(Lukas 4: 1-15)
Di dalam bagian ini kita melihat tentang Yesus Kristus yang diuji, dicobai. Dan ini adalah perkataan di dalam kalimat Kristus yang pertama setelah Dia dibaptis, seperti yang dicatat Injil Lukas. Jadi setelah Kristus di baptis, kalimat pertama yang keluar dari mulut Kristus adalah untuk melawan pencobaan dari iblis. Mengapa Yesus harus dicobai? Karena setiap manusia harus dicobai, karena Kristus akan menjadi Juru selamat bagi manusia yang sudah gagal di dalam pencobaan. Adam dicobai dan dia jatuh, Kristus dicobai dan Dia menang. Israel dicobai dan mereka gagal, maka Kristus menjadi penggenap bagi kebenaran dan kemenangan manusia untuk menjalankan apa yang Tuhan mau. Manusia perlu diuji karena manusia perlu mendapatkan konfirmasi secara langsung di dalam hidupnya untuk masuk di dalam Kerajaan Allah. Tuhan mengundang manusia untuk tinggal bersama Dia, Tuhan mengundang manusia untuk berdiam denganTuhan, Tuhan ada di tengah-tengah mereka. Untuk mendapatkan penyertaan Tuhan, untuk mendapatkan anugerah yang limpah ini, manusia harus menang atas ujian. Jangan kira hidup kita adalah hidup yang santai, hidup yang tenang, hidup yang enak di sini, karena hidup kita seluruhnya adalah serangkaian ujian yang Tuhan berikan untuk mendewasakan iman kita.

Apa tujuan hidup? Apa hal yang paling indah, paling nikmat, paling besar yang Tuhan tawarkan untuk kita boleh dapatkan? Yang paling besar adalah DiriNya sendiri. Tuhan menawarkan DiriNya untuk hidup bersama dengan kita menjadi tujuan paling indah, mutlak, paling sempurna yang Tuhan mau berikan kepada manusia. Tuhan tidak membiarkan manusia hidup tanpa arah yang jelas, tanpa sasaran yang jelas, tanpa bentuk eskatologi dan pengharapan yang pasti dari Tuhan. Dan di dalam Yohanes 17, Tuhan Yesus mendoakan bahwa kehendak Tuhan dalam kekekalan bagi manusia itu adalah pengenalan sejati akan Tuhan. Tuhan yang mencintai kita tinggal bersama kita dan kita dilatih untuk mencintai Tuhan dan berdiam bersama kita. Inilah pengharapan dari seluruh umat yang Tuhan sudah tebus dengan darah Kristus. Tuhan memberikan yang kelihatan indah dan sedap, tapi Tuhan mengatakan “makan? pasti mati”. Lalu ular mengatakan “makan, dan jadi seperti Allah”. Mengapa harus ada ujian seperti ini? mengapa harus digoda dulu? Tetapi Alkitab mengatakan ini adalah satu kewajiban yang memang manusia harus alami, karena Tuhan mengundang manusia hidup bersama dengan Dia dan tidak mungkin semua orang yang tidak setia kepada kebenaran dan tidak mau jalankan yang Tuhan mau boleh berdiam bersama dengan Tuhan. Itu sebabnya hidup adalah serangkaian ujian. Satu kali Ibu Teresa mengatakan “hidup itu adalah serangkaian ujian, mari jalani, alami kemenangan, di situ kamu akan bahagia”. Waktu ujian sulit, Saudara berhasil, Saudara senang sekali. Buku yang berjudul Ujian, Pencobaan dan Kemenangan, ini ditulis oleh Pdt. Stephen Tong. Ada satu lagi buku yang berjudul Iman, Hak Asasi Manusia dan Penderitaan, ini 2 buku yang wajib baca. Buku ini membuat Saudara mengerti konsep penderitaan dari sudut pandang yang berbeda, mengapa harus ada penderitaan di dunia ini? Karena harus ada ujian. Mengapa harus ada ujian? Supaya ada kemenangan. Bagaimana ada kemenangan tanpa ujian? Adam menghadapi ujian yang mengharuskan dia, pertama, setia kepada otoritas Tuhan. Tuhan mengatakan “jangan makan”, ular datang mengatakan “makanlah”. Tuhan mengatakan “pasti mati”, ular mengatakan “tidak mati, jadi seperti Allah”. Jadi ular waktu datang, dia memberikan firman yang benar-benar beda, tapi cara dia bicara halus sekali. Maka berhati-hati dengan orang yang bersuara halus, karena kadang membuat kita lupa kontennya itu apa. Ular mengatakan dengan yakin, dengan halus, seolah-olah dia gembala yang baik, ular datang dengan memberikan dorongan untuk berdosa, akhirnya membuat mati.

