap mengikuti Yesus, punya kerelaan hati untuk berada di tempat Kristus berada. Mari kita belajar melihat ini lebih penting dari pada apa pun. Bagaimana melayani Yesus itu berarti mengimitasi apa yang Dia sudah kerjakan di dalam hal ini, yaitu rela kehilangan demi yang lain dapat. Rela dipendam, demi yang lain menghasilkan buah. Kalau kerelaan ini tidak ada pada diri kita, kita tidak bisa menjadi pelayan yang baik. Maka pada ayat 27 dikatakan “sekarang jiwaku terharu dan apakah yang Aku katakan Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini”, Yesus bergumul tapi Dia memutuskan untuk Bapa mempercepat waktunya. Jadi di sini Yesus menyatakan bahwa diriNya begitu penuh dengan beban berat “haruskah Aku minta Allah meluputkan Aku atau tidak?”, tapi Yesus mengatakan “tidak, untuk itulah Aku datang pada saat ini”.
Dalam ayat 28 dikatakan “Bapa muliakanlah namaMu”, kalimat ini menyimpulkan pergumulan Yesus di ayat sebelumnya. Di ayat sebelumnya Yesus mengatakan “haruskah Aku berkata Bapa selamatkanlah Aku”, tapi bagian selanjutnya Dia mengatakan “tidak, untuk ini Aku datang, maka Bapa permuliakanlah namaMu”. Di sini Bapa menjawab dengan mengatakan “Aku telah memuliakanNya dan Aku akan memuliakanNya lagi. Permuliakanlah namaMu”. Apa itu kemuliaan Allah? Segala sesuatu adalah untuk kemuliaan Allah, tapi kemuliaan Allah itu apa? Ada kotbah dari Paris Reidhead, saya dulu dengar tahun 2010, dia kotbah Ten Shekels and a Shirt, jadi kotbah dari seorang Lewi di Kitab Hakim-hakim, dia mau melayani di tempat yang membayar lebih banyak, akhirnya dia dibayar oleh satu keluarga, dia menjadi imam di situ dan dibayar. Di kotbah itu dia mengatakan orang liberal memanfaatkan Tuhan untuk kehidupan damai di sini. Tuhan akan membuat damai, membuat kita saling menerima, membuat kita cocok satu dengan yang lain, membuat tidak ada lagi permusuhan, pokonya tenang, Dialah yang akan membuat itu. Jadi Dia adalah sarana perdamaian di bumi tujuannya. Tapi orang Injili juga salah, karena kita memanfaatkan Yesus untuk sorga. Mengapa engkau percaya Yesus? Karena saya ingin masuk sorga. Jadi Yesus itu siapa? Yang antar saya ke sorga. Jadi yang penting Yesus atau sorga? Sorga. Yesus gunanya apa? Antar ke sorga. Sorgalah tujuan, Yesus sarana, sorgalah sasaran, Yesus yang antar. Jadi sorga yang penting, Yesus sarana, kalau bukan Dia sarananya, kita pakai yang lain. Ini adalah pengkhianatan, menurutnya. Kita tidak dipanggil menjadi orang seperti itu, kita bukan orang-orang yang menikmati hal lain lalu suruh Tuhan menjadi yang melengkapi untuk kita memperoleh hal itu. Maka di dalam pengertian di kotbah itu, Reidhead mengatakan segala sesuatu adalah untuk kemuliaan Tuhan, itulah yang menjadi tujuan final, kemuliaan Tuhan. Mengapa saya hidup? Untuk kemuliaan Tuhan, mengapa saya melayani? Demi kemuliaan Tuhan. Mengapa Kristus rela mati? Demi kemuliaan Tuhan. Tapi kalau kita tanya apa itu kemuliaan Tuhna? Kalau kemuliaan Tuhan itu begitu penting, bagaimana mendefinisikan ini. Sebenarnya konsep yang ada di balik pengertian kemuliaan Tuhan, itu ada di dalam tulisan para rabi, disebut shekinah. Shekinah adalah pernyataan kemuliaan Tuhan yang ada bersama dengan umatNya. Dalam Bahasa Ibrani, kata yang dipakai untuk tebernakel itu kata yang sama secara huruf konsonan dengan shekinah. Berarti antara pernyataan kemuliaan dan berdiamnya Tuhan bersama manusia itu adalah hal yang sama. Jadi ketika kita mengatakan “permuliakanlah namaMu”, ini berarti Tuhan hadir bersama umatNya, itulah kemuliaanNya. Maka di sini dikatakan “Bapa permuliakanlah namaMu”, maksudnya adalah segera datang nyatakan kemuliaanMu di tengah umatMu. Bagaimana mungkin itu bisa? “matikan Aku di kayu salib”. Jadi kalimat “permuliakanlah NamaMu”, ini berarti Yesus sedang mengatakan “percepat waktunya supaya Aku segera disalib”, Yesus sudah tidak sabar mau mati atau apa? Yesus bukan tidak sabar mau mati, Yesus tidak sabar Allah mengunjungi umatNya dan menyatakan kemuliaanNya bersama-sama umatNya. Yesus sangat ingin umat Tuhan menikmati Allahnya, dan Allahnya disenangkan oleh umatNya, dan untuk itu Dia harus mati di kayu salib. Maka Yesus mengatakan “segera nyatakan saat itu”. Yesus rela datang ke kayu salib karena Dia tahu akibatnya, buah yang akan dihasilkan adalah kemuliaan Tuhan di tengah-tengah umatNya. Tapi coba lihat waktu Allah menjawab Dia “Aku telah memuliakanNya, dan Aku akan memuliakanNya lagi”.
