(Lukas 6 : 31-36)
Bagian ini menekankan kepada kita mengenai etika Kristen yang jauh lebih dalam konsep etika mana pun. Karena di dalam Kekristenan kita dituntut tidak hanya memberikan perbuatan baik kepada orang yang baik, kita tidak dituntut hanya dalam batas mengasihi orang yang sefaham dengan kita. Tapi Alkitab memberikan pengertian kepada kita jauh lebih sulit, jauh lebih dalam dan jauh lebih besar tuntutan yaitu supaya kita mengasihi musuh, supaya kita tidak menganggap dendam, benci dan juga ketidakpedulian sebagai sesuatu yang boleh kita alami. Orang Kristen tidak boleh mendendam, tapi bukan hanya itu orang Kristen tidak boleh menyimpan benci, bahkan tidak boleh merasakan netral, tidak suka juga tidak benci, tidak peduli terhadap orang lain. Maka Tuhan menyatakan diriNya sebagai teladan mengenai bagaimana kita memperlakukan musuh. Itu sebabnya etika Kristen menjadi etika yang sangat dalam dan tidak disamai oleh ajaran apa pun sebab etika Kristen diajarkan berdasarkan sifatNya Tuhan. Ini bukan semacam pengajaran yang tidak real, ini bukan semacam pengajaran yang ideal tapi tidak ditemukan dalam sejarah. Sebab Allah sendirilah yang menjadi contoh dan Kristus yang membawa contoh itu ketika Dia ada di dunia. Dan ketika Dia menjalankannya, Dia menjalankan dengan persis sehingga apa yang Dia kerjakan sebagai manusia yang tinggal di bumi sudah memberikan contoh yang ideal mengenai sifat-sifat Bapa. Ini pengertian yang sangat dalam, Saudara kalau jadi Kristen lalu merasa sudah tahu yang penting jangan tipu orang, jangan jahat, itu sudah cukup. Maka saya mengatakan itu tidak cukup, karena Kekristenan jauh lebih dalam dibandingkan hanya sekedar menjalani hidup yang tidak berdosa. Kekristenan penuh dengan kelimpahan, penuh dengan pengertian yang mengaitkan seluruh aspek hidup kembali kepada Tuhan. Sehingga kalau kita mengatakan perintah yang mengatakan “kasihilah musuhmu”, ini perintah ideal yang tidak real, saya akan mengatakan ini perintah ideal tetapi Allah sudah membawanya ke dalam sejarah sehingga ini menjadi sesuatu yang real, sesuatu yang nyata. Di dalam Alkitab setidaknya ada 4 hal yang menyatakan bahwa Allah adalah Allah yang mengasihi musuh-musuhNya.
Hal pertama yang kita lihat adalah bahwa Allah selain mencipta segala sesuatu, Dia juga mengatur, mempertahankan dan terlibat langsung di dalam segala hal yang terjadi di alam. Jadi Allah menopang alam semesta dengan FirmanNya yang berkuasa. Ini berbeda dengan konsep deis, Saudara tidak boleh percaya kaum deis meskipun sepertinya ini sangat cocok dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Orang-orang deis mengatakan Allah mencipta tapi setelah itu Allah tidak ikut campur, seluruh sistem, peraturan, hukum dan segala hal yang ada di dalam alam sudah Allah tetapkan, sudah Allah berikan dan Dia tidak ikut campur. Di dalam Kisah Para Rasul 17, kita tahu jawabannya, Paulus mengatakan “Allah telah menetapkan bagimu batas-batas, Allah telah memelihara seluruh manusia dari satu orang saja lalu Allah turunkan seluruh manusia yang memenuhi bumi sekarang. Allah juga yang terus memberikan hujan, memberikan hasil tanah, memberikan segala kebaikan supaya mudah-mudahan kamu menemukan Dia”, ini kalimat yang sangat indah dari Paulus. Mengapa Tuhan begitu baik? Karena Tuhan mau panggil manusia kembali ke pada Dia. Dan Tuhan mengijinkan kebaikan ini diterima oleh semua, yang percaya Tuhan dapat kebaikan ini, yang tidak percaya Tuhan pun diijinkan dapat kebaikan ini.
