Di dalam ayat 1 ditekankan “demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”. Biasanya kita akan membaca bagian ini dengan cara yang seperti bersifat kedepan, maksudnya kita melihat bebas dari hukuman berarti nanti kalau kita sudah mati, kita tidak masuk ke neraka. Jadi kehidupan di dunia bisa kita jalani dengan penyertaan Tuhan dan setelah mati, kita boleh beroleh surga. Di dalam kitab Roma pasal 1-7, Paulus tidak membahas tentang efek surga atau neraka setelah kita mati. Kalau kita melihat di dalam pasal 1, yang dibahas oleh Paulus adalah kekacauan hidup, terutama di dalam praktek homoseksual itu jelas sekali menjadi sorotan di pasal 1. Kemudian pasal 2 menyoroti tentang kehidupan yang baik, kehidupan yang menjalankan Taurat. Pertama kehidupan yang kacau, kedua kehidupan yang menjalankan Taurat, ketiga pengertian yang Paulus bagikan di pasal 3 mengutip dari Kitab Mazmur. Dimana pengertian dari Mazmur menunjukan kerusakan hidup manusia secara total. Bukan hanya hati, tapi juga perkataan, juga perbuatan, tidak ada yang baik, semua rusak, semuanya kacau, kehidupan yang di sini. Lalu di pasal 3 Paulus masih menekankan tentang iman kepada Kristus yang mengubah itu semua. Itu semua tentu adalah kehidupan yang kacau tadi. Lalu di pasal 4 ada penekanan tentang pembenaran bukan karena saya sudah berhenti kacau, di tengah-tengah keadaan saya masih kacau, Tuhan memberikan anugerahNya. Sama seperti Abraham, ada paralel antara pengikut Kristus yang beriman kepada Kristus dengan Abraham yang beriman kepada Allah. Pasal 5 menekankan bahwa kita sudah dikasihi dan dijadikan milik Tuhan waktu kita masih kacau, ketika kita masih rusak hidupnya. Kemudian pasal 6 dan 7 memberikan dorongan untuk kehidupan diperbaiki. Jadi saya tidak melihat tempat untuk surga dan neraka di dalam pasal-pasal itu. Mungkin Saudara mengatakan “jadi Paulus tidak percaya surga dan neraka?”, bukan itu, tentu tidak. Tapi bukan tentang surga dan neraka yang Paulus sedang bahas di Roma mulai pasal 1-7. Bukan berarti segala sesuatu dapat kita baca dalam kacamata surga dan neraka saja. Sehingga ketika membaca dari Roma 1-7, kita sudah melihat Paulus memberikan penekanan tentang hidup di sini yang rusak atau pun yang mendapatkan karunia dari Tuhan. Hidup rusak yang semakin rusak dan hidup rusak yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Kemudian Paulus membahas bagaimana Kristus menjadi pembenaran kita, Dia menjalankan hidup sebagai manusia sejati. Maksudnya manusia sejati adalah Dia menjalankan apa yang harusnya semua manusia jalankan. Dan di dalam pasal 8 ada penekanan apa yang harus dikejar dan ditinggalkan melalui pekerjaan Roh Kudus. Kalau dilihat secara teliti, Saudara akan melihat bahwa Surat Roma itu memberikan tekanan kepada perubahan hidup. Namun tekanan itu diberikan melalui berita Injil yaitu kita percaya karena iman dan pembenaran itu diberikan sebagai anugerah. Maka ketika kita membaca Surat Roma, kita tidak bisa melihat surat ini sebagai pemberi penjelasan bahwa kita ini akan masuk dalam sebuah pengadilan. Kemudian Tuhan akan putuskan kita ini benar atau salah, setelah itu kita akan dilemparkan ke neraka kalau kita diputuskan salah, atau dimasukan ke surga kalau diputuskan benar. Tapi puji Tuhan, Kristus intervensi akhirnya Dia yang dihukum dan kita ke