(Lukas 10: 25-37)
Seorang imam datang kepada Yesus, karena di dalam contoh atau di dalam cerita yang Yesus bagikan, Dia membandingkan antara orang Samaria dengan seorang imam, keturunan Lewi. Ini untuk menyindir orang yang bertanya, jadi dalam ayat 25 dikatakan “suatu kali berdirilah seorang Ahli Taurat”. Ahli Taurat adalah kelompok yang selidiki Taurat dengan setia dan banyak dari mereka adalah imam, untuk mencobai Yesus. Di dalam Lukas, orang mencobai Yesus untuk 2 hal, pertama mereka ingin Yesus menjawab lalu Yesus diserang karena jawaban itu, inilah mencobai. Jadi mereka sengaja pancing dengan pertanyaan yang menjebak. Tapi ada yang kedua, mereka bertanya untuk membenarkan diri. Jadi mereka bertanya untuk menunjukan “saya benar”, mereka bertanya supaya Yesus mengkonfirmasi yang dia katakan. Saya percaya orang ini adalah kelompok kedua, dia ingin Yesus mengkomfirmasi apa yang dia sudah ketahui. Maka dia datang lalu bertanya “Guru, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”. Kita seringkali membaca Kitab Suci hanya dalam kerangka satu model doktrin, pokoknya baca Alkitab selalu dengan kerangka doktrin keselamatan saja, sehingga kita membaca bagian-bagian yang akan mengganggu pengertian kita, sebab kita pikir ini bentur. Tetapi konteks yang dimaksudkan dalam Lukas 10 ini sedikit berbeda, sorotannya itu agak beda. Kalau orang Yahudi mengatakan “hidup kekal itu apa?”, Saudara jangan samakan hidup kekal dengan cara kita berpikir sekarang. Kita sayangnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran Yunani, Plato mengatakan “hidup di bumi ini adalah hidup yang jelek, yang sempit, yang terbatas, tapi nanti kita akan mati, roh kita pergi ke atas lalu berdiam di dalam dunia ideal yang sempurna”. Kristen tidak mengenal ini, sama seperti Yahudi tidak mengenal ini.

Alkitab mengajarkan dalam Kitab Kejadian, Tuhan menciptakan tubuh, Tuhan menciptakan bumi, dan Tuhan akan pulihkan ini. Maka Tuhan menjanjikan Dia akan hadir memulihkan segala sesuatu dan memberikan umatNya tempat utama di bumi ini. Apakah buminya sama persis? Kita tidak tahu, tunggu nanti. Tapi di dalam bumi yang baru pasti kemuliaan Tuhan menjadi sempurna, tidak ada lagi penderitaan, tidak ada lagi kejahatan, tidak ada lagi air mata. Kita akan hidup sebagaimana orang harusnya hidup di dalam kerangkan penciptaan yang Tuhan rencanakan. Inilah yang menjadi pengharapan orang Israel, kapan Tuhan akan pulihkan segala sesuatu. Tapi ternyata bukannya bumi pulih, Israel malah hancur. Setelah mereka dibuang, mereka sedih, sangat sakit, mereka memohon “Tuhan pulihkanlah kami kembali, berikanlah keselamatan yang Tuhan rencanakan”. Apakah keselamatan yang Tuhan rencanakan? Pemulihan segala sesuatu, inilah keselamatan yang Tuhan rencanakan. Jadi mereka rindu Tuhan memulihkan segala sesuatu supaya mereka pun dipulihkan sebagai umat Tuhan yang menikmati Tuhan dengan sempurna, tapi mereka malah dibuang. Itu sebabnya dalam pembuangan mereka rindu dipulihkan kembali, boleh dikembalikan. Daniel sudah meninggal hanya satu dua tahun Israel sudah pulih, Daniel tidak sempat lihat. Maka di dalam pasal 12 Tuhan mengatakan kalimat penting ini “Daniel, Aku akan pulihkan Israel tapi engkau akan tertidur”, maksudnya tertidur itu adalah mati. Tuhan mengatakan “engkau akan dikumpulkan bersama leluhurmu, engkau akan mati”. Maka bagi Israel, keselamatan mempunyai poin yang penting dalam ayat ini, yaitu orang yang menantikan