Injil adalah kekuatan Allah untuk menyelamatkan, mengubah orang keadaan cemar karena dosa menjadi kudus. Bukan hanya status. Injil bukan hanya mendeklarasikan seseorang benar, Injil mengubah seseorang menjadi orang benar. Dalam Surat Galatia, Paulus mengatakan “kalau kamu menyunatkan dirimu, kamu harus menjalankan seluruh Taurat”, karena identitas harus berkait dengan hidup. Saudara punya identitas apa, hidup Saudara harus mencerminkan identitas itu. Paulus ingin menyatakan kebenaran versi Habakuk, kebenaran memimpin orang hidup oleh iman. Orang yang benar akan hidup oleh percaya bahwa Tuhan sanggup memperbaiki lingkungan dan kita yang rusak. Orang berdosa biasanya akan menyalahkan lingkungan, tapi lupa lihat diri. Waktu Adam ditanya “mengapa kamu jahat?”, dia menuduh istri. Lalu ditanya lagi “perempuan, mengapa engkau makan buah itu?”, dia masih dapat ular, akhirnya berhenti di ular. Sehingga kita punya scapegoat yang asli, “mengapa kamu jahat?”, “karena setan”. Tapi Tuhan tidak menerima jawaban itu karena Adam dan Hawa juga kena hukuman, bukan cuma ular. Tuhan tidak terima argumen “karena dia saya jahat, karena lingkungan saya jahat”, kita memang jahat dari awal. Setelah jatuh dalam dosa, kita tahu cuma berbuat jahat. Kita tidak perlu dididik untuk jahat, kita sudah jahat. Kita perlu dididik setengah mati untuk menjadi baik, tapi itu sulit setengah mati. Orang sudah mendengarkan khotbah lama, kok tidak benar-benar? Kita sedang dalam proses untuk menyingkirkan dosa, tapi belum selesai. Itu sebabnya tidak boleh menganggap pengudusan tema gampangan, sekali dengar firman langsung seperti malaikat. Saudara perlu rutin untuk dibentuk oleh Tuhan. Paulus sedang mengajarkan perubahan hidup itu penting. Tuhan sedang memberikan Injil, dan Injil akan mengubah. Pembenaran dari Injil adalah hadiah dari Tuhan yang besar sekali. Di ayat 18 dikatakan Tuhan marah pada manusia. Kita memunyai kecenderungan berdosa, dan itu yang membuat Tuhan benci, murka kepada kita. Saudara bisa menjadi orang yang kelihatan baik, tapi itu tidak menjadi poin pembenaran oleh Injil. Jadi Tuhan murka kepada manusia bukan karena yang telah dilakukan, tapi karena potensi kita lakukan. Namun Tuhan kita sangat sabar, Ia berjanji hanya menghukum tindakan. Kalau Tuhan menghukum kita berdasarkan kecenderungan, kita sudah hancur dari dulu. Mengingini itu sudah salah, misalnya. Tapi baik sistem pengadilan di bumi ini, maupun Tuhan sendiri, menyatakan akan menghukum tindakan. Keputusan Tuhan untuk menghukum kita karena tindakan menunjukan kesabaran Tuhan. Sebelum kita berlaku, Tuhan mengizinkan kita hidup dalam anugerahNya. Tapi setelah Adam jatuh dalam dosa, semua manusia jatuh dalam dosa.

Dan kecenderungan ini ada dari dalam. Ayat 18 mengatakan manusia menindas truth, dimanipulasi. Karena di dalam diri manusia ada anti-kebenaran. Righteousness adalah segala sifat yang Tuhan ingin manusia cerminkan sebagai gambar Allah. Jadi kebenaran versi righteousness itu yang Paulus katakan di dalamnya nyata kebenaran Allah. Saudara mengasihi itu bagian dari righteousness, Saudara adil itu bagian dari righteousness. Kita memunyai rasa belas kasihan, itu pun bagian dari righteousness. Itu semua bagian dari diri kita sebagai gambar Allah. Saudara harusnya senang yang teratur, indah, adil, bermoral baik, suci dan lain-lain. Tapi Alkitab mengatakan di ayat 18 semua yang saya deskripsikan tadi dibalikan oleh natur berdosa kita.

« 3 of 6 »