(Yesaya 49-55)
Kita masih membahas dari Yesaya, dari pasal 49-55. Di dalam seluruh pasal-pasal ini dikatakan bahwa raja-raja bangsa-bangsa dipanggil kembali oleh hamba Tuhan. Ada hamba Tuhan yang berteriak “engkau sedang terhilang. Hai, raja-raja dunia, engkau sedang jalan ke arah yang salah. Hai manusia engkau sedang berjalan ke arah yang salah. Hai umat Tuhan yang sedang tersesat engkau pun sedang jalan di arah yang salah”. Tapi manusia tidak sadar panggilan ini, karena ketika manusia disinggung, disindir dan dirusak oleh pengertian kebenaran manusia merasa harga dirinya dihancurkan dan setiap seruan itu membuat mereka makin tegar dalam kesalahan dan makin mengabaikan seruan Tuhan. Itu sebabnya kita tidak punya pengharapan, makin dengar firman makin berontak, makin dengar firman makin keraskan hati, makin dengar firman makin marah kepada yang menyampaikan firman. Maka waktu hamba Tuhan ini teriak “Tuhan mau engkau kembali”, semua raja menghina dia, menyusun kekuatan untuk menghantam dia. Tidak banyak orang-orang di Perjanjian Lama yang memberikan sejarah Injil lebih ringkas dan lengkap selain Yesaya. Yesaya menulis bagaimana bangsa-bangsa akan dipanggil oleh hamba Tuhan ini dan hamba itu memanggil dengan 3 cara. Yang pertama dia memanggil dengan seruan, yang kedua dia memanggil dengan ketaatan kepada Tuhan, yang ketiga dia memanggil dengan menyerahkan dirinya menjadi korban. Setiap tahap makin lama makin berat untuk hamba ini tapi makin lama makin menolong orang-orang yang tersesat ini.

Hal pertama yang dilakukan hamba Tuhan ini, dia berseru, dia berteriak mengatakan kepada bangsa-bangsa untuk kembali kepada Tuhan. Dan inilah yang dilakukan oleh Yesus. Di dalam hidupNya Dia berseru “bertobatlah, Kerajaan Allah sudah dekat”. Kerajaan Tuhan sudah hadir, Rajanya sudah hadir dan sekarang memanggil engkau kembali. Tetapi seruan ini tidak mau didengar karena mereka rasa terlalu indah untuk jadi kenyataan kalau Raja itu benar-benar datang. Ketika mereka mengamati hidup Yesus, ternyata hidup Yesus berbeda dengan yang mereka harap karena mereka harap kejayaan, mereka harap kekuatan, mereka harap dominasi, mereka harap kecerdasan menghancurkan musuh dan ini tidak ada pada Yesus. Lalu hal kedua yang Yesus lakukan, sama dengan yang dinubuatkan Yesaya di dalam pasal 49-55, yaitu orang ini akan menjalankan segala yang perlu untuk menunjukan ketaatan kepada Allah. Kemarin kita sudah membahas bagaimana ketaatan itu menjadi memuncak di kayu salib. Ketaatan Yesus yang paling puncak adalah ketika Dia rela disalib. Taat sampai mati di kayu salib, taat untuk menggenapi apa yang manusia lama gagal genapi. Adam gagal karena mau menjalankan apa yang dia mau, manusia gagal karena mau jalankan yang dia mau. Yesus berhasil karena Dia mengatakan “makananKu adalah menjalankan kehendak Bapa. Mengapa Yesus berhasil? Karena seluruh hatiNya adalah milik Bapa di sorga. Tidak ada orang yang bisa berbahagia kecuali dia mengatakan “Tuhan, seluruh hatiku menjadi milikMu. Apa yang Engkau ingin itu akan aku lakukan, Engkau ingin aku lakukan apa, silahkan jalankan, aku siap untuk menjalankannya”. Maka di atas kayu saliblah sukacita Kristus itu genap. Tapi Luther mengatakan sukacita yang genap dibarengi dengan dukacita yang mendalam. Dukacita karena hancur hati dikhianati oleh umat sendiri, dan dukacita karena hancur hati harus menjadi wakil orang yang harusnya dihancurkan. Lalu Allah Bapa menghukum Dia. Di sini perasaan Kristus tidak mungkin kita pahami.