Lalu hal kedua yang bisa kita tahu dari kebaikan Allah adalah bahwa Allah menyatakan diriNya sebagai Allah yang jauh lebih unggul, jauh lebih baik dan jauh lebih berkuasa dari agama manapun dan dari ilah manapun ciptaan manusia. Banyak kali dalam Perjanjian Lama, Allah menyatakan diri sebagai Allah yang jauh lebih unggul, lebih tepat, lebih benar, lebih limpah dari pada dewa-dewa palsu. Contoh paling jelas adalah dalam Kitab Keluaran, dalam Kitab Keluaran, Tuhan menyatakan 10 tulah, banyak dari tulah itu Tuhan nyatakan untuk menyatakan “tanpa Aku maka kamu pasti binasa kalau kamu memutuskan untuk menyembah berhala-berhalamu”. Tulah pertama adalah air diubah menjadi darah, air Sungai Nil. Dalam konsep orang Mesir, Sungai Nil adalah darah dewa. Ada Dewa Osiris yang dibantai, badannya dipotong pakai pedang, lalu darahnya tertumpah. Darah Osiris tertumpah, lalu mengalir, kemudian menjadi Sungai Nil. Jadi kalau ditanya “Sungai Nil dari mana?”, “dari darah Osiris”, “kok tidak habis-habis?”, “karena dia dewa”, jadi terus mengalir. Tuhan seolah-olah menyindir “kalau benar sungaimu darah, mari kita ubah jadi darah beneran. Kira-kira kalau sungaimu darah beneran, kamu bisa hidup tidak?”, tidak, begitu diubah jadi darah, ikan-ikan mati semua. Jadi mereka harus mengakui kalau mereka terima mitologi mereka, hidup mereka tidak mungkin bisa baik. Semua konsep ilah palsu tidak applicable, hanya pengertian Allah sejati yang kalau terapkan membuat hidup kita lebih baik.
Hal ketiga yang Tuhan nyatakan adalah Dia memberikan hati nurani di dalam hati manusia. Sehingga manusia bisa tahu mana yang cocok, yang benar, yang pantas dan mana yang tidak. Hati nurani Tuhan berikan sehingga orang yang dibimbing oleh hati nuraninya akan mengetahui apa yang pantas dan yang tidak. Saudara tahu dari mana ini baik dan ini salah? Intuisi. Maka dari Thomas Reid ada satu harapan kembali untuk orang melihat dalam diri dan tahu di dalam diri ada prinsip-prinsip moral yang Tuhan sudah tetapkan yang kalau ini diselidiki baik-baik akan membuat kita tahu apakah perbuatan kita itu pantas atau tidak. Saya pernah beri contoh orang yang hobinya nyopet, tukang copet, dia tahu menyopet itu jahat, kalau tidak percaya coba tanya apakah ada tukang copet yang suka dicopet? Tidak ada. Tukang copet kalau kecopetan akan marah-marah. Jadi mencopet itu baik atau tidak? Dia akan bilang “tidak baik”. Kalau tidak baik mengapa lakukan? Karena terpaksa, tuntutan ekonomi. Jadi Saudara sudah tahu mana yang boleh mana yang tidak. Saudara punya intuisi di dalam diri. Siapa yang menaruh intuisi ini? Tuhan. Tuhan menaruh intuisi ini supaya hidup manusia tidak kacau total, tanpa ada intuisi seperti ini manusia akan saling merampok, menghancurkan, tidak ada peraturan, yang muncul adalah hukum rimba, dan manusia tidak mungkin sejahtera di sini. Maka Tuhan tetap beranugerah memberikan ini dan manusia tetap mempunyai intuisi di dalam dirinya, mana yang benar mana yang salah, mana yang pantas mana yang tidak. Dan setelah orang mengembangkan intuisi ini, membuat masyarakat yang baik, membuat peraturan-peraturan yang mengadopsi atau mengakomodasi suara hati nurani ini, masyarakat pasti maju.
Hal keempat yang menunjukan kebaikan Tuhan adalah Tuhan menawarkan keselamatannya secara umum, ini pun anugerah umum.
