(Lukas 4: 16-30)
Di dalam bagian ini kita sudah mempelajari bahwa Yesus Kristus mengutip ayat 18 dan 10 dari Yesaya 61. Dalam Yesaya 61 ada satu ucapan bahagia, satu ucapan yang penuh dengan sukacita untuk orang yang terpinggirkan, untuk orang buta, untuk orang terpenjara, dan juga untuk orang-orang yang berada dalam keadaan kasihan. Orang lumpuh diberikan kekuatan untuk boleh bersorak, loncat dan berdiri di kakinya sendiri. Orang buta diberi kesempatan untuk melihat, orang tuli mendengarkan kabar baik, dan orang-orang tahanan boleh mendapatkan pembebasan dari Tuhan. Tapi kalau kita lihat dari Yesaya 61, di situ kita lihat Tuhan Yesus sengaja menghilangkan satu bagian. Yaitu bagian yang mengatakan hari pembalasan Allah kita, itu tidak dikutip. Yesus mengutip semua berita baik, tapi hari pembalasan Tuhan, Dia tidak sebutkan dulu. Di sini ada satu pengertian yang sangat penting untuk kita ingat, Yesus Kristus datang pertama kali tidak untuk menghakimi. Pertama kali Dia datang untuk menanggung penghukuman itu di dalam diriNya sendiri. Dia menanggung itu di kayu salib, Dia menanggung itu sehingga Dia mati di atas kayu salib. Dia tidak datang menghakimi siapa pun, Dia membiarkan penghakiman itu datang kepada Dia, supaya orang lain tidak dihakimi, inilah tujuan kedatanganNya yang pertama. Tetapi Kitab Suci juga mengatakan bahwa pada waktu kedatangan keduaNya nanti, Dia akan membereskan semuanya, semua yang tidak adil akan Dia bereskan, semua yang kejam, yang jahat, yang sangat penuh dengan kebrobokan akan diperbaiki. Inilah yang disebut dengan hari pemablasan Tuhan kita. Jadi Yesaya merangkumkan berita sukacita bagi orang benar dan berita pembalasan Tuhan bagi orang fasik. Waktu Dia datang pertama kali, Dia memberitakan kabar baik. Tapi pada waktu kedatangan keduanya yang masih belum terjadi sekarang, tetapi akan terjadi dalam waktu yang kita tidak tahu, di situlah akan dinyatakan hari murka, hari penghakiman dari Tuhan. Orang-orang di abad pertengahan sering merenungkan tema tentang hari murka Tuhan dan mereka pikir tentang murka Tuhan itu nanti seperti apa.

Tuhan Yesus waktu masuk rumah ibadat, Dia memberikan kotbah sebagai orang yang ahli dan menguasai kitab suci. Dan biasanya di dalam sinagoge ada orang akan menyerahkan satu gulungan kitab, dan gulungan kitab itu tidak diminta oleh pengajar, melainkan diberikan oelhpetugas rumah ibadat. Jadi dia bisa memberikan kitab mana, kita tidak bisa pilih. Pengajar itu akan memilih bagian dari dalam gulungan itu, maka Yesus menerima gulungan Yesaya, yang diserahkan oleh pengurus tempat ibadah. Lalu Dia buka, Dia pilih Yesaya 61, dan Dia sengaja berhenti apda bagian sebelum murka Tuhan ditulis. Dia mengatakan “inilah yang Aku beritakan, Roh Tuhan ada padaKu, sebab Dia mengurapi Aku untuk menyampaikan kabar baik. Kabar baik untuk siapa? Untuk yang miskin, untuk yang buta, untuk tawanan, untuk orang tertindas, Aku memberitakan tahun rahmat Tuhan sudah datang. Tahun ketika Tuhan memberikan dengan limpah ini sekarang sudah datang, Akulah yang menggenapi kebaikan Tuhan itu, Akulah tanda bahwa Tuhan penuh dengan belas kasihan kepada umatNya”. Ini diberitakan oleh Kristus Tuhan kita di dalam Kota Nazaret, tempat di mana Dia dibesarkan, tempat di mana ayahNya tinggal. Ketika orang Nazaret dengar Yesus berkhotbah, Yesus membagikan Firman, mereka sangat terharu, mereka sangat kagum karena Yesus Kristus membagikan kebenaran, membagikan Firman dengan cara yang berbeda dari siapa pun. Yesus membagikan Firman, mereka sangat kagum “Ini siapa bisa khotbahkan seperti ini?”. Lalu mereka mulai rendahkan Dia, mengapa rendahkan Dia? Karena di sini mereka mulai pikir “bukankah Dia ini anak tukang kayu, bukankah kita kenal ayahNya, bukankah orang tuanya adalah teman-teman kita dulu, bukankah Dia tidak pernah dididik dalam pendidikan mana pun. Dia ini siapa?”. Maka mereka mulai curiga dalam hati “Perlukah saya kagum pada khotbah ini?” . Akhirnya mereka terus dengar, terus terpukau, tapi mereka gengsi tidak mau mengaku. Yesus mengatakan “sesungguhnya nabi tidak dihargai di tempatnya sendiri”, Dia sudah membaca pikiran dari orang-orang yang datang “engkau tidak menghargai Aku? Tapi itu wajar, sebab Tuhan tidak pernah berpikir untuk memberikan penghargaan kepadamu secara berlebihan”.

