(Lukas 7: 1-10)
Mujizat dalam bagian ini baik yang dikerjakan oleh Kristus maupun yang dikerjakan oleh para murid adalah bagian dari tanda kuasa Tuhan. Lukas menulis tanda di dalam perbuatan dan juga perkataan. Perkataan para murid begitu berkuasa, demikian juga ajaran dari Tuhan Yesus. Kuasa menjadi pernyataan dari tanda hidup yang dipimpin oleh Roh Kudus Tuhan. Di dalam Surat Ibrani dikatakan mereka diberi hak untuk mempunyai kuasa sedemikian karena mereka adalah para saksi, dan Tuhan menopang kesaksian mereka dengan tanda-tanda ajaib. Inilah yang harus kita pahami tentang mujizat. Tuhan mengijinkan para saksi mempunyai hidup dan juga kemampuan mengerjakan mujizat. Tapi ini tidak bisa dibalik, Saudara tidak bisa mengatakan bahwa setiap orang yang kerjakan mujizat pasti orangnya adalah saksi Tuhan. Sebab sekarang adalah zaman dimana penipuan itu banyak. Saudara kalau mengatakan pekerjaan supranatural itu pasti dari Tuhan, maka Alkitab mengatakan “tidak, pengikut Firaun, penyihir-penyihir pegawai dari Firaun yang adalah pegawainya juga bisa melakukan tanda muijzat”. Musa membuat air menjadi darah, mereka juga bisa. Musa mendatangkan kodok, mereka bilang “kami juga bisa” dan mereka lakukan. Jadi yang melakukan tanda-tanda supranatrual tidak pasti, tidak harus ini orang datang dari Tuhan. Tetapi dalam periode para rasul mengapa mereka diberi kesempatan melakukan mujizat begitu besar? Karena mereka adalah para saksi. Mengapa mereka begitu perlu menyatakan mujizat ini? Karena setiap perbuatan yang mereka kerjakan akan menjadi fondasi dalam Kekristenan sepanjang zaman.. Itu sebabnya yang mereka nyatakan dalam Kitab Suci akan menjadi kesaksian yang tertulis, dan kesaksian inilah menjadi tempat iman kita berdiri. Kristus mengerjakan mujizat sebagai tanda bahwa kuasa ilahi yang Dia jalankan di dalam dunia adalah kuasa yang secara natural milik dia. Dia berkuasa atas alam, sama seperti Allah berkuasa atas alam, sama seperti yang di Perjanjian Lama. Maka mujizat Kristus adalah mujizat ilahi menyatakan Dia adalah Penguasa, dan mujizat para murid adalah mujizat para saksi yang menyatakan bahwa mereka melihat sendiri apa yang dikerjakan Kristus dan mereka adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Kita harus tahu tentang mujizat supaya Saudara tidak mudah diombang-ambingkan oleh apa pun.