Jadi anugerah umum kita sudah lihat dalam 4 poin tadi, hal pertama Tuhan menyatakan kebaikanNya, memelihara alam untuk memelihara kita. Yang kedua Tuhan menyatakan diriNya lebih unggul dari ilah mana pun, konsep FirmanNya lebih unggul dari konsep ajaran mana pun. Yang ketiga, Allah menyatakan hati nurani sehingga manusia bisa beradab, berbudaya dan maju berkembang. Lalu keempat, Tuhan menawarkan keselamatanNya kepada siapa pun yang dapat kesempatan dengar, ini masuk dalam anugerah umum. Tetapi siapa yang berespon, Alkitab mengatakan bahwa tidak seorang pun mau dengar suara Tuhan, tidak seorang pun mau tunduk kepada Tuhan, tidak seorang pun mau menerima tawaran keselamatanNya, di sinilah doktrin predestinasi menjadi sangat penting. Saudara mesti mengerti ini dengan tuntas, saya bisa selamat, saya bisa menerima Injil, berespon kepada Tuhan Yesus dan percaya kepada Dia, itu karena Tuhan pilih saya. Karena Tuhan pilih, berikan anugerah, berikan kemampuan kepada saya maka saya bisa berespon dengan benar. Sedangkan orang lain, Tuhan berikan penawaran “maukah engkau kembali?”, mereka semua tidak mau kembali karena Tuhan tidak beranugerah kepada mereka. Jadi seandainya Tuhan tidak beranugerah khusus, maka tidak ada seorang pun yang akan selamat berdasarkan anugerah umum Tuhan. Maka kita mengerti anugerah khusus itu diberikan bukan karena kita mempunyai kelebihan, tapi karena kita tidak punya kelebihan apa pun dari orang lain. Dan kalau kita tidak diberikan anugerah khusus, kita tidak mungkin bertobat, tidak mungkin kembali kepada Tuhan, tidak mungkin menjadi orang percaya dan diselamatkan. Itulah sebabnya, di dalam Efesus 1 dikatakan “Tuhan sudah pilih kamu dan berikan kamu anugerah, seandainya tidak, kamu tidak lebih baik dari orang lain”. Maka sebenarnya orang yang tahu predestinasi, orang yang tahu konsep Reformed itu harus jadi orang yang sangat rendah hati, karena dia tahu “saya tidak lebih dari orang lain”. Ada orang lain dengar khotbah tapi tetap jahat, “saya tidak lebih baik dari dia”. Ada orang dengar Injil tetap tidak mau percaya, “aku tidak lebih baik dari dia”. Maka Tuhan menyatakan panggilanNya secara umum, dan kalau kita renungkan 4 hal ini, ternyata semua manusia tetap menolak Dia. Bayangkan berapa besar kesabaran Tuhan tetap menjalankan kebaikan ini sampai sekarang. Orang menolak Dia, apakah Dia menghentikan pemeliharaan alam ini? Tidak, alam ini tetap terpelihara, musim-musim tetap berjalan sebagaimana mestinya, siang dan malam terus beralih dengan cara teratur. Lalu kedua, Tuhan menyatakan diriNya lebih berhikmat, lebih mulia dan lebih agung dari ilah-ilah lain, apakah manusia berhenti menyembah ilah lalu kembali kepada Tuhan? Tidak. Apakah Tuhan tetap menyatakannya? Iya, berarti Tuhan tetap beranugerah. Lalu hal ketiga, Tuhan juga adalah Allah yang terus memberikan hati nurani, terus memberikan perkembangan kebudayaan yang makin lama makin maju meskipun manusia tetap menolak Dia. Lalu yang keempat, Tuhan tetap menawarkan keselamatan melalui hamba-hambaNya terus berkhotbah menyatakan Injil, memanggil orang untuk percaya kepada Tuhan, meskipun orang-orang tetap menolak. Jadi siapa yang lebih sabar dari Tuhan. Siapa yang sanggup menerima segala pengkhianatan, segala kebencian dan segala penolakan yang diberikan oleh makhluk-makhluk yang ditopang oleh tangannya sendiri. Saudara kalau mau contoh tentang kebaikan, tentang pengampunan, tidak mungkin dapat dari siapa pun, kecuali dari Tuhan. Hanya Tuhan yang mungkin untuk jadi kekuatan bagi kita untuk mempunyai perasaan kasih dan pengampunan.