Maka Yesus mengutip 2 nabi penting dari Perjanjian Lama, Elia dan Elisa. Keduanya adalah nabi yang Tuhan pakai untuk memberikan Firman dan juga tanda mujizat demi mengakhiri pekerjaan Tuhan bagi Israel, ini adalah sesuatu yang harus kita tahu. Elia adalah seorang nabi yang Tuhan panggil mengerjakan banyak tanda untuk mengakhiri karya Tuhan bagi Israel. Pada zaman Elia, Tuhan mengatakan “cukup, Aku tidak mau lagi terus bekerja di dalam Israel, Aku akan sudah buang mereka”. Mengapa Tuhan buang? Karena meskipun Tuhan sudah berikan tanda yang paling besar, api turun dari langit, Alkitab mencatat Ratu Izebel dan pengikut-pengikutnya tetap tidak mau kembali kepada Allah, meskipun rakyat mengatakan “Tuhan Dialah Allah.” Alkitab mencatat Elia berjalan 40 hari tidak berhenti-henti sampai ke Gunung Horeb, Gunung Sinai. Mengapa pergi ke Gunung Sinai? Dia mau adukan bangsanya “Tuhan, saya benar-benar marah sama Israel, mereka sudah melihat tanda-tanda begitu besar tapi tidak mau bertobat. Bahkan mereka membunuh nabi-nabiMu dari antara mereka tinggal saya yang tersisa, dan mereka pun mau membunuh saya. Bagaimana tanggapanMu, Tuhan?”, maka Tuhan mengatakan “tetap di sini, Aku akan menyatakan diri kepadamu”. Dan di dalam 3 tanda besar, Tuhan tetap tidak menyatakan kehadiranNya di situ. Tuhan mengatakan “ada angin besar Aku tidak ada di situ, ada gempa bumi, Aku tidak ada di situ, ada api membakar seluruh puncak gunung, Aku tidak ada di situ. Aku ada di dalam angin sepoi-sepoi basah ini”, Elia langsung menutup wajahnya. Lalu Tuhan mengatakan “apa kerjamu di sini, Elia?”, “aku kerja mati-matian demi Allahku, Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, sebab mereka sudah menghancurkan mezbahMu, membunuh nabi-nabiMu, dan di antara mereka tinggal aku yang hidup dan sekarang mereka mau membunuh aku”. Tuhan mengatakan “kembalilah, urapilah beberapa orang. Maka Tuhan dengar perkataan Elia “kamu lelah bekerja bagi Tuhan, Aku akan lanjutkan pekerjaan itu dengan menghakimi Israel. Tetapi Aku sudah bekerja”. Elia mengatakan “Tuhan, saya bekerja sangat lelah”, Tuhan berkata “bukan kamu, Aku yang kerja. Aku yang bekerja mempartahankan 7.000 orang yang mulutnya tidak pernah mencium Baal, yang tidak pernah menyembah berhala. 7.000 Orang inilah tanda bahwa Aku masih akan pertahankan Israel”. Maka setelah itu Elia pergi,dia tidak mengurapi Hazael, dia tidak mengurapi Yehu, yang dia urapi adalah Elisa dulu. Dia bertemu dengan Elisa, saat itu Elisa sedang membajak, pakai 12 lembu, ini menandakan dia adalah orang kaya, punya lembu banyak sekali. Lalu setelah melihat Elisa, Elia langsung melemparkan jubah dan mengatakan “ikut saya”, Elisa mengatakan “baik, saya akan pamitan kepada keluarga”, ini panggilan yang cepat sekali. Elisa belum pergumul, Elia mengatakan “ayo sekarang”. Maka Elisa pamit, setelah itu dia membuat perayaan singkat, keretanya dihancurkan untuk jadi kayu bakar, lalu lembunya dipotong untuk dipersembahkan sebagai korban. Perayaan karena bersyukur Tuhan panggil. Maka Elisa terus ikut Elia, menjadi hambanya. Dan Alktiab mencatat Elia pergi ke tempat-tempat yang terbalik dari tempat-tempat Yosua. Yosua masuk dari luar seberang Sungai Yordan, lalu Sungai Yordan terbelah, Yosua masuk, hantam Yerikho, kemudian ke Ai dan beberapa tempat. Waktu Elia keluar, Alkitab mencatat Elia pergi ke tempat-tempat yang pernah dijalani oleh Yosua, tapi dengan urutan yang terbalik. Di sini ada satu gambaran, kalau Tuhan masuk bersama Yosua, memimpin Yosua ke dalam, sekarang Tuhan mau keluar meninggalkan Israel dengan memimpin Elia keluar. Jadi Tuhan seolah-olah mengatakan “Aku sudah mau meninggalkan umatKu, mereka keras kepala sudah keterlaluan, Aku lelah menasihati mereka dan sekarang Aku pergi”. Maka Elisa mengatakan “bolehkah aku minta 2 bagian dari Roh?”