Lalu hal ketiga yang dikerjakan oleh hamba itu adalah dia akan melihat Tuhan berbalik dan kembali memihak dia. Inilah yang terjadi ketika Yesus bangkit. Yesus mati di kayu salib, tapi Dia bangkit. Mengapa Dia bangkit? Karena Allah berkenan akan apa yang Dia kerjakan. Di sini rahasia dari kemenangan Kristus berada yaitu Dia aktif sampai mati tapi pasif menerima kebangkitan. Dia aktif menjalankan yang harus, tapi dengan pasif menyerahkan nyawaNya ke dalam tangan Tuhan. Dalam Injil Yohanes, Yesus mengatakan “Aku berkuasa memberikan nyawaKu, Aku berkuasa menerimanya kembali”. Tapi di dalam bagian Surat Paulus, Paulus mengatakan “Allah membangkitkan Dia”, berarti Yesus yang punya kuasa bangkit, Dia rela menyerahkan kebangkitan itu ke dalam tangan BapaNya di sorga. Dia dengan aktif mati dan dengan pasif menyerahkan kapan Allah Bapa mau berkenan dengan apa yang Yesus kerjakan. Maka ada hal ketiga yang penuh dengan pengharapan. Di dalam Yesaya 53 dikatakan “HambaKu akan berhasil, HambaKu tidak gagal, HambaKu akan menjalankan apa yang Aku inginkan”. Ketika Yesus diperkenan pada waktu itu terjadi kemenangan yang luar biasa. Yang pertama adalah kemenangan dari seluruh rencana penciptaan Tuhan. Jangan pikir kebangkitan Yesus hanya untuk kita, kebangkitan Yesus menunjukan rencana Tuhan dalam penciptaan tidak digagalkan oleh dosa. Sejak awal Tuhan mencipta, Tuhan sudah punya rencana masuk ke dalam Sabat yang penuh bahagia. Dan kejatuhan manusia di dalam dosa tidak membatalkan ini. Bayangkan berapa besar kemenangan Yesus yang didapatkan waktu Dia bangkit. Itu sebabnya ketika kita menyanyikan Yesus bangkit, yang menyanyi bukan hanya orang-orang percaya, tapi seluruh malaikat yang tahu Allah sedang mempersiapkan ciptaanNya masuk ke tahap yang sangat penting yaitu tahap yang penuh dengan kemenangan. Kebangkitkan Yesus memberikan kemenangan pada ciptaan Tuhan. Apa yang Allah ciptakan tidak gagal karena ada kebangkitan. Itu sebabnya Paulus mengatakan “jangan goyah, apa yang kau kerjakan tidak akan gagal, apa yang kau perjuangkan dalam ciptaan, apa yang kau perjuangkan di bumi ini tidak akan gagal. Jika engkau melakukannya untuk Tuhan, kebangkitan Kristus memastikan bahwa apa yang engkau kerjakan akan Tuhan sempurnakan. Dan di dalam kebangkitan engkau akan lihat semuanya ini jadi”. Itu sebabnya Yesus bangkit. Hal pertama menunjukan rencana kemenangan Tuhan di dalam penciptaan.