Itu sebabnya Allah menyatakan siapakah yang seperti Allah? Tidak ada. Apa yang Allah kerjakan? Allah adalah Allah yang baik kepada mereka yang baik, juga baik kepada mereka yang jahat. Allah adalah Allah yang memberikan anugerahNya kepada seluruh manusia, baik atau pun jahat, anugerahNya secara umum dan limpah. Ini yang membuat peraturan dan perintah Tuhan menjadi sangat layak untuk Dia perintahkan kepada kita. Waktu kita tanya “Engkau beri perintah, Engkau sendiri lakukan kah?”, maka Yesus mengatakan “Akulah sumbernya”. Tuhan lebih dulu menyatakan pengampunan, belas kasihan, pemeliharaan kepada orang yang membenci Dia. Maka Dia memerintahkan kepada kita “kamu pun harus mengasihi musuhmu”. Bagaimana mengasihi musuh? Dengan mengikuti apa yang Tuhan kerjakan, tetap berbuat baik, tetap mengharapkan pertobatan, tetap mendoakan dan tetap tulus kepada mereka yang berbuat jahat kepadamu. Ini ajaran susah sekali, bagaimana kita bisa jalankan ini? Ajaran ini sangat sulit. Prinsip ini juga sama, kedengaran mudah “ampunilah orang yang berbuat jahat kepadamu, berbuatlah baik kepada mereka yang memusuhi kamu”, orang yang tidak punya dendam menganggap ini perintah yang mudah, tapi orang yang pernah disakiti, pernah dendam sama orang lain, tahu bahwa perintah ini sangat sulit. Dan yang gawatnya adalah banyak yang menganggap perintah ini mudah karena merekalah yang sedang bersalah kepada orang lain. “Ampunilah musuhmu”, “tuh dengar, jadi kalau saya ada salah sama kamu, kamu mesti ampuni saya”, ini cara dengar khotbah yang salah. Saudara setiap dengar khotbah mesti peka apa yang Tuhan mau kita koreksi, jangan terus cari apa yang Tuhan mau konfirmasi dari kita. Saudara kalau mau terus cari konfirmasi tidak mungkin ada pertobatan. Waktu Yohanes Pembaptis mengatakan “celakalah kamu ular beludak”, lalu orang yang dengar “puji Tuhan saya bukan ular beludak, hei ular-ular ayo dengar” akhirnya dia terus menjadi ular, karena dia tidak sadar dia ular. Tetapi berbahagialah ular yang sadar dirinya ular, karena waktu Yohanes Pembaptis mengatakan “celaka kamu ular beludak”, yang sadar dirinya ular jadi kaget “aku ular, bagaimana caranya aku bertobat”. Maka ada orang datang kepada Yohanes Pembaptis dan bertanya “apa yang harus aku lakukan supaya selamat?”, Yohanes mengatakan “cukupkan dirimu dengan gajimu, jangan korupsi, jangan tindas orang, jangan peras orang dan kamu berbuat baik”. Tuhan memberikan perintah, perintahNya tidak sulit, tapi kita mesti sangkal diri, pikul salib dan kerjakan. Bagaimana cara saya mengampuni? Bagaimana caranya berbuat baik kepada orang yang jahat kepada saya? Bagaimana saya bisa mendoakan orang yang begitu tidak adil kepada saya? Inilah pergumulan yang sedang dibagikan. Tapi pergumulan ini bukan dibagikan kepada orang yang sedang melanggar orang lain. Jadi waktu Saudara sedang bersalah lalu dengar khotbah ini, harus mengampuni musuh, Saudara jangan pakai ini untuk tuntut orang yang Saudara langgar untuk mengampuni Saudara, itu tidak baik sama sekali. Orang kalau minta ampun lalu tidak diampuni itu harus rela tidak diampuni. Kalau Saudara bersalah sama orang lalu bilang “ampuni saya”, “tidak”, Saudara jangan hakimi dia, Saudara layak tidak diampuni? Tapi bagi orang yang sedang disakiti, bagi orang yang sedang dilanggar, bagi orang yang dilukai, dirugikan, kalimat ini penting bagi Saudara, ampunilah mereka. Karena dengan mengampuni orang, Saudara akan sadar sumber sukacita Saudara bukan dari orang lain, ini hal pertama yang harus Saudara tahu. Sumber sukacita dan pengampunan itu dari Tuhan. Maka Tuhan mengatakan “karena kamu sudah diampuni, maka kamu sekarang ampunilah orang lain. Karena kamu sudah dipertobatkan, sudah dibereskan dosanya, bahkan sudah dihapus, sekarang kamu hapuslah dosa orang lain”. Inilah yang sedang dibicarakan, siapa sedang sakit hati, siapa sedang dilanggar, siapa sedang dirugikan, saya minta Saudara renungkan bagian ini “Tuhan yang mengampuni saya, maka saya dapat penghiburan dari Tuhan”. Maka kita harus memaklumi, orang berdosa memang akan berdosa, saya disakiti oleh orang berdosa, memang dia orang berdosa. Jadi kita akan mengubah dendam menjadi belas kasihan, mengubah dendam menjadi perasaan kasihan. Kamu hidup di dalam keadaan seperti ini, hidupmu akan terus sengsara, mendingan kamu cepat-cepat kembali kepada Tuhan. Inilah jiwa yang sedang Tuhan ingin latih dari kita, sehingga kita tidak mendapatkan apa yang perlu dalam jiwa kita dari orang lain, tapi dari Tuhan.