Israel pulih akan mati kalau belum waktunya pulih, tapi jiwanya akan dipelihara Tuhan sehingga dia seperti hanya tidur. Inilah konsep yang dimiliki Paulus, Paulus mengatakan “saudara kita yang tertidur”, itu diambil dari sini. Berarti bagi orang Kristen sama, mati itu adalah tidur. Tidur sementara lalu bangun lagi, seluruhnya sudah pulih, ini luar biasa indah. Saudara bayangkan, kalau Saudara mau mati “Tuhan, sebentar lagi saya akan tertidur, tapi nanti Engkau akan membangunkan saya dan menunjukan pekerjaanMu sudah genap”. Ada seorang teolog menulis begitu “nanti pada saat aku akan meninggal, aku akan berkata kepada Tuhan: Tuhan, saya akan tertidur, begitu nanti saya bangun, saya akan melihat apa yang saya perjuangkan sudah Tuhan selesaikan”. Saudara yang sekarang berjuang dalam mandat Injil, mandat budaya, kemudian mati, setelah itu bangkit, lihat semuanya sudah beres. Tapi ketika kita mati, sebelum bangkit, apakah jiwa kita tertidur, tidak sadar? Tidak. Yohanes Calvin menulis buku untuk menentang ajaran yang kalau kita mati itu kita sedang tidur, jadi begitu mati langsung tidur, tidak sadar, waktu berlalu cepat, tiba-tiba kerajaan yang baru itu sudah datang. Tapi Calvin bilang itu bukan ajaran Alkitab, Alkitab tidak mengajarkan kalau kita mati, jiwa kita tidur. Alkitab mengajarkan kalau kita mati, jiwa kita dikumpulkan oleh Tuhan bersama dengan Tuhan. Lalu jiwa kita dikumpulkan melakukan apa? Jiwa kita di sorga melakukan apa? Mengapa Alkitab bahas bumi terus, jarang bahas sorga? Karena memang tujuan kita di bumi. Lalu kita di sorga melakukan apa?

Di dalam Kitab Wahyu ada bagian yang sangat menarik. Maka Herman Bavinck menulis dalam bukunya Reformed Dogmatic yang judulnya The Last Things. Dalam The Last Things, Bavinck mengatakan di sorga roh kita berdoa kepada Tuhan. Pokok doanya adalah “berapa lama lagi sebelum Engkau pulihkan segala sesuatu?”. Jadi jangan salah, yang doa syafaat adalah kita di bumi dan mereka yang di sorga. Mengapa di sorga masih berdoa? Bukankah di sorga sudah final? Belum. Jadi kita harapkan kebangkitkan tubuh, bukan hidup di sorga. Wahyu mengatakan Tuhan turun ke bumi. Jadi waktu Tuhan Yesus turun ke bumi, kita diangkat ke atas, sudah sepi di atas. Harapan yang dicatat dalam Alkitab itu konsisten, Tuhan memulai di bumi dan mengakhiri dengan bumi yang baru. Tuhan bekerja dari sorga ke bumi dan diakhiri dengan Tuhan turun dari sorga ke bumi. Coba lihat penciptaan, hari pertama atas, Tuhan menciptakan terang, hari kedua menengah, cakrawal, hari ketiga bawah, hari keempat Tuhan penuhi dengan bintang-bintang, atas, setelah itu Tuhan membuat benda-benda yang terbang, binatang yang terbang, menengah, cakrawala, setelah itu Tuhan buat manusia dan hewan, bawah. Jadi dari atas menuju bawah, ini yang dipahami Yohanes 1. Maka Yohanes mengatakan terang itu turun dan di dalam Wahyu penggenapannya, Yesus Kristus turun. Tuhan menyatakan dalam Daniel 12, hidup kekal adalah “Aku akan pulihkan Israel tapi kamu akan tidur. Jiwamu akan dikumpulkan bersama dengan nenek moyangmu”, Tuhan mau Daniel tunggu dulu di situ. Maka dalam konsep Israel, hidup yang kekal adalah milik orang-orang yang baik, yang benar, yang oleh mereka Tuhan akan pulihkan bumi, seperti Daniel. Siapa yang dapat hidup kekal? Daniel, karena Daniel adalah orang yang benar sehingga Tuhan mau pulihkan Israel. Israel banyak orang yang jahat, banyak penyembah berhala maka Tuhan buang mereka.