Lalu yang kedua kebangkitan Yesus menunjukan kemenangan umat pilihan dari kuasa dosa dan maut. Kalimat ini sering kita dengar, sehingga kita remehkan. Begitu sering kita remehkan sehingga kita tidak pakai kemenangan ini untuk berjuang. Kita selalu berpikir “kalau Yesus bangkit otomatis saya juga suci”, tidak. Yesus bangkit otomatis kita punya kekuatan untuk berjuang, dan kita tahu kekuatan itu dimungkinkan karena kemenangan Dia. Ada gambaran yang indah sekali dari seorang pengkotbah yang mengatakan ketika Yesus bangkit, kekuatan kebangkitanNya begitu kuat, sehingga Dia akan tarik kita keluar dari kuasa dosa. Tapi waktu Dia tarik kita keluar, Dia tidak tarik kita keluar supaya kita menjadi pasif, supaya kita menjadi orang yang menikmati ditarik dengan cara yang diam. Sebaliknya, kuasa kebangkitan Kristus menggerakan kita untuk menang. Kita berjuang karena kita tahu Kristus bangkit, karena kita tahu kekuatan dari kebangkitan Yesus memampukan kita untuk menang. Itu sebabnya di dalam kebangkitan Kristus ada kemenangan umat Tuhan atas dosa dan maut. Dosa dan maut sudah dikalahkan. Kapan dia kalah? Waktu Yesus bangkit. Kapan dia mulai berkuasa? Dia mulai berkuasa ketika Adam jatuh dalam dosa. Jadi Adam jatuh dalam dosa, bikin dosa menelan kita semua. Tapi Yesus bangkit, membuat kuasa kematian ditelan oleh kuasa kebangkitanNya. Mengapa kuasa kebangkitan menelan kematian? Karena kebangkitan Dia membuat seluruh kematian yang di dalam Dia adalah kematian untuk menantikan hidup baru. Belum pernah ada catatan dalam Perjanjian Lama yang mengumpamakan kematian itu seperti benih. Saudara kalau lihat benih tanaman, masukan dalam tanah, lalu pendam, waktu benih itu hancur, muncul satu tunas baru dan menjadi tanaman yang hidup, yang besar dan jauh lebih besar dari apa yang ditanam di dalam tanah. Yesus mengatakan “Aku mati sebagai benih”. Yesus mati bukan karena dosa. Adam mati karena dosa. Kita di dalam Adam mati karena dosa. Tapi Yesus mati supaya ada kebangkitan yang penuh dengan kuasa. Maka siapa yang berada di dalam Kristus, kalau pun kita akan menghadapi kematian, ini adalah kematian di dalam tahap menghadapi kebangkitan, melihat bagaimana maut ditaklukan dan melihat ada tumbuhan baru yang tumbuh setelah kita semua hancur di dalam kematian.

Maka Yesus mengubah makna kematian. Kematian bukan lagi sesuatu yang menelan kita, tapi kematian adalah suatu tahap menuju kepada kebangkitan tubuh. Kalimat ini sangat agung. Siapakah yang memberikan pengharapan? Yesus. Mengapa Dia bisa memberikan pengharapan? Karena Dia sendiri sudah bangkit. Siapa bisa berkotbah seperti ini selain Yesus? Dialah yang mengatakan “mari datang karena Akulah benih sulung yang lebih dulu bangkit dimana semua orang akan ikut bangkit bersama-sama dengan Aku”. Maka hal kedua yang Dia nyatakan dalam kebangkitanNya adalah kemenangan bagi umat Tuhan, menang atas dosa dan menang atas kuasa maut. Siapa yang bisa mengatakan “hai maut dimana sengatmu? Hai maut dimana kuasamu? Engkau tidak lagi mempunyai kuasa”. Paulus mengatakan kekuatan maut ada di dalam Taurat. Apakah Taurat membuat kita mati? Bukan, yang Paulus maksudkan adalah perintah yang membawa kita hidup justru membuat kita mati karena kegagalan kita. Kita gagal karena kepala kita sudah gagal. Maka Paulus mengatakan tidak mungkin Taurat membuat hidup, selama engkau masih ada di bawah kepalanya Adam. Selama masih berada di dalam Adam, seluruh Taurat tidak berguna. Karena perintah ini adalah perintah untuk hidup. Engkau tidak