surga. Maka ketika kita membaca pasal 8, kita tidak bisa mengatakan bahwa pasal ini berbicara tentang penekanan hidup setelah mati, “saya hidup penuh dosa, maka mati masuk neraka. Kalau saya mati masuk neraka, saya tidak dapat keselamatan. Kalau saya mati dengan iman, saya masuk surga”, apakah ayat ini sedang mengatakan demikian? Tidak. Bagian ini tidak mengatakan “tidak ada penghukuman, maksudnya kalau Tuhan Yesus datang kembali, kamu tidak dihukum masuk neraka”, bukan itu. Bagian ini sedang menekankan penghukuman dalam pengertian kuasa yang membuat kita hidup di dalam cara dimana kita sudah hidup. Ini yang Paulus sedang tekankan, tidak ada lagi penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus, condemnation. Maksudnya tidak ada lagi kuasa buruk yaitu dosa dan maut yang akan mengatur kehidupan orang percaya. Orang percaya tidak lagi dikuasai dosa dan maut, dalam pengertiannya hidupnya. Hidupnya tidak lagi mencerminkan kuasa dosa dan maut. Mengapa tidak? Ayat 2 menjelaskan, dikatakan “hukum roh hidup di dalam Kristus, membebaskan, memerdekakan kita dari hukum dosa dan hukum maut”. Dalam bahasa asli, ada perkataan hukum roh hidup, bukan roh yang memberi hidup. Pekerjaan roh itu sendiri adalah hukum, pekerjaan maut dan dosa adalah hukum yang lain. Ada hukum yang membuat kita kacau dan ada hukum roh yang membuat kita hidup di dalam prinsip hidup yang benar. Di dalam bahasa asli dikatakan “hukum roh hidup di dalam Kristus memerdekakan kamu dari hukum dosa dan hukum maut”, itu kalimat panjang. Yang saya kritik dari ayat 2 bukan pengertian yang melebur perkataan roh yang memberi hidup telah memerdekakan dan sebagainya, tapi kehilangan kata hukum yang saya pikir didorong oleh tafsiran bahwa pekerjaan roh antitesis dari Taurat. Taurat itu hukum, pekerjaan roh bukan hukum. Tapi di sini dengan jelas ditekankan bahwa roh itu membuat kita menjalankan Taurat. Roh membuat kita menjalankan hukum roh yang adalah bentur dengan hukum dosa dan hukum maut. Jadi kata hukum roh hidup dalam Kristus, itu satu penjelasan yang indah sekali, telah memerdekakan kamu dari hukum dosa dan hukum maut. Berarti sebelumnya ada hukum dosa dan hukum maut yang menguasai kita, tapi setelah itu Tuhan memberkati kita dengan hukum roh. Saudara pindah dari satu hukum ke hukum yang lain, dari satu cara hidup ke cara hidup yang lain. Kalimat ini akan membuat kita mengerti apa itu Injil.

Injil bukan cara masuk surga, Injil adalah cara hidup. Tapi kita sering meramunya menjadi Injil mati, karena kita menawarkan ini dengan mengatakan “hidup di dunia penuh sengsara, tapi nanti kalau kamu sudah mati kamu akan masuk surga”. Saya tidak mengatakan bahwa pengharapan itu salah, “hidup di dunia penuh dengan penderitaan, tapi nanti saya mati masuk surga”, itu tidak masalah. Tapi kalau kita menyoroti kalimat itu, hidup di dunia tidak ada apa-apa lagi, penderitaan saja dan nanti kita masuk surga, lalu kita mengasumsikan kehidupan kita di bumi tidak penting dalam pandangan Tuhan, itu akan bentur dengan seluruh Kitab Suci. Kita tidak akan mengajarkan ajaran Alkitabiah jika kita tidak menekankan pentingnya hidup saat ini. Jadi pengharapan bukan untuk saat ini, kesempurnaan hidup yang Tuhan janjikan bukan sekarang, tapi kewajiban untuk hidup baik itu boleh kita nikmati sekarang.

1 of 5 »