Tetapi Tuhan juga pertahankan masih ada orang yang tetap setia kepada Tuhan. Jadi Tuhan masih pelihara kaum remnant atau kaum sisa. Nama ini kurang bagus, kaum sisa, tapi maksud nama ini adalah kelompok kecil dari mayoritas yang sudah serong. Mayoritas sudah serong, tapi kelompok kecil ini membuat Tuhan masih ingat akan janjiNya kepada Israel. Tuhan mau buang Israel, tapi begitu lihat kelompok ini Tuhan mengatakan “Aku akan pulihkan engkau”, maka di Babel, Tuhan lihat Daniel, Sadrakh, Mesakh dan Abednego dan seluruh orang yang masih beribadah kepada Tuhan. Dan Tuhan mengingat janjiNya. Inilah orang-orang yang mendapatkan hidup kekal itu, yaitu orang-orang yang mempertahankan hidup yang bersih sehingga Tuhan janjikan akan pulihkan Israel. Waktu Israel akhirnya pulih, dalam abad ke-1, mereka tetap hidup dengan sulit karena meskipun sudah kembali hidup di Kanaan, masih ditaklukan oleh kerajaan lain. Maka mereka tunggu “Tuhan, kapan kerajaan ini akan dipulihkan?”. Dan banyak orang baik yang rasa diri baik, banyak orang sombong yang rasa diri baik, itu mereka merasa adalah kaum remnant. Jadi di dalam Israel banyak kelompok-kelompok kecil yang merasa “kamilah orang remnant itu, kamilah yang berjasa sehingga Tuhan akan pulihkan kerajaan ini”. Inilah kelompok yang merasa dirinya adalah kaum remnant. Lalu apa yang boleh diperoleh kaum remnant ini, kaum sisa? Kaum remnant ini boleh memperoleh hidup kekal, menantikan Tuhan memulihkan Israel. Waktu mereka dibangkitkan, Israel sudah pulih.

Sekarang banyak perdebatan dalam abad itu, siapakah kaum remnant? Orang Farisi mengatakan “kamilah kaum remnant”, orang Saduki mengatakan “kami”, tapi orang Farisi mengatakan “bukan kamu, kamu sudah kompromi sama yang lain”. Tapi dalam Farisi sendiri banyak perpecahan, maka orang-orang selalu mengklaim “kelompok kamilah kaum remnant, kamu bukan”. Semua kelompok pro pada kelompok sendiri dan hina kelompok lain, “tahu tidak, Tuhan akan pulihkan Israel karena kelompok kami, bukan kelompok kamu. Kelompok kami yang setia”, maka mereka berdebat siapa yang lebih setia, inilah yang dibawa orang ini kepada Yesus untuk mencobai Dia. Kelompok mana yang Tuhan akan pertahankan untuk menjadi kelompok yang akan memulihkan Israel. Jadi apakah kami atau mereka, kelompok mana yang Tuhan sayang sehingga Tuhan akan pulihkan Israel? Ini yang kira-kira dia pertanyakan, bagaimana memperoleh hidup yang kekal, apa yang harus diperbuat? Ini bukan pertanyaan yang tulus karena ini mencobai Yesus, ingin mengkonfirm bahwa yang sudah dia ketahui itu yang benar. Maka Tuhan sudah tahu niat ini, balik tanya ke dia “menurutmu bagaimana?”. Orang yang mau membenarkan diri paling senang kalau ditanya “menurutmu bagaimana?”