mengikuti Taurat supaya mati, Tuhan tidak pernah berikan AlkitabNya supaya kita baca, jalankan dan mati. Itu bukan rencana Tuhan. Tuhan tidak pernah mengatakan “lakukan ini supaya engkau mati”. Maka Taurat diberikan dengan kalimat “lakukan maka engkau hidup”. Tapi bagaimana mungkin ini bisa? Karena orang mengatakan “saya melakukan tapi saya tetap mati”, mengapa tetap mati? Karena kuasa kematian di dalam dosa, setelah Adam jatuh ke dalam dosa. Lalu bagaimana supaya Taurat menjadi hidup, supaya perintah-perintah firman Tuhan yang benar, benar-benar membawa kita ke dalam hidup? Yaitu kalau kita sudah punya kepala yang baru. Tapi untuk menjadi anggota dari kepala yang baru ini, Yesus harus mati dan kuasa kebangkitanNya harus diaplikasikan oleh pekerjaan Roh Kudus. Itu sebabnya ketika Roh Kudus menggerakan kita untuk percaya kepada Yesus, apda waktu itu kuasa kebangkitan Yesus menjadi milik kita. Saudara dan saya mendapat bagian di dalam kebangkitan yang baru ini. Sehingga karena Kristus bangkit, sekarang sudah ada benih awal yang sulung, yang membawa perubahan ke seluruh dunia. Kalau Dia adalah yang sulung maka yang lain akan menyusul. Saudara dan saya yang percaya kepada Kristus, kitalah yang muncul, kitalah yang menyusul dan kitalah yang memperjuangkan kerajaan yang sekarang dinyatakan ini. Zaman dulu kerajaan ini dinyatakan di dalam Israel, tapi setelah Yesus bangkit kerajaan ini dinyatakan di seluruh dunia. Maka karena Yesus bangkit, Saudara dan saya menjadi orang yang mengklaim dunia ini kembali milik Tuhan. Bumi ini milik Tuhan, bukan milik setan. Bumi milik Allah, maka prinsip Allah harus dinyatakan di bumi. Bumi milik Tuhan, maka saya perjuangkan untuk bumi ini tunduk kembali kepada Tuhan.

Bagaimana berjuang? Di dalam Adam dan dosa, berjuang adalah dengan cara menang, mengalahkan yang lain, egois, memberikan kenikmatan diri untuk menjadi tujuan, membuat diri tenggelam di dalam dosa, ini semua adalah gaya lama di dalam hidup duniawi. Tapi Kristus menunjukan hidup yang penuh kemenangan adalah tunduk kepada Tuhan dan taklukan dosa. Tunduk kepada Tuhan dan taklukan perintah-perintah dari setan dan seluruh dunia yang jahat. Tunduk kepada Tuhan dan menang atas dosa. Inilah yang Yesus lakukan. Maka Saudara dan saya menjadi orang yang berada di dalam kebangkitan Kristus. Mari tunjukan kemenangan itu, kalau sekarang bukan lagi Israel tapi seluruh dunia adalah tempat dimana Yesus mau menyatakan diri sebagai Raja. Mengapa saya dan Saudara terlalu lambat bekerja memperjuangkan nama Sang Raja ini? Terlalu banyak hal menyimpangkan kita dari panggilan mula-mula untuk meninggikan Kristus. Kita selalu menyempitkan meninggikan Kristus hanya di dalam Injil saja yang kita beritakan untuk membawa orang ke sorga. Tapi Alkitab menyatakan Injil adalah berita sukacita bahwa Allah sekarang bertahta. Dan Yesus menyatakan Allah yang engkau berharap bertahta, sekarang menyerahkan tahta itu kepada Sang Anak. Ini berita luar biasa besar. Maka kalau ditanya siapa Kristus? Saudara menyatakan Dia Juruselamat, Dia Raja. Dan title Juruselamat dan Raja adalah title untuk penguasa penakluk dari seluruh dunia yang akan menyatakan penaklukanNya justru dengan kasih. Raja-raja dunia menghancurkan yang lain dan menang, Yesus merelakan diri dihancurkan dan mendapatkan kemenangan. Yesus memanggil kita untuk menyatakan mari perjuangkan apa yang sudah Dia kerjakan. Kalau Dia adalah yang sulung, maka kita semua menyusul Dia, mengerjakan apa yang Tuhan sedang kerjakan saat ini. Tuhan