Jadi harua ada ujian karena yang pertama, harus diuji apakah engkau tetap setia kepada otoritas Tuhan? Otoritas Tuhan atau otoritas lain yang kamu mau ikuti? Lalu hal kedua yang mau diuji, apakah engkau mau menaklukan kejahatan, engkau menaklukan semua ciptaan lain di bawah kakimu. Karena Tuhan menciptakan manusia untuk menaklukan semua di bawah kaki kita, kecuali Tuhan. Manusia jatuh dalam dosa dan gagal dengan menghadapi ujian karena dia gagal mengutamakan otoritas Tuhan, lalu yang kedua dia gagal meletakan semua yang lain di dalam kuasa dia. Lalu hal ketiga, manusia juga gagal di dalam menghadapi situasi yang mengharuskan dia melakukan sesuatu yang salah. Situasi seperti itu muncul ketika ular datang dan menggoda, mengatakan “kalau engkau makan, engkau akan ada kebutuhan menjadi allah, engkau akan ada kebutuhan untuk mengambil buah itu, tapi firman Tuhan membatasi hidupmu. Tuhan mengucapkan kalimat-kalimat yang membuat engkau tidak bebas. Sekarang saya katakan bebas saja, ambil buah ini lalu makan, dan engkau akan menjadi allah bagi dirimu sendiri. Matamu akan terbuka dan engkau akan menjadi seperti Allah”, maka manusia jatuh dalam pencobaan ini karena dia tidak berserah kepada Tuhan di dalam situasi yang Tuhan ijinkan dia alami. Jadi ada 3 hal yang menjadi prinsip di dalam ujian, ujian di berikan dengan maksud Saudara tetap tunduk pada otoritas Firman Tuhan. Kedua, ujian diberikan dengan maksud Saudara meletakan seluruh otoritas yang lain di bawah Saudara, kecuali otoritas Tuhan. Otoritas dunia, otoritas hawa nafsu, otoritas dosa semua harus Saudara taklukan. Jadi manusia diciptakan untuk menaklukan dosa, menaklukan kejahatan. Manusia dicipta di antara kuasa baik dari Tuhan dan kuasa jahat dari setan yaitu malaikat yang sudah jatuh. Kita dicipta di tengah-tengah untuk menaklukan kejahatan. Jadi Saudara diciptakan supaya Saudara menang, tidak menjalankan apa yang kejahatan mau, tidak menjalankan apa yang dosa harapkan, tapi melakukan apa yang Tuhan inginkan. Maka kita dicipta untuk kemenangan ini. Kalau kita gagal, berarti kita kalah. Itulah makna ujian kedua, untuk menunjukkan jati diri kita sebagai pemenang atas kuasa jahat. Ketiga, ujian Tuhan ijinkan ada supaya kita tetap menjalani yang Tuhan mau, dan setelah situasi yang mendesak itu lewat kita bisa lewati dengan mengatakan “saya sudah menang berkat kuasa Tuhan”. Selalu ada situasi yang memojokan Saudara, membuat Saudara mau tidak mau mesti melanggar Firman Tuhan, tapi ini adalah ujian yang Tuhan ijinkan ada. Maka kemenangan adalah tujuan dari ujian. Saudara menang, maka Saudara menjalankan ujian itu dan lulus. Lalu hal ketiga tadi, ujian adalah supaya kita tetap berpegang kepada Tuhan di dalam FirmanNya dan meninggikan Firman Dia lebih dari pada pengertian kita sendiri. Di dalam Amsal dikatakan jangan bersandar kepada pengertian sendiri, tetapi dunia ini akan menguji kita membuat kita mengikuti apa yang kita tahu dari dunia, apa yang kita tahu dari pengalaman, tapi bukan dari Tuhan. Inilah ujian-ujian yang Tuhan ijinkan dialami manusia.

Itu sebabnya waktu Anak Allah datang ke dalam dunia, Allah Bapa mengatakan “perlakukan sama. Semua manusia diuji, AnakKu diuji, setan boleh ganggu orang lain, setan silahkan ganggu AnakKu juga”. Maka Tuhan menjadi teladan di dalam seluruh tindakan moral yang paling sempurna, karena Dia sendiri jalankan. Waktu Anak Allah datang ke dalam dunia, Dia harus diuji. Dan waktu diuji, Dia diberikan kesulitan lebih besar dari siapa pun. Alkitab mengatakan “Tuhan menuntun Dia ke padang gurun”, Israel di padang gurun, Tuhan menuntun Yesus Kristus di padang gurun, sama. Israel di padang gurun, Yesus Kristus di padang gurun. Bedanya adalah Israel di padang gurun selalu mendapat makanan pada waktunya, Yesus Kristus di padang gurun 40 hari berpuasa, pada waktu Dia sudah boleh berhenti berpuasa, tidak ada makanan. Apa perasaan Saudara kalau mengetahui Bapa di Sorga pelihara, tapi setelah lapar 40 hari tidak ada makanan, waktunya buka puasa tidak ada makanan. Anggaplah ada orang berpuasa, sudah waktunya berbuka puasa, tapi di rumah tidak ada makanan sama sekali, lalu dia mulai marah-marah “mengapa waktunya buka puasa, di rumah tidak ada makanan?”, “kamu sudah puasa berapa lama?”, “seharian penuh”, “Yesus, 40 hari, buka puasa tidak ada makanan, Dia tidak komplain”, ini sulitnya luar biasa. Di saat begitu lapar, sepertinya Bapa lupa pelihara. Mungkin kalau kita berada dalam posisi Kristus kita akan buka-buka Alkitab “Tuhan, Israel di padang gurun, Tuhan beri roti, mana roti untuk aku”, jadi tidak ada roti di situ. Dan ketika Dia dalam keadaan sedih, tidak ada yang menghibur, yang datang adalah setan. Saat lapar, kesulitan, yang datang justru si seteru itu. Jadi iblis yang datang duluan memperhatikan Yesus. Allah Bapa belum kirim Gabriel, belum kirim malaikat, Yesus dibiarkan lapar di padang gurun, seperti tidak ada yang memperhatikan.

Lalu iblis datang dan mengatakan “kalau Engkau Anak Allah, ubah batu menjadi roti”. Perhatikan kalimat ini, kalimat ini seperti tidak ada salah sama sekali, tapi sebenarnya salah sama sekali. Inilah cara iblis, memberikan pengajaran yang sepertinya tidak salah padahal salah. Kalau pendeta yang salah, tapi halus dan pintar sekali membuat kesalahan tidak kelihatan, ini pendeta mirip iblis. Iblis itu pintar sekali, mengeluarkan kalimat seperti tidak ada salah, yang pertama dia katakan “jikalau Engkau Anak Allah, buktikan diriMu. Perintahkanlah batu menjadi roti”, dia tidak mengatakan “ubahlah batu menjadi roti”, tapi dia katakan “perintahkan, Kamu punya otoritas, bisa memerintah apa pun termasuk bati menjadi roti”. Apakah bisa Yesus mengubah batu menjadi roti dengan perintah? Alkitab mengatakan segala sesuatu dijadikan oleh Dia, Yohanes 1. Jadi Dia berfirman segala sesuatu jadi, Tuhan berfirman “jadilah terang”, jadilah terang, terang itu ada. Jadi Tuhan berkuasa bukan hanya ubah batu jadi roti, Tuhan bahkan berkuasa ubah iblis jadi roti. Tuhan berkuasa melakukan apa pun, tetapi Dia tidak lakukan. Salahnya iblis, yang pertama dia meragukan Kristus, lalu meminta Kristus melakukan sesuatu demi pembuktian kepada dia. Itu sebabnya Yesus tahu dan Yesus sudah menangkap setiap kalimat yang perintahkan kita mengerjakan sesuatu, demi membuktikan siapa kita, itu kalimat pasti palsu. Tuhan tidak perlu kita membuktikan diri dengan cara di luar Dia. Tuhan hanya mau kita menaati Dia dan itulah yang menjadikan kita manusia yang sejati. Iblis datang dengan peraturan-peraturannya dengan dorongan secara psikologis, begitu jenius, tapi kalau diperhatikan selalu penuh dengan tipu daya. Lalu dia mengatakan “suruhlah batu menjadi roti”, kalau