. Yesus bertanya “apa yang tertulis di dalam Taurat”, jawab orang itu “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan dan segenap akal budi, kasihilah sesamamu manusia seperti diri sendiri”. Ada aliran-aliran dalam Yahudi untuk merumuskan Taurat itu yang penting yang mana, yang paling populer yang merumuskan 10 Hukum. Taurat yang paling utama adalah 10 Hukum, tapi ada seorang rabi yang penting sekali di dalam abad ke-2 sebelum Masehi. Dia mengeluarkan ajaran begini yaitu hukum paling utama ada di Imamat 19 dan Ulangan 6. Lalu Yesus mengatakan “benar”, jadi Yesus tidak kutip, tidak menjadi murid rabi ini, tapi membenarkan ini ajaran yang benar. Maka Yesus tanya “menurutmu bagaimana?”, “yang penting itu kasihi Tuhan, kasihi sesama, dalam 2 hukum ini terkandung seluruh Hukum Taurat dan kitab para nabi, inilah yang paling penting”, Yesus menjawab “benar katamu”, ini konfirmasi Yesus kepada orang ini. Yesus tidak ingin terlalu banyak diskusi dengan dia, pokoknya dia sudah dapat, sudah mengerti, dan tinggal jalankan. Tapi orang ini ingin sindir, sekarang dia ingin serang Yesus, orang itu mengatakan “Engkau sudah mengkonfirmasi yang saya katakan adalah benar, sekarang saya ingin tanya, sesamaku itu siapa? Karena kami ini orang remnant, kelompok sisa, kami hanya boleh mengasihi yang sesama setia kan? Kami memarahi orang yang tidak setia, kami usir orang yang tidak setia, karena gara-gara mereka Israel dihancurkan. Sekarang karena kami ada maka Israel akan dipulihkan, maka kami harus mengasihi sesama kami”. Maka Dia mau tegaskan sesama itu bukan pemungut cukai, sesama itu bukan pelacur, sesama itu bukan yang Yesus sering diundang makan dan Yesus mau. Maka dia balik serang Yesus dan bertanya “siapa sesama? Boleh Engkau jelaskan siapa sesama?”. Maka karena serangan ini Yesus balik memberikan cerita yang kembali menyerang orang itu.

Kemungkinan orang ini adalah seorang imam, maka Yesus pun cerita yang memberikan sisi negatif tentang imam. Mari kita lihat ayat 30, Yesus menjawab dengan cerita, orang ini tanya “siapa sesamaku manusia?”, jawab Yesus “ada seorang turun dari Yerusalem ke Yerikho”. Yesus memulai ceritanya dengan satu tokoh yang tidak penting, karena orang ini tidak penting, identitasnya pun tidak diceritakan. Salah satu petunjuk orang itu penting atau tidak, identitasnya diceritakan atau tidak. Yang unik dalam Injil Lukas adalah Yesus diceritakan identitasnya sebagai yang kurang penting. Lalu dikatakan ia jatuh ke tangan perampok yang menyamun, memukul dan meninggalkan dia setengah mati. Kasihan orang ini, tapi ayat selanjutnya mengatakan ada imam turun melalui jalan itu. Ini kemungkinan adalah satu setting dimana orang baru selesai ibadah di Yerusalem lalu ingin pulang. Jadi selesai ibadah di Yerusalem sekarang perjalanan pulang, makanya ada imam yang lewat jalan yang sama. Tetapi herannya adalah orang yang pertama ini dirampok. Mengapa orang ini dirampok? Karena dia sambil pergi ibadah sambil jualan. Hanya pedagang yang dirampok. Langsung tahu tersiratnya di sini. Maka kalau kita tidak tahu latar belakang, kita lewatkan, cuma baca ini begitu saja, kita tidak tahu bahwa dia adalah orang yang beribadah sambil dagang. Terus sudah dapat untung, kemudian dirampok. Maka kalau orang Farisi dan imam baca ini “puji Tuhan, keadilan Tuhan dinyatakan”, lalu jadi bahan kotbah minggu depan.