sedang klaim kembali tahtaNya, Dia sedang menyatakan “semua kerajaan dunia adalah milikKu”. Saudara sekarang pun melakukan hal yang sama, Saudara mengatakan “kampus dan studi bukan milik setan, kampus dan studi adalah milik Kristusku”, Saudara yang bisnis megatakan “bisnis bukan milik setan, bisnis bukan milik roh yang begitu dahsyat dalam keserakahan, bisnis bukan milik orang yang gila harta dan mau memperkaya diri dengan merugikan orang. Bisnis adalah milik Sang Raja yaitu Kristus”. Saudara yang bekerja di pemerintahan mengatakan “pemerintahan milik Kristus, seluruh raja akan tunduk dan Raja atas segala raja akan menyatakan diri. sebab itu sekarang saya menjadi utusan yang pergi terlebih dahulu sebelum Dia datang. Aku utusan yang pergi dan mengatakan: hei pemerintah, jalankan cara Rajaku, jangan jalankan dengan cara dunia ini”. Suatu saat nanti seluruh makhluk akan menyatakan “Raja atas segala Raja dan Tuan atas segala tuan, kami menyembah Engkau. Seluruh puji-pujian, seluruh kekayaan, seluruh hormat, seluruh kemuliaan hanya bagi Kristus”. Tapi sebelum saat itu tiba kitalah yang mempelopori supaya dunia sadar “Rajamu sudah datang’. Dan Raja ini tidak klaim tahta dengan menang lewat militer, Dia tidak menang lewat kuasa senjata, tapi Dia menang lewat kerelaan untuk berkorban.

Harap hari ini kita sadar, kitalah tentara-tentara yang diutus duluan pergi sebelum Sang Raja itu datang. Dalam Alkitab dikatakan “ratakan tanah yang bergelombang, timbun yang tenggelam”, mengapa ditimbun? Karena Raja mau lewat. Siapa yang melakukan penimbunan, siapa yang potong tanah yang tidak rata? Kitalah orang itu, kita sedang persiapkan jalan bagi Kristus. Kalau Kristus datang dan jalan itu belum rata, betapa kita tidak bertanggung jawab. Tapi kita selalu disibukan dengan hal-hal yang tidak pernah berfokus kepada Kristus, seluruh kesibukan kita adalah untuk diri, seluruh kesibukan kita adalah untuk kerajaan kecil yang namanya diriku, keluargaku atau perusahaanku atau gerejaku, tapi kita tidak pernah pikir Allah yang mengutus Kristus, Dialah yang menjadi Raja. Maka mari mulai hari ini kita berjuang sebagaimana seharusnya. Yesus yang bangkit memanggil kita untuk mengatakan kemenangan bukan lewat senjata, kemenangan bukan lewat dukungan finansial, kemenangan bukan lewat kekuatan mengalahkan orang lain. Kemenangan adalah lewat taat kepada Tuhan. Mari belajar taat, belajar tunduk kepada Tuhan, mari rela jalani hidup yang makin menggenapi yang Tuhan mau dan kiranya Tuhan memberkati bumi ini dengan kemuliaan yang dinyatakan melalui anak-anakNya. Yesus bangkit dan Yesus memanggil kita untuk menang di dalam kebangkitanNya. Apakah Paskah itu? Paskah adalah merayakan ketika anak-anak itu boleh keluar. Anak-anak sulung Israel bebas dari kematian, karena Tuhan di padang gurun ingin mereka menjadi imam, Tuhan mau mereka menyembah Tuhan dan mengajar seluruh umat untuk kembali kepada Tuhan. Yesus mati supaya Saudara dan saya bebas dari maut. Untuk apa kita bebas dari maut? Supaya jadi imam yang menyembah Tuhan dan menyatakan ke seluruh dunia “sembahlah Tuhanmu, disitulah sukacitamu. Tunduklah kepada Kristus, disitulah damaimu yang sejati”. Mari bergabung di dalam pasukan yang akan menyatakan keagungan Kristus. Jangan malas, jangan terus dalam dosa, jangan terus diwarnai cita-cita palsu, tinggalkan semua dan sekarang ikut Kristus. Kiranya Tuhan mendorong kita untuk mengerti ini dan menjalankannya di dalam hidup.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)