. Lalu setelah minta Roh, mengapa 2 bagian? Karena dalam pikiran Elisa, kalau 1 bagian yang bekerja di dalam Elia tidak mampu mempertobatkan Israel, mungkinkah kalau dia dua kali lipat kuasanya, bisa pertobatkan Israel, ini semua yang dia pergumulkan. Maka dia meminta “bolehkah aku minta 2 bagian Rohmu? Karena aku mau Israel kembali dilayani oleh nabi yang sejati”. Israel kembali dengar Firman Tuhan yang benar, Firman yang sejati untuk mengubah mereka. Kerinduan besar Elisa bagi Israel membuat dia berdoa “bolehkah aku minta 2 bagian Rohmu?”, lalu jawaban Elia “kalau kamu lihat saya naik, kamu akan dapat, tapi ini permintaan sulit sekali karena Tuhan mungkin tidak mau kembali ke Israel”. Tapi akhirnya Elisa masuk dengan kuasa 2 kali lipat Elia. Tetapi herannya, Elisa sudah punya kuasa 2 kali lipat dari Elia, tetap dia tidak melayani seluruh Israel, tetap dia tidak melayani seluruh bangsa, dia hanya melayani kelompok yang disebut sekolah nabi. Inilah yang dimaksud Tuhan, 7.000 orang yang tidak pernah mencium berhala. Banyak mujizat-mujizat kecil tetapi punya makna besar, dikerjakan di tengah-tengah mereka. Waktu mujizat ini menjadi eksklusif hanya milik kelompok ini, ternyata Tuhan ijinkan orang kafir, namanya Naaman, seorang raja dari Utara Israel yaitu Siria. Raja yang sedang menyerang Israel, sekarang punya seorang anak buah, seorang pemimpin perang, panglima yang hebat sekali bernama Naaman. Lalu Naaman disembuhkan, mengapa Israel tidak ada yang disembuhkan, tapi musuh malah disembuhkan. Ini merupakan pergumulan mereka waktu baca teks Kitab Suci “mengapa Tuhan memilih bangsa kafir, mengapa bukan kami? Mengapa Tuhan berbelaskasihan kepada yang lain, bukan kepada kami?”. Akhirnya mereka bingung menafsirkan ini, dan Yesus dalam khotbah di Nazaret justru pakai kalimat ini untuk menghantam mereka. Yesus mengatakan “ingat Elia, dia pergi kepada janda di Sarfat”, padahal banyak janda di Israel yang perlu pertolongan dia, tapi Tuhan tidak kirim dia kepada Israel. Pada zaman Elisa berapa banyak orang kena kusta, satu pun tidak ada yang disembuhkan. Tetapi Naaman orang kafir itu disembuhkan. Yesus mengatakan “Aku pun akan bertindak sama, Aku tidak akan kerjakan apa-apa di sini, Aku akan kerjakan di tempat lain”, mendengar ini mereka marah sekali. Alkitab mengatakan mereka halau Tuhan Yesus sampai ke bukit untuk menjatuhkan Dia. Tapi ketika mereka sampai pada puncak kemarahan mereka, Tuhan Yesus dengan santai jalan di tengah-tengah mereka kemudian pergi. Orang-orang berteriak “lempar Dia, lempar Dia”, Yesus berjalan dengan tenang. Tuhan Yesus berjalan dengan tenang karena waktunya Dia mati belum tiba. Pada bagian ini Yesus lewat di tengah-tengah mereka, dan mereka tidak berani melakukan apa-apa, lalu Yesus pergi. Mulai saat itu sampai seterusnya Yesus datang ke Nazaret, tidak lagi memberitakan Firman kepada Nazaret. Nazaret sudah disingkirkan oleh Tuhan dan Tuhan Yesus tidak pernah datang memberitakan khotbah di situ, karena orang Nazaret terlalu tuli untuk mendengarkan Firman. Mengapa di dalam Kitab Suci, Tuhan sering menyingkirkan orang Israel dan memanggil orang-orang lain? Karena orang Israel sudah terlalu tuli untuk dengar suara Tuhan. Dan inilah yang terjadi juga pada Nazaret. Mengapa mereka bisa tuli?

Yang pertama, karena mereka tidak melihat Tuhan, melainkan melihat pengantara yang Tuhan pilih. Mengapa mereka tidak mau dengar Yesus? Karena mereka cuma tahu Dia adalah anak tukang kayu, seorang tanpa gelar, seorang yang tidak punya pendidikan apa pun, mengapa harus dengarkan Dia. Terkadang Tuhan melatih umatNya untuk melihat Tuhan dibalik orang-orang yang sangat terbatas, inipun latihan bagi gereja Tuhan. Saudara kalau ikut kebaktian seperti ini lalu lihat orang berdiri di atas mimbar, apakah Saudara lihat orang ini sebagai wakil Tuhan atau “inikan teman saya dulu”. Paling susah jadi jemaat kalau hamba Tuhannya dulu adalah teman baiknya, ada perasaan “ini kan teman saya, untuk apa hormat sama dia”. Tetapi Yohanes Calvin mengatakan “Tuhan berbicara memakai manusia untuk membuat seluruh jemaat belajar rendah hati, belajar menangkap dari sumber yang Tuhan percayakan meskipun sumber itu belum tentu lebih pintar dari orang yang dengar, belum tentu lebih bijak, bahkan belum tentu lebih saleh dari orang-orang yang mendengar. Inilah cara Tuhan melatih kerendahan hati umatNya. Mereka melihat Yesus hanyalah anak seorang tukang kayu, yang hanya seorang anak kecil yang bertumbuh dewasa bersama-sama mereka, mereka kehilangan respect dan akhirnya mereka kehilangan Firman. Inilah kesalahan mereka yang pertama, mereka tidak lihat Tuhan dibalik setiap pesan yang ditangkap. Mari kita belajar melihat pesan yang Tuhan mau sampaikan kepada kita, Tuhan mau bicara apa kita mau tangkap.

Yang kedua, baik orang Israel maupun orang Nazaret tidak sadar kapan Tuhan sedang membukan anugerah dengan sangat besar. Mereka tidak sadar kalau Tuhan mengirimkan nabi itu berarti Tuhan masih sayang, Tuhan masih kasihan. Tetapi akan ada saat di mana seluruh anugerah ini tidak mereka dapatkan. Ketika anugerah itu sedang didapat, maka seharusnya orang-orang berespon dengan sangat cepat “aku terima, aku ambil seluruh Firman yang disampaikan sebab ini adalah anugerah bagiku. Tuhan Yesus melayani 3,5 tahun, untuk keliling Israel pun waktunya mungkin terlalu singkat. Untuk bisa jangkau kota-kota dengan sangat baik, itu waktunya sangat singkat. Maka Kristus kalau pilih satu kota, Dia datang ke satu kota itu mungkin ada tempat lain yang harus dikorbankan untuk kota ini dijangkau. Maka ketika Kristus ke Nazaret dan Dia berkhotbah di situ, ini adalah anugerah besar bagi Nazaret. Tidak tentu semua kota di Israel dikunjungi, tidak tentu ada kota mendapatkan berkat seperti ini. Orang ini berdiri di sinagoge, kemudian baca Yesaya, Dia duduk kemudian mengajar, ini peristiwa langka. Orang Israel sering dibuang oleh Tuhan karena mereka tidak peka waktu Tuhan sedang berbicara. Mari kita tidak menjadi orang yang seperti ini, waktu Tuhan bicara, dengarkan. Waktu Tuhan sedang bicara, terima, tangkap, kemudian anggap ini sebagai suatu nasihat yang sangat penuh kewaspadaan untuk hidup kita, “saya perlu nasihat ini, saya perlu ambil ini untuk menjadi bijaksana dalam hidup”, di sinilah perlu kepekaan untuk terima Firman Tuhan. Waktu pertama kali jadi Kristen mungkin dengar dengan menyala-nyala, hatinya terbakar dengan Firman Tuhan, tetapi ketika sudah begitu lama, mengatakan “tiap hari juga dengar lagi, akhirnya momen itu lewat. Orang-orang Nazaret kelika melihat Yesus berdiri, mereka mengatakan “ini cuma orang satu lagi berdiri, siapa dia?”, “anak tukang kayu”, “anak tukang kayu mau khotbah? “. Waktu Yesus berkhotbah, mereka hanya diamkan, waktu kata-kataNya menusuk, mereka tidak terima dan marah. Waktu dengar Firman, mengaku salah, bayar kesalahan, itulah respon pertobatan sejati. Itulah yang tidak dimiliki orang Nazaret. Mari belajar menjadi orang rendah hati, waktu Tuhan bongkar dosa kita, jangan marah. Waktu Tuhan sindir kita, waktu Tuhan serang kita yang salah, biarlah kita berbalik dan bertobat. Punya kerendahan hati untuk diubah, punya kerendahan hati untuk dikoreksi karena ketika Tuhan masih koreksi berarti masih ada kesempatan kita kembali kepada Dia.

Yang ketiga, mereka gagal karena mereka tidak terima respon, tidak terima teguran, tidak terima koreksi yang sedang Tuhan berikan dalam hidup. Inilah 3 hal yang kita juga harus hati-hati di dalam hidup kita. Yesus Kristus memberikan satu pengajaran penting, Dia sengaja menyindir orang-orang Nazaret, supaya orang-orang Nazaret bereaksi dengan cara yang membuat kita bisa belajar bagaimana harus bereaksi supaya tidak sama dengan reaksi mereka. Ketika kita dengar Firman, kita sadarkah ini Firman? Ketika Tuhan sedang koreksi kita, apakah kita sadar Tuhan sedang koreksi? Karena kalau tidak, kita mengulangi kembali kesalahan orang-orang di Lukas 4 ini. Biarlah kita menjadi orang yang diubahkan oleh Tuhan. Tidak ada orang disepanjang sejarah yang bisa menjadi umat Tuhan yang sejati tanpa ada respon seperti ini.
Tapi orang yang paling sombong adalah orang yang paling merasa dekat dengan Firman, paling merasa mengerti banyak hal, sehingga dia tidak lagi memperlakukan lagi Firman yang datang kepada dia dengan cara yang sama dengan orang-orang yang baru pertama kali mendengar, menerima dan menyimpannya dengan sukacita. Saya sangat senang dengan apa yang dikatakan Karl Barth, kita tidak terima teologi Karl Barth semuanya, terutama ketika dia bilang “semua orang diselamatkan Yesus”, kita tidak terima. Tapi Karl Barth mengatakan “pengkhotbah mesti mengerti satu hal bahwa waktu dia sedang berkhotbah, dia menjadi satu sarana Tuhan berjumpa dengan jemaatNya”, sambil dengar kalimat ini sambil saya renungkan. Berarti waktu khotbah disampaikan,jemaat harus meminta kemungkinan untuk dirinya sadar pada saat ini Tuhan sedang meng-encounter saya, pada saat ini Tuhan sedang menepuk saya dan mengatakan “ini yang Aku mau engkau kerjakan untuk seterusnya, ini yang Aku mau kamu koreksi, ini yang Aku mau kamu dengar, ini yang Aku mau kamu terima”, ini bukan ajaran dari manusia tapi dari Tuhan. Tuhan yang masih mau berbicara dengan kita, Tuhan yang masih mau panggil kita kembali dan mengatakan “Aku mengasihimu, Aku menasihatimu, kamu ikut caraKu”. Kalau Saudara bisa mendapatkan ini, bahagianya bukan main. Maka setiap kali Firman diberitakan, Saudara ingat “Tuhan sedang berbicara kepadaku, memanggil aku dan mengangkatku untuk boleh berelasi dengan Dia”. Kalau Tuhan panggil engkau untuk berubah, mari berubah untuk punya cara hidup yang beda, yang mau dikembalikan kepada Kristus. Mari belajar ubah, mari punya pertobatan sejati dan dengan demikian kita terhindar dari kesalahan yang ketiga yaitu mengabaikan teguran atau berespon dengan marah terhadap teguran. Inilah 3 poin yang harus kita renungkan baik-baik dari bagian ini. Jangan jadi orang yang mengabaikan Firman, jangan jadi orang yang mengabaikan waktu Tuhan berbicara, jangan jadi orang yang mengabaikan teguran Tuhan di dalam hidup kita. Kiranya Tuhan menguatkan kita

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)