Ayat 36 mengatakan “hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”. Tuhan tidak pernah menyuruh kita untuk mengampuni dengan kekuatan sendiri. Karena kalau dengan kekuatan sendiri, kita tidak mungkin bisa bertahan. Saudara kalau sekarang menggumulkan, membenci orang, dendam sama orang, lalu dengar khotbah, mengatakan “jujur, khotbah ini sulit sekali, nanti pulang mungkin saya tetap benci orang ini, mungkin sampai beberapa lama saya tetap benci. Tapi saya mau belajar bagaimana caranya mengandalkan kekuatan dari Tuhan dan perenungan tentang kebaikan Tuhan untuk saya boleh mengampuni orang lain”.
Ini membuat bagian-bagian yang kita baca menjadi sangat relevan. Dalam ayat 32 dikatakan “kalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, jasamu itu apa?”, karena berarti kita mendapatkan kepenuhan dari orang itu, jiwaku tenteram karena dia dan sekarang saya membagi itu kepada orang lain. Tapi orang yang sukacitanya pada orang lain, tidak mungkin tenang hidupnya. Maka kalau kita melihat kepada Tuhan, tidak mungkin kecewa. Saudara kalau kecewa sama Tuhan, berarti Saudara salah mengerti Tuhan. Tapi kalau Saudara tidak kecewa sama orang lain, mungkin Saudara salah mengerti orang lain. Jadi waktu Saudara mengatakan “aku kecewa sama Tuhan”, mengapa kecewa? Karena engkau tidak mengenal siapa Dia. Saudara merenungkan 4 poin yang saya bagikan pun, Saudara tidak ada alasan untuk kecewa. Mengapa kecewa? Tuhan tidak berikan ini, engkau terus lihat apa yang Tuhan tidak beri tapi lupa apa yang Tuhan sudah beri. Ini terkadang perlu teguran yang sangat keras, ada orang-orang yang mendapatkan kelimpahan, lalu kurang dapat 1 hal lalu merasa sudah sangat menderita, tapi lupa lihat berkat yang limpah yang Tuhan sudah berikan. Maka Tuhan memberikan kelimpahan, maka kita boleh mempunyai kekuatan untuk menjalankan hidup. Tuhan yang memberikan segala hal yang kita perlukan untuk kepuasan jiwa kita, maka kita boleh mempunyai kekuatan untuk mengampuni orang lain. Bagaimana kekuatan mengampuni itu? Saya sarankan kita boleh sama-sama melatih diri. Tapi untuk memulai mengasihi mari kita coba dulu dengan memadamkan dendam yang ada sekarang. Kadang-kadang Saudara membenci orang yang dekat bukan yang jauh. Coba kita belajar dulu untuk memaklumi orang, memberikan tuntutan kepada dia seperti Tuhan menuntut dan meminta dia untuk berespon kepada Tuhan bukan kepada kita. Sehingga kita tidak mudah kecewa sama orang. Kalau orang mengecewakan Saudara, berarti Saudara beranggapan dia mesti menjadi pelayanmu dan dia gagal. Tapi kalau Saudara merasa dia harus menjadi pelayan Tuhan, kegagalan dia membuat Saudara berdoa kepada Tuhan “Tuhan, sabar sama dia ya, sama seperti Engkau sabar sama saya. Tolong jangan buang dia, sama seperti Tuhan tidak buang saya”, ini yang harus kita miliki. Memang kesulitan untuk menjalankan ini sangat besar, tetapi saya minta kita melangkah satu langkah demi satu langkah, pelan-pelan mulai belajar mendoakan, pelan-pelan belajar maklum, pelan-pelan mulai belajar untuk Tuhan mengampuni orang ini, dan pelan-pelan belajar untuk meminta Tuhan membuat saya mampu mengasihi orang ini. Saya ingin orang lain bertobat, mulailah dengan menunjukan kasih yang tidak layak dia dapat.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)