Lalu ini sangat provokatif, datanglah orang Samaria. Siapa orang Samaria? Saudara kalau berpikir Israel dibuang karena menyembah berhala dan ini gara-gara Samaria. Kalau Tuhan pulihkan Israel gara-gara orang remnant, maka Samaria itu antitesisnya remnant. “Saya remnant, gara-gara saya Tuhan masih kasihan sama Israel. Karena ada orang yang seperti aku, mirip Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego, maka Tuhan masih kasihani. Tapi gara-gara Samaria, kita dibuang ke babel. Jadi jangan bilang nama itu di depan saya”. Lalu orang Samaria itu lihat orang ini sudah luka, langsung dia tolong, kasi obat, dan dia kasi anggur. Beri minyak adalah standar paling kecil untuk menyembuhkan orang, tidak perlu tambahan anggur. Tapi orang ini beri paling baik, kasi minyak, kasi anggur untuk sembuhkan orang ini supaya tidak infeksi dan lain-lain. Lalu baik-baik balut dia, taruh di atas keledai, dia bawa ke tempat di mana orang ini bisa istirahat. Sudah sampai di situ, dia bayar jumlahnya, lalu bilang “kalau kurang, saya ganti”. Orang ini baik sekali, dia tidak tanya orang ini siapa, dia tidak tanya mengapa dia dirampok, hatinya tergerak oleh belas kasihan, langsung tolong. Maka Tuhan Yesus tanya di ayat 36, pertanyaan ini akan mengubah kita tentang paradigma kasih. Ayat 36 Yesus mengatakan “siapakah diantara ketiga orang ini menurut pendapatmu adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”, di sini Yesus membalikan konsep berpikir. Di dalam pertanyaan awal, imam itu bertanya “siapa sesamaku manusia?”, dia langsung asumsikan dirinya adalah orang yang baik, dirinya adalah manusia, dan dia mesti lihat siapa, “siapa yang layak aku sebut sesamaku manusia?

Pertanyaan Yesus adalah “dari 3 ini, yang mana yang sesama manusia bagi si korban”, cara berpikirnya dibalik. Ini namanya revolusi, revolusi itu ketika cara berpikir dibalik, bukan metode diubah. Mau metode diubah tapi cara berpikirnya tetap sama itu tidak ada gunanya. Orang Samaria itu melihat orang yang luka dan mengatakan “orang ini penting, saya tidak tahu siapa dia, tapi saya tahu dia lebih penting dari saya karena itu saya tolong dia”. Karena Yesus pun melihat kita dan mengatakan “engkau adalah kelompok orang yang penting. Aku rela kosongkan diriKu supaya engkau selamat. Aku tolong engkau karena engkau penting, berharga”, tapi yang bilang ini adalah Yesus, yang kauh lebih penting dari kita. Maka kita tidak punya alasan untuk tidak melakukan apa yang Dia mau. Setelah kita mengerti ini, baru kita bisa menangkap apa yang Yesus mau ajarkan secara total. Jadi imam ini mengatakan “kami kelompok eksklusif itu, kami yang sudah selamat”. Yesus bilang “kalau benar engkau yang sudah selamat, ciri orang atau kelompok yang sudah selamat adalah selalu pikirkan kelompok yang lain lebih penting dari kelompok sendiri”. Jadi kamu mau tahu siapa sesamamu manusia, kalau engkau mau tahu siapa sesamamu manusia, mungkin engkau bukan kelompok yang sudah selamat itu. Tapi kalau engkau terlalu concern untuk melihat bagaimana aku menjadi sesama manusia bagi yang lain, barulah engkau bisa disebut sebagai kaum remnant yang memberkati orang lain. Kaum remnant adalah kelompok yang ikut dibuang meskipun mereka tidak salah. Kaum remnant adalah orang yang beroda bagi orang lain, meskipun mereka tidak terlibat dengan dosa orang lain. Kaum remnant itu adalah orang yang tidak lelah mengajak orang lain bertobat meskipun orang lain sudah menghina Tuhan dan mengkhianati. Kaum remnant bukan kelompok eksklusif yang memisahkan diri dari dunia. Kaum remnant adalah yang terjun ke dalam dunia dan mengatakan “dunia penting bagi saya, engkau penting maka harus selamat”. Saudara mengapa menginjili? Karena orang lain penting. Maka kiranya Saudara belajar mengasihi dengan benar, dengan cara memberikan shift dari pusat ke diri menjadi pusat ke orang lain. Kiranya Tuhan memberkati dan memampukan kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkotbah)