Pertemuannya dengan Kristus merombak pikirannya yang awalnya dia miliki tentang Tuhan. Paulus mengatakan di dalam Korintus dan Galatia waktu dia sudah bertemu Kristus, pikiran dia berubah, dia tidak menilai Kristus dengan ukuran lamanya dia. Sekarang dia melihat Kristus dengan cara yang diperbarui oleh Roh Kudus. Maka setelah dia diperbarui karena melihat Kristus, dia mendengarkan panggilan Tuhan, “mengapa engkau menganiaya Aku?”, Paulus menjawab “siapa Engkau Tuhan?”. Dia tanya “apakah saya bisa mengenal Engkau?”, dan Tuhan menjawab “Akulah Yesus yang engkau aniaya itu”. Ini pertanyaan yang sangat bermakna teologi, karena ketika Musa tanya nama waktu dia bertemu dengan cahaya yang besar, api yang membakar semak, waktu dia dipanggil pertama kali. Pemanggilan Musa dan pemanggilan Paulus seringkali diparalelkan dalam tulisan Paulus, seolah dia mengalami panggilan yang mirip dengan Musa, tapi lebih agung karena dia sudah bertemu dengan Sang Kristus. Waktu Musa bertemu Tuhan dalam bentuk nyala api yang membakar semak belukar, Tuhan mengatakan “Aku mengutus engkau untuk pergi menghadap Firaun membebaskan umatKu”. Lalu Musa bertanya “jika aku ditanya orang Israel, siapa nama Tuhan, aku menjawab apa?”, ini sebenarnya Musa sedang tanya “Tuhan, namaMu siapa?”. Jean-Luc Marion menulis buku tentang image, dia mengatakan banyak orang Kristen memberhalakan Tuhan bukan lewat patung, tapi dibalik konsep nama yang salah memahami siapa Tuhan. Kita menyebut Tuhan dengan mulut tapi pengertian tentang siapa Tuhan, itu ngawur semua. Bagi Marion ini adalah penyembahan berhala, Saudara menyebut nama yang benar tapi konsep dibaliknya salah, itu ngawur. Tapi dia mengatakan sangat susah memahami Tuhan. Ketika Musa bertanya “siapa namaMu?”, Marion mengatakan Tuhan menjawab dengan the denial of name, Tuhan tidak memberikan nama. Tuhan menjawab “Ehyeh asher Ehyeh”, ini bukan nama Tuhan, tapi artinya adalah “Aku adalah Aku”, Ini adalah kata yang huruf matinya itu akhirnya dipakai untuk sebutan Yahweh atau Yehva. Tuhan tidak memberitahukan namanya, misteri. Sekarang Paulus mengalami pemanggilan yang ada paralelnya, “siapakah namaMu Tuhan?”, Tuhan Yesus tidak mengatakan “Aku adalah Aku” atau Tuhan Yesus mengatakan “namaKu tidak penting”. Yesus menjawab “Akulah Yesus dari Nazaret”, ini membuat dia kaget luar biasa. Mengapa nama Tuhan sekarang dipahami lewat Pribadi Kedua yang berinkarnasi? Ini adalah teologi yang konsisten, Saudara tidak akan kenal Tuhan secara personal kecuali melalui Pribadi Kedua yang berinkarnasi. Engkau tidak akan tahu siapa Bapa kecuali melalui Sang Anak. Ketika Paulus bertanya, dia sudah tahu ini adalah yang Ilahi, Allah, tapi namanya siapa. Dan Dia memperkenalkan diriNya sebagai Pribadi Kedua dari Tritunggal yang membuat Paulus mengenal Pribadi Pertama yang tidak bisa dikenal oleh siapa pun. Israel boleh menyebut Dia Sang Bapa, tapi tidak ada pengenalan yang intim dan jelas sejelas Paulus mengenal Kristus. Lewat Kristus, Paulus tahu satu hal bahwa Allah yang disembah oleh orang Israel adalah Allah yang rela datang dengan tindakan yang sangat ekstrim untuk menjalin relasi dengan manusia. Ini adalah Allah yang rela menjadi manusia, ini adalah Allah yang rela berada di tempat kita. Sehingga Paulus sadar satu-satunya kemungkinan dia mengenal Allah adalah karena Allah berinkarnasi. Paulus tahunya Yesus yang dia aniaya dari Nazaret, tukang kayu yang disembah oleh umatNya, yang manusia biasa tapi diperilah oleh umatNya sendiri. UmatNya ngawur memperilah seorang biasa seperti ini, disalib lagi. John Calvin dalam buku Institute of Christian Religion mengatakan manusia adalah makhluk yang sangat sombong, dia tidak akan memandang manusia lain sebagai yang ilahi kecuali kekacauan dalam dosa membuat dia menyembah