mengubah batu menjadi roti, salah tidak? tidak. Kalau membuat batu menjadi roti lalu saya makan, tidak slaah. Dan iblis seolah-olah menawarkan solusi. Jadi iblis menawarkan solusi, “engkau lapar? Allah lupa memperhatikan kamu, malaikat lupa bawa makanan kepada kamu. Kamu disuruh jalan, tinggalkan padang gurun, kamu tidak ada energi kalau seperti ini. Lalu kamu bengong di padang gurun, panas begini, kesulitan begini. Kamu sedang dalam bahaya, saya usul ubah batu menjadi roti, bukan saya yang bawa”. Kalau iblis yang tawarkan roti, Yesus pasti tidak mau ambil, iblis mengatakan “tidak perlu dari tanganku, kamu punya kekuatan untuk mengubah batu jadi roti, silahkan”. Tapi Yesus menjawab dengan sangat tepat, Dia mengatakan “manusia tidak hidup hanya dari roti saja”. Lukas tidak melanjutkan, tapi bagian lain mengatakan “tetapi dari setiap firman yang kelaur dari mulut Allah”. Manusia tidak hidup hanya dari roti saja, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Berarti Yesus Kristus mengatakan otoritas dari Bapa di Sorga lebih besar dari otoritasNya. Iblis mengatakan “Engkau berfirman, batu akan taat. Engkau berkata batu ubah dirimu jadi roti, batu akan taat dan mengubah dirinya menjadi roti”. Tapi Yesus mengatakan “kalimat Bapa di sorga lebih penting. Dan manusia hidup bukan hanya dari roti, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”. Tapi pada bagian ini, Lukas sengaja memberikan tekanan kepada manusia, hidup bukan dari roti saja, mengapa begitu? Mengapa Lukas tidak mengutip seluruh kalimat, tetapi memberikan penekanan pada bagian ini? Karena Lukas ingin membagikan kepada kita cara Kristus menang di saat krisis dan di saat keadaan sangat sulit. Di saat sangat lapar Dia mengatakan “manusia tidak hidup dari roti”.

satu kemenangan yang sesungguhnya. Kalau Saudara kenyang karena makan begitu banyak, lalu mengatakan “manusia tidak hidup dari roti” itu kurang signifikan. Tapi ketika sedang lapar, sedang perlu makan, lalu ada orang mengatakan “ini makanan”, apakah Saudara berani mengatakan “manusia tidak hidup dari roti”? Inilah satu pengertian, satu kemenangan dari situasi yang terjepit. Saudara kalau ditengah-tengah bergelimpangan uang lalu mengatakan “uang bukan segalanya”, itu terbukti atau tidak? Tapi kalau orang sudah kurang, sudah miskin, sudah perlu uang, terus terdesak keuangan, lalu ada orang datang mengatakan “ini ada uang untuk kamu”, lalu dia berani mengatakan “uang itu bukan segalanya”, ini baru benar. Kristus mengatakan “kita tidak bisa mengatakan bahwa hal yang kita perlu waktu mendesak adalah segalanya”, inilah hal bijaksana yang luar biasa, yang Yesus sedang ajarkan. Saudara sedang terdesak apa? Yang membuat Saudara terdesak itu bukan segala-galanya. Di dalam keadaan darurat, siapa masih bisa tenang berfikir? Siapa masih bisa tenang mengambil keputusan? Siapa masih punya keberanian untuk menunjukan diri sebagai orang yang rela berkorban? Itu baru pemimpin yang sejati. Kalau negara kita negara miskin, tidak ada apa-apa, kalau yang jadi presiden akan dibunuh, mungkin tidak ada yang mau jadi presiden. Andaikan Presiden Indonesia selalu dalam bahaya, beberapa kali terakhir selalu presiden hanya bertahan 2 tahun karena dibunuh. Dalam pemilihan presiden berikutnya kira-kira ada calon atau tidak? Tidak ada yang mau, karena kalau jadi presiden beberapa lama lagi akan dibunuh. Jadi di dalam keadaan kritis baru ketahuan siapa yang tulus, di dalam keadaan kritis baru tahu apa kebutuhan kita yang paling kita butuhkan saat ini. Itu sebabnya di dalam kondisi kritis yang paling cepat muncul adalah si setan. Waktu Saudara sedang dalam kondisi kritis, hati-hati, dia cepat sekali muncul mengatakan “mengapa tidak lakukan ini?”. Waktu Yesus sedang lapar, dia langsung muncul “ubahlah batu menjadi roti” simple kok. Lalu ini jadi ujian yang tidak bermakna kalau Kristus sedang kenyang, kalau Dia sedang penuh perutNya. Saudara kalau sudah kenyang, ditawari makan pun Saudara tidak akan mau. Tapi dalam keadaan terdesak, ini yang bahaya. Maka kita cari tahu, kita sedang terdesak dalam hal apa? Dalam hal keuangankah, dalam hal integritaskah, dalam keadaan diri yang tidak lagi melihat kebenaran sebagai patokan hidupkan? Di dalam kondisi kristis, apapun seluruh solusi yang diberikan itu bukan yang utama. Maka Yesus di tengah-tengah kelaparan mengatakan “roti bukan yang utama. Sehingga engkau tawarkan itu, engkau bodoh, prioritasmu salah susun, di saat seperti ini yang paling utama adalah menguatkan kepercayaan kepada Tuhan”, ini kalimat yang sangat penting. Daud ketika ada di gua, lari dari kejaran Saul, Yonathan bisa temui dia. Lalu ketika bertemu, Alkitab mengatakan Yonathan memperkuat kepercayaan Daud kepada Tuhan. Kalau sedang krisis apa pun, krisis ekonomi, krisis makanan, krisis apa pun yang Saudara alami, yang paling penting bukan jalan keluar dari krisis itu, tetapi yang paling penting adalah menguatkan kembali kepercayaan Saudara kepada Tuhan. “Saat aku sakit, kena penyaki yang membuat aku mati, yang perlu paling utama bukan obat yang menyembuhkan penyakit itu. Yang perlu paling utama adalah kepercayaanku kepada Tuhan”. Waktu mama saya didiagnosa cancer sudah stadium 4, sudah menyebar ke hati dan kemana-mana, waktu kami bicara, mama saya cuma mengatakan “sudahlah, saya sudah percaya Tuhan, dapat apa pun boleh, hanya jangan terlalumenyusahkan orang saja”. Akhirnya kita doakan dia, ikut kemo dan lain-lain, sekarang kembali sehat. Bulan depan harus cek lagi, dan dia mengatakan “Tuhan sudah ijinkan saya alami hal yang sangat sulit dan saya bisa menang”. Dia menang karena sembuh? Bukan, dia bilang “menang bukan karena sembuh, tapi menang karena imanku kepada Tuhan diteguhkan kembali. Jadi Saudara dalam krisis, itu bukan alasan untuk tinggalkan Tuhan, bukan alasan untuk kecewa sama Tuhan, dalam krisis bukan kesempatan untuk mengatakan “Tuhan, mengapa tidak ada solusi?”, karena si pemberi solusi itu setan, tapi si penguat iman kepada Tuhan, itulah utusan Tuhan yang sejati. Maka Kristus mengatakan “ada tertulis manusia hidup bukan dari roti saja”, di saat Dia lapar, Dia mengambil kesimpulan ini karena yang paling penting adalah menguatkan kepercayaan kembali kepada Tuhan.

Kiranya Tuhan menyertai kita di dalam krisis yang sudah harus kita alami, Saudara tidak buka telinga untuk mendengar saran dari si setan, Saudara tidak ambil jalur potong untuk mengabaikan Tuhan, tapi Saudara kembali dikuatkan di dalam iman kepada Tuhan. Sehingga ujian bisa kita lewati dengan kemenangan. Kemenangan karena, yang pertama tetap pentingkan otoritas Tuhan bukan kemauan diri. Yang kedua kemenangan karena berhasil melewati segala krisis dengan mempertahankan integritas dan iman kepada Tuhan. Lalu yang ketiga kemenangan karena mengalahkan kuasa iblis, seluruh godaan dari dia bisa dipatahkan dengan iman kepada Tuhan. Dan di dalam ayat 1, satu-satunya kekuatan yang dibagikan untuk kita lalui di dalam ujian adalah kepenuhan Roh Kudus. Ayat ini mengatakan “Roh Kudus memenuhi Kristus dan menuntun Dia masuk ke dalam ujian itu”. Kiranya Roh Kudus memenuhi kita semua dan kita boleh menang atas apa pun yang Tuhan ijinkan menguji hidup kita.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)