Ayat 29 ada dua respon. Respon pertama mengatakan “itu suara guntur”, yang kedua mengatakan “itu malaikat”, tidak ada dari mereka yang tahu ini adalah suara Allah. Mengapa dibilang ini suara guntur? Yohanes mau mengatakan bahwa orang buta tetap buta dan orang tuli tetap tuli sampai akhirnya. “Sudah dengar Tuhan berfirman?”, “tidak”, “yang kamu dengar apa?”, “guntur”, jangan-jangan Saudara dengar kotbah pun begitu. Mengapa tidak peka? Karena memang sudah terbiasa untuk tidak mendengar suara Tuhan. Ini tema yang beberapa kali diulang di Yohanes. Ada orang yang tidak terbiasa mendengar Tuhan, sehingga Tuhannya berbicara, itu asing buat dia, mirip suara guntur saja. Ini kelompok pertama. Kelompok kedua mengatakan mereka dengar ada suara, tapi menurut mereka ini adalah suara malaikat. Suara malaikat berbicara dengan Yesus. Kalau benar malaikat yang berbicara keras seperti ini, berarti kiamat sudah dekat, sudah akan jadi. Jadi ketika mereka mengatakan “malaikat berbiara dengan Dia”, ini kalimat yang menunjukan merek pikir waktunya sudah tiba, kemuliaan akan dinyatakan. Tapi bagi Yesus dua ini sama sesatnya, yang satu mendengar suara seperti guntur, yang satu mengatakan “ini saatnya kerajaan Allah dinyatakan, malaikat berseru”, tapi Yesus mengatakan keduanya tidak benar. Yang benar adalah muridNya. Maka di dalam ayat selanjutnya dikatakan “ini terjadi karena kamu hai murid-murid, bukan karena Aku”. Jadi murid-murid yang bisa mendengar suara Bapa, menyetujui AnakNya, mengatakan “ini AnakKu, engkau harus mendengarkan dan Aku akan mempermuliakan namaKu melalui engkau”. Di sini Yesus sedang menyatakan bahwa orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan akan melihat penggenpaan rencana Tuhan di dalam diri Kristus dan dia akan peka melihat waktu itu terjadi, akan tahu. Tuhan akan bukakan pada sekelompok orang ini.
Kemudian Yesus menyatakan lagi kalimat yang begitu agung, di ayat 30 dan 31 dikatakan “sekarang berlangsung penghakiman dan penguasa dunia akan dilempar keluar”, karena Yesus ditinggikan. Kematian Yesus dijelaskan di sini, Dia akan ditinggikan dari bumi, di paku di atas kayu salib. Dan dengan jalan ini Dia akan kumpulkan semua orang milikNya, yang diberikan Bapa kepadaNya, yaitu semua orang yang akan mendengar suara Bapa, orang yang akan mengerti apa yang Allah sedang lakukan, dan orang yang akan meneladani Dia. Di ayat 26 dikatakan “ikut Aku, dimana Aku berada engkau harus berada dan layani Aku”. Kalau Saudara melayani Yesus, Alkitab mengatakan Bapa menghormati Saudara. Ini kalimat yang luar biasa, mengapa Allah yang begitu agung mesti menghormati manusia? Tetapi Allah yang agung itu menghormati kita karena kita menghormati AnakNya, karena kita mengerjakan apa yang AnakNya mau, karena kita melakukan apa yang AnakNya lakukan dan kita meninggikan nama Dia. Maka inilah yang Tuhan tuntut, ada orang-orang yang mengerti siapa Tuhan Yesus dan mulai mengikuti teladanNya, kemudian mulai menyebarkan berita tentang siapa Dia. Dan dipakai sepenuh-penuhnya untuk mengerjakan apa yang Tuhan mau. Inilah orang-orang yang Tuhan bangkitkan, inilah orang-orang yang Tuhan pilih untuk melayani gereja Tuhan.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)