Sekarang kita masuk di dalam pasal 7, dalam pasal 7 ini Tuhan mengajarkan melalui Injil Lukas bahwa sekarang di bagian di mana Kristus menyatakan mujizat sekali lagi. Dan mujizat dalam bagian ini begitu penting karena dalam bagian ini Kristus menyembuhkan seorang perwira Romawi dan orang ini mempunyai pengertian tentang kebiasaan orang Yahudi yang sangat dalam. Dia tahu bahwa orang Yahudi begitu menajiskan relasi dengan umat bangsa lain, orang Yahudi begitu anti dengan dekat bangsa lain. Perwira Romawi ini tahu sekali kebiasaan orang Yahudi, maka dia tulis, minta Tuhan Yesus datang karena hambanya yang sangat dia cintai sedang sakit. Ketika Tuhan Yesus sudah dekat rumahnya, dia utus orang lagi mengatakan “jangan masuk rumah saya, katakan sepatah kata dari luar, dan kuasaMu akan menjadi begitu besar sehingga pengikutku, hambaku ini akan menjadi sembuh dari apa yang Engkau katakan, dari luar hambaku akan sembuh”, ini iman yang dikatakan begitu besar dimiliki oleh perwira Romawi ini. Waktu kita melihat bagian ini, ini bagian yang begitu paralel dengan apa yang dikerjakan oleh nabi Elisa. Lukas adalah salah satu penulis Perjanjian Baru yang mempunyai ciri begitu luar biasa. Dia sangat peka melihat kehidupan Kristus, lalu bandingkan kehidupan itu dengan peristiwa yang terjadi di Perjanjian Lama. Jadi apa yang terjadi di Perjanjian Lama dia peka sekali lihat ada paralelnya di dalam Kristus. Ada seorang ahli Perjanjian Baru bernama Joel Green dan dia tafsirkan bagian ini dan dia lihat kesamaan dengan peristiwa Elisa. Dia katakan paralel peristiwa ini dengan peristiwa Naaman, itu banyak sekali. Paralelnya misalnya yang pertama sama-sama ada perwira tinggi bangsa kafir yang adalah musuh Israel. Maka hal pertama yang paralel adalah dua-duanya sama pemimpin bangsa kafir. Hal kedua yang paralel adalah baik Yesus maupun Elisa tidak bertemu dengan orang itu, kalau Elisa tidak bertemu karena tidak mau keluar, kalau Yesus tidak bertemu karena orang itu yang tidak ingin Yesus dipermasalahkan karena Yesus masuk orang kafir. Jadi Saudara bisa lihat betapa baik hatinya perwira di Kapernaum ini. Lalu hal ketiga, mereka sama-sama dibantu oleh perantara yang adalah orang Yahudi. Demikian juga di dalam pasal 7 ini, ketika pemimpin perwira di Kapernaum ini ingin hambanya sembuh, maka tua-tua Yahudi yang datang ke Yesus. Tua-tua Yahudi yang datang karena perwira ini merasa dirinya tidak layak bertemu Yesus langsung. Dia menganggap Yesus adalah Nabi besar, dan Nabi besar ini terlalu besar untuk bertemu seorang militer hina, seperti dia. Ini hal-hal yang kita lihat secara paralel.

Maka untuk bisa menafsirkan pasal 7, Saudara mesti tahu dulu apa peran Elisa di dalam pekerjaan yang Tuhan sedang kerjakan dalam peralihan 1 Raja-Raja ke 2 Raja-Raja. Ini teologi yang penting untuk kita ketahui supaya kita mengerti dengan baik. Apa peran Elisa? Di dalam pemanggilan Elia, Tuhan memberikan pekerjaan yang luar biasa. Elia bertarung dengan nabi-nabi baal dan dia menang. Elia menghancurkan nabi-nabi baal, tapi tidak ada perubahan signifikan terjadi, semua orang mengatakan “Tuhan, Dialah Allah”, tapi tetap tidak ada perubahan secara nasional. Sampai di Gunung Horeb, Elia mengadu “Tuhan, nabi-nabimu sudah dibunuh Israel. Mezbah-mezbahMu sudah dihancurkan dan semua orang yang masih hidup dan mengajarkan kesetiaan kepada Tuhan, mereka mau dibunuh, termasuk saya. Inilah yang terjadi di Israel, inilah fakta”. Lalu Tuhan mengatakan “lakukanlah beberapa hal ini, yang pertama angkatlah penerus dari Kerajaan Aram untuk menggantikan raja yang sekarang ada. Yang kedua, angkatlah Elisa sebagai penggantimu, setelah itu angkat raja di Israel yaitu Raja Yehu untuk menggantikan Yoram”. Jadi ini adalah raja-raja dan nabi-nabi yang Tuhan tuntut Elia untuk cepat-cepat bangkitkan. Tapi yang Elia lakukan pertama kali adalah dia langsung datangi Elisa. Dia langsung pergi ke Elisa, kemudian dia langsung mengajak Elisa menjadi pengikutnya. Waktu ikut Elia, Kitab Suci menggambarkan mereka pergi ke tempat-tempat yang sepertinya tidak ada kaitan satu dengan lainnya, mereka pergi ke sini, ke sini, sampai pada bagian akhir kita tahu kaitannya apa. Bagian akhir mereka pergi ke Yerikho, setelah itu mereka pergi ke Sungai Yordan. Saudara ingat Yerikho dan Sungai Yordan kalau dipasangkan menjadi pembahasan dari Kitab Yosua. Waktu Yosua masuk menyeberangi Sungai Yordan, langsung pertama yang mereka serang adalah Yerikho. Jadi yang dilakukan oleh Elia adalah putar balik tempat-tempat yang didatangi Yosua waktu datang. Ini seperti rewind, dimundurkan, bukan gerak maju tapi gerak mundur, bukan gerak melanjutkan tapi gerak balik. Sekarang bukan masuk Tanah Kanaan, sekarang keluar Tanah Kanaan.

Mengapa keluar? Ternyata Elia sudah mau dipanggil oleh Tuhan dan Tuhan sudah mau pergi memimpin Elia untuk pergi ke sorga. Ini mengerikan sekali. Jadi kemuliaan Tuhan pelan-pelan meninggalkan Israel lewat Elia. Itu sebabnya waktu Elia menyeberangi Sungai Yordan, Sungai Yordan terbelah. Sungai itu sedang beri jalan pada kemuliaan Tuhan, bukan Israel. Kalau Tuhan yang diberi kemuliaan, sungai itu hanya bisa memberi hormat kepada Tuhan, bukan manusia. Demikian juga Laut Merah, Laut Merah terbelah bukan supaya Israel selamat saja, tapi karena Tuhan berjalan di tengah mereka. Kalau Tuhan mau lewat, laut pun menyingkir, kalau manusia mau lewat, beli tiket kapal. Jadi bukan karena Israel lewat lalu Laut Merah terbelah, tapi karena Tuhan menyertai Israel, maka Israel mendapat privilege ini. Demikian juga Sungai Yordan “Tuhanku mau lewat, minggir”. Lalu Tuhan melalui simbol kehadiranNya di dalam Tabut Perjanjian lalu waktu lewat, sungai minggir. Demikian juga waktu Elia, Elia bisa seberangi Sungai Yordan, lalu Sungai Yordan terbelah. Ini menjadi simbol bahwa kalau dulu zaman Yosua, Tuhan masuk, sekarang zaman Elia, Tuhan pergi keluar. Mengapa Tuhan tinggalkan umatNya? Karena yang dikatakan Elia itu benar, orang Israel seperti melupakan perjanjian, maka Tuhan sekarang mau pergi. Ini yang membuat Elisa berbeban berat, tiap kali pergi ke kota apa, semua orang mengatakan “tahukah kamu, tuanmu sudah mau dipanggil oleh Tuhan?”, Elisa dengan emosi mengatakan “sudah tahu, diam kamu”. Jadi dia marah bukan karena Elia akan dipanggil saja, tapi juga karena Tuhan akan tinggalkan Israel. Ini sesuatu yang dia miliki, nabi-nabi itu biasanya peka. Elisa punya kepekaan tinggi sekali, Tuhan sudah mau tinggalkan Israel dan dia tidak mau Tuhan tinggalkan Israel. Itu sebabnya ketika Elia bertanya “apa yang kamu minta?”, Elisa mengatakan “saya minta 2 bagian rohmu”. Minta 2 bagian roh artinya roh yang bekerja pada Elia mesti diwariskan, dan yang diwariskan itu dia minta jadi anak sulung. Jadi harta kepada anak sulung sering dianggap sebagai porsi 2 bagian, double portion. Elisa mengatakan “Elia, kamu tidak boleh pergi tanpa meninggalkan penerus, mesti ada penerus, dan saya mohon jadi penerus sulungmu, berikan 2 porsi”. Ini adalah bahasa simbolik, tapi dalam kasusnya Elisa, Tuhan ijinkan dia jalani secara literal, dia kerjakan mujizat 2 kali lipat lebih banyak dari Elia, dia kerjakan banyak hal. Dia membangkitkan 2 orang mati, sedangkan Elia 1, dia seolah-olah mengerjakan 2 kali lipat. Tetapi arti sebenarnya adalah dia mau jadi yang sulung di dalam melengkapi pekerjaan Elia. “Engkau sudah mau pergi? Angkat saya supaya menjadi penerus engkau”. “Biar bagian rohmu ada di dalam saya”, “yang kamu minta itu sulit”. Akhirnya ada kereta berapi jemput Elia, setelah itu Elia pergi. Sekali lagi kereta berapi ini bukan kendaraannya Elia, kereta berapi adalah kendaraanNya Tuhan. Alkitab menggambarkan Tuhan kendaraanNya beberapa, yang pertama adalah awan badai “Tuhan mengendarai awan badai, yang kedua adalah para malaikatNya “Tuhan mengendarai kerubNya”, yang ketiga adalah “Tuhan mengendarai badai api”, jadi kereta berapi ini adalah simbol bahwa Tuhan sedang naik di situ, lalu Elia diajak sama-sama. Jadi ini bukan kendaraan Elia, ini simbol Tuhan mau tinggalkan Israel, dan Tuhan ajak hambaNya yang setia untuk ikut.

Jadi waktu mereka pergi, Elisa langsung menangis mengatakan “bapaku, bapaku, kereta berkuda Israel dan penunggang-penunggangnya”, ini maksudnya meratapi orang hebat pergi, ini kalimat yang biasa digunakan untuk meratap kalau orang hebat pergi. Dia menangis dan setelah itu dia melihat ada jubah Elia di situ. Akhirnya waktu Elisa melihat jubah Elia, lalu dia ambil, dia tanya pertanyaan kedua, kalau pertanyaan pertama dia meratapi kepergian Elia, yang kedua dia meratapi kepergian Tuhan. Maka dia ambil jubah Elia lalu tanya “dimana Tuhan Allah Israel? Sudah pergi dengan Elia, dimana Dia?”, waktu dia pukulkan, Sungai Yordan terbelah, dia tahu Tuhan kembali lewat dia. Jadi Tuhan ijinkan, masuk kembali. Apakah Tuhan plin plan? Pergi dulu, lalu ditengah jalan kembali lagi? Bukan. Tapi Tuhan ingin memberi pengertian ada saat di mana Tuhan sudah begitu marah, sehingga kembalinya Tuhan untuk melayani Israel itu benar-benar anugerah yang sangat-sangat seharusnya mereka tidak peroleh. Terkadang Tuhan ijinkan ini terjadi, Tuhan mau tunjukan sebenarnya kalau mau memakai kesabaran dan keadilan Tuhan, harusnya Israel sudah dibuang. Tapi Tuhan masih ijinkan diriNya kembali melalui pelayanan Elisa. Maka Elisa masuk dan Sungai Yordan terbelah kembali. Jadi waktu itu adalah pernyataan Tuhan, Tuhan mau balik kembali lalu menyatakan pelayananNya. Dan di dalam pelayanan Elisa ada perubahan, Tuhan sudah hampir meninggalkan sebagai peringatan, waktu Tuhan kembali, Tuhan nyatakan ada perubahan yaitu pelayanan Elisa meskipun mujizat begitu besar, sekarang diberikan ke orang-orang yang rendah. Kalau dulu mujizat dipamerkan ke semua, sekarang mujizat hanya untuk kelompok kecil sederhana sekolah nabi. Jadi Elisa melayani secara pinggiran, meskipun pinggiran, dia tetap menyatakan kuasa Tuhan dengan sangat besar. Mengapa periode Elisa itu bisa diparalelkan oleh Lukas dengan peristiwan ini? Karena Lukas lihat Kristus adalah penggenap Elisa. Apa samanya Yesus dan Elisa? Samanya adalah baik Yesus maupun Elisa melayani di dalam periode ketika Tuhan sudah menyatakan betapa muaknya Dia dan sudah meninggalkan bahkan. Sekarang Elia sudah pergi, Tuhan beri kesempatakan terakhir “oke, masih ada Elisa. Sekarang Aku berikan kesempatan berikut”. Tapi yang hebat adalah kesempatan yang diberikan berikut justru kesempatan paling puncak yaitu Sang Mesias diutus. Jadi Kristus melampaui Elisa, Elisa memberikan kesempatan pertobatan, sedangkan Kristus di tengah-tengah pembuangan menyatakan anugerah Tuhan yang besar dengan kedatanganNya sebagai Mesias, tapi gaya pelayanan mirip. Sama seperti Elisa, Kristus pun melayani orang-orang pinggiran, yang Dia layani bukan orang Farisi, tetapi murid-murid yang kecil. Yang Dia layani bukan pemimpin-pemimpin, bukan imam-imam di Yerusalem, tapi kelompok-kelompok yang tadinya pemungut cukai, mantan pelacur, mantan penjahat, mantan pemberontak, semua dikumpulkan menjadi muridNya. Maka Dia adalah seorang yang melayani kaum pinggiran tapi menyatakan betapa istimewa dan mewahnya kesempatan melayani kaum pinggiran ini. Ini sesuatu yang penting untuk kita pelajari bersama. Maka dengan konsep seperti ini baru kita bisa memahami dengan tuntas apa yang diajarkan di dalam Lukas 7. Lukas 7 menggambarkan Kristus sebagai Elisa yang menggenapi pekerjaan Elisa lebih tuntas. Dia melayani seorang hamba yang adalah hamba dari seorang perwira kafir, ini lebih parah lagi dari Naaman, yang disembuhkan bukan perwiranya tapi hambanya. Hamba dari orang kafir disembuhkan oleh Kristus. Ini menjadikan pelayanan Kristus menjadi pelayanan kaum pinggiran tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai yang agung.

Maka kita akan pelajari 3 bagian, 3 hal ini dari bagian ini yang harap kita bisa ingat terus. Hal pertama adalah Kristus dalam Injil Lukas melayani dengan fokus Injil dan kemuliaan Allah dipenuhi melalui kematian dan kebangkitanNya, mati di kayu salib dan bangkit. Ini tujuan utama Kristus. Tetapi ketika Dia menjalankan tujuan utama ini, ketika Dia pergi dengan sasaran masuk ke pekerjaan utamaNya, Dia tidak pernah remehkan hal-hal pinggiran yang Dia temui di samping. Ini hal pertama yang mesti kita pelajari sebagai gereja Tuhan, gereja Tuhan mesti punya fokus yang jelas kepada Injil dan kemuliaan Tuhan yang dinyatakan secara besar. Tapi sambil jalan melakukan hal itu, sambil matanya peka melihat hal-hal kecil apa yang Tuhan ijinkan untuk kita tangani berdasarkan belas kasihan. Ini yang diajarkan juga pada bagian ini, Kristus tidak pernah kehilangan fokus mesti ke Yerusalem. Dan ada masa dimana Dia mengatakan “cukup, orang-orang datang, Aku tidak bisa melayani, Aku akan pergi. Kota-kota lain juga perlu”, maka Dia pergi. Jadi ini 2 keseimbangan yang indah antara fokus ke salib dengan melayani di dalam jalan menuju kepada salib itu.

Kedua, bagian ini juga mengajarkan kepada kita bagaimana pelayanan kepada orang pinggiran itu berefek begitu besar kalau dipadukan dengan perasaan hormat kepada Tuhan. Melayani orang pinggiran dan hormat kepada Tuhan, ini ciri dari Elia dan Elisa. Elia melayani, menolong janda yang miskin, Elia menolong orang-orang yang tidak berarti. Elisa pun melakukan hal yang sama. Tapi begitu bertemu raja, dengan berani mereka mengatakan “engkau dosanya ada di sini”. Ini Kekristenan yang agung, lihat orang kecil, penuh belas kasihan, lihat orang besar, penuh dengan keberanian menegur, jangan dibalik, lihat orang besar, penuh belas kasihan, lihat orang kecil, berani menegur kalau perlu menghantam. Maka yang kedua adalah mari kita mempunyai pengertian tentang kemuliaan Tuhan yang jauh melampaui pangeran, raja, presiden atau siapa pun, tetapi juga punya hati yang cukup rendah mau melihat pentingnya pekerjaan Tuhan di tengah-tengah kelompok yang sepertinya kurang layak diperhatikan. Ini jadi tema yang akan berulang terus di dalam Injil Lukas untuk mengingatkan kepada kita apa yang harus dikerjakan oleh gereja. Dan ini yang Yesus Kristus mau ajarkan bagaimana memberikan perhatian kepada kelompok yang tidak penting ternyata membawa keutuhan di dalam pemulihan umat Tuhan.

Dan poin terakhir yang bisa kita pelajari adalah Tuhan tidak pernah mau menjangkau atau pun menolong orang-orang yang tinggi hati. Tuhan tidak melihat kaya dan miskin, Tuhan tidak lihat ilmu atau tidak ilmu, Tuhan tidak lihat pintar atau bodoh, Tuhan tidak lihat penguasa atau orang rendahan, yang Tuhan lihat adalah rendah hati atau tidak. Dan pemimpin ini rendah hati luar biasa. Dia dengan rendah hati mengatakan “Tuan, jangan masuk rumahku, saya tidak layak bertemu Engkau, bicara saja dari jauh”, dan di sini Tuhan Yesus bahkan tidak bicara. Tuhan cuma mengatakan “sesungguhnya iman sebesar ini Aku belum pernah lihat, bahkan di tengah-tengah orang Israel”, lalu Dia pergi. Bayangkan orang-orang yang diutus perwira ini, “Tuan, katanya ucapkan sepatah kata maka hambanya tuanku itu akan sembuh”, Yesus kemudian mengatakan “Aku belum pernah melihat iman sebesar ini, bahkan di tengah orang Israel”, kemudian Dia pergi. Tapi waktu utusan ini pulang, mereka temukan hamba itu sudah sembuh. Tuhan menghargai kerendahan hati orang ini, dia punya kedudukan tinggi sebagai panglima Itali, tapi dia dengan rendah hati mengatakan “saya bawahanMu, Tuan. Saya punya bawahan tapi saya tahu siapa yang jadi bawahanku, dan Engkau bukan, Engkau harus menjadi atasanku”, ini pengertian yang penting sekali, dengan rendah hati dia datang. Tapi orang ini bukan hanya rendah hati, dia datang dengan rendah hati tapi juga sadar kalau bukan Tuhan, tidak ada yang bisa tolong. Maka ini jadi pengertian yang indah, Tuhan Yesus mengabulkan permintaan dari orang-orang yang sadar kerendahannya dan sadar kebergantungannya kepada Tuhan: “saya bukan siapa-siapa dan saya tidak ada pilihan lain, kecuali cari Tuan supaya sembuhkan hamba saya, sebab saya sangat mengasihi dia”. Tuhan memperhatikan kerendahan hati seseorang tetapi juga memperhatikan perasaan bergantung yang besar sebagai suatu kualitas iman yang besar. Kiranya Tuhan menolong membuat kita menjadi orang-orang yang secara Kristen bertanggung jawab dalam apa yang harus kita kerjakan bagi Tuhan

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)