yang bukan Tuhan, karena dia tidak punya Tuhan. Manusia tidak suka memperilah seorang manusia. Apalagi dalam zaman modern seperti zaman kita, kita sangat anti untuk mengagumi seseorang secara berlebihan. Kita semakin mengerti dalam dunia postmodern bahwa manusia penuh dengan kegagalan dan kebobrokan. Kita tidak terlalu kaget kalau tahu orang punya kesalahan ini dan itu, kita mengatakan “manusia memang begitu, dia bisa sembunyi di balik topeng yang bagus, tapi dibaliknya penuh dengan kecemaran. Tidak ada yang aneh”. Tapi ketika kita mendapatkan berkat Roh Kudus mencerahkan, baru kita sadar bahwa Allah adalah Allah yang rela menjadi manusia dan meresikokan diri disalah-mengerti. Kita paling anti kalau disalah-mengerti, Calvin saja pernah mengakui punya kecemaran di dalam hal ini, kalau orang menyebut dia dengan title yang lebih rendah dari seharusnya, dia akan koreksi. Kita juga sangat ingin mengoreksi orang yang salah mengerti kita. Tapi ketika Tuhan menjadi manusia, orang salah melihat “Engkau manusia biasa, mengapa banyak orang menyembah Engkau? Engkau cuma anak tukang kayu, Engkau dipaku di kayu salib”. Tapi murid-murid Kristus mengatakan “Dia dipaku bagi kami, dan itulah yang kami sadari”. Paulus baru mengerti itu waktu berjumpa Kristus, dia berjumpa dengan pernyataan Allah yang paling agung, paling tinggi, paling dalam, paling ekstrim yang disalah-mengerti. Tapi Paulus mendapatkan pengertian Yesus menyatakan diri seperti Allah, menyatakan kemuliaan Ilahi, lalu menyebut diriNya Yesus, ini membuat Paulus punya konsep menjadi sangat kacau, dia harus ubah banyak hal. Tapi Yesus langsung mengatakan “pergilah kepada Ananias, dia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kamu lakukan”. Paulus buta ketika melihat Yesus, dan setelah dia dibaptis, selaput gugur dari matanya dan dia kembali bisa melihat. Ini satu pernyataan yang penting, Paulus menyadari ada satu makna teologis dibalik pembaptisannya yaitu setelah dia menjadi milik Kristus, dia belajar melihat Allah melalui Kristus, memahami Allah lewat Kristus. Maka dia menjadi sadar satu hal, segala hal yang Sang Bapa lakukan, Allah yang kami sembah dalam tradisi Israel semua yang Dia rancang, semua yang Dia lakukan adalah untuk meninggikan Kristus. Paulus mulai belajar untuk lihat Perjanjian Lama dan siapa Israel di dalam Kristus. Apa maksudnya melihat di dalam Kristus? Maksudnya adalah melihat apa yang akan terjadi di dalam rencana Tuhan kalau apa yang ada di dalam dunia ini ditaklukan untuk Kristus. Betapa mulianya surga jika Kristus menjadi Pemimpin, menjadi yang dimuliakan di surga. Betapa mulianya dunia jika Kristus ditinggikan di bumi. Betapa mulianya manusia, jika manusia berada di dalam Kristus, ini yang Paulus lihat. Maka dia melihat dengan cara yang baru, dia tidak melihat dengan cara yang orang dunia miliki, sekarang dia melihat dengan cara Kristus. Ketika Yesus memerintahkan dia di Siria, di Anthiokia, “Aku mau khususkan Saulus dan Barnabas untuk Aku, Aku mau pakai mereka untuk memberitakan Injil ke bangsa-bangsa lain”. Paulus tidak pernah ragu, maksudnya tidak ragu adalah Paulus tidak merasa penilaian lama dia terhadap bangsa kafir harus dia pertahankan. Bagi Israel bangsa kafir adalah bangsa yang rendah sekali. Mereka menilai bangsa lain sebagai tanda rusaknya dunia ini. Bukan cuma beda derajat, ini benar-benar ekstrim bedanya. Orang Israel berpikir bahwa mereka adalah umat Tuhan karena Tuhan memanggil mereka dan bangsa lain adalah bangsa kafir, mereka adalah tidak lebih dari binatang. Saudara berpikir “ini seperti cara berpikir agama-agama lain yang sekarang masih ada”. Saya akan mengatakan agama-agama lain yang masih ada sangat dipengaruhi oleh kebiasaan Israel itu, Israel yang pertama kali seperti itu.

« 3 of 4 »