Maka bagaimana kita dibenarkan oleh karena iman? Iman itu apa? saya percaya pada perkataan Tuhan. Kalau sudah percaya perkataan Tuhan, saya dibenarkan? Iya. Kalau saya sudah dibenarkan berarti saya boleh hidup sembarangan? Tidak, karena iman akan Tuhan pakai untuk membuat Saudara dikoreksi terus. Iman adalah perjalanan, bukan hanya satu status di titik awal. Karena iman selalu berkait kepada kesetiaan, kedekatan pada yang asli. Maka iman Tuhan berikan di awal. Dan awal bukan menjadi awal saja, melainkan awal yang membuat Saudara dikoreksi di dalam waktu-waktu ke depan. Iman memasukan Saudara menjadi umat yang dikuduskan oleh Tuhan. Sedangkan Taurat menjadi penilai final yang membuat kita tidak punya harapan lagi. Maka dengan adanya iman, Abraham dipelihara oleh janji Tuhan. Tuhan memelihara Abraham oleh karena Abraham beriman kepada Tuhan. Dan iman Abraham bukan iman karena dia sudah menjalankan Taurat, melainkan iman supaya dia bisa hidup sesuai standar Tuhan. Apakah Tuhan mau kita hidup sembarangan? Tidak. Bagaimana caranya supaya kita tidak hidup sembarangan? Dengan cara Tuhan memiliki kita dan mulai membentuk kita hari demi hari. Maka ingat dua hal tadi, bukan penghakiman final tapi penghakiman korektif. Penghakiman atau murka yang sifatnya korektif. Tuhan ingin koreksi kita, sama seperti Saudara ingin koreksi PR anak Saudara. Taurat tidak boleh diletakan di final sebagai penghakim final, karena itu sama dengan mematikan semua orang. Kalau Taurat menjadi final, tidak ada dari kita yang beres. Taurat sebagai final akan membuat semua orang salah, semua orang akan eror, semua orang akan dinilai salah. Tapi Tuhan tidak memakai Taurat untuk menilai orang di titik akhir. Tuhan memakai Taurat untuk menilai orang di titik awal lalu mulai membentuk orang itu supaya dia bisa menjadi umat yang diperkenan oleh Tuhan. Tuhan waktu melihat kita tidak melihat kita seperti foto, Tuhan melihat kita seperti film yang bergerak. Saudara tahu bedanya video dan foto, kalau foto kita cuma bisa tangkap satu momen dan kita tidak tahu apa yang terjadi. Perjalanan hidup kita akan dimulai dengan waktu Tuhan membimbing kita waktu kita beriman.
Dan ini yang terjadi pada Abraham, Abraham dibimbing oleh Tuhan. Abraham adalah orang yang sering salah, sering gagal. Waktu dia inisiatif, selalu salah. Waktu dia taat Tuhan, tidak pernah salah. Dia inisiatif pergi ke Mesir, salah. Dia inisiatif umumkan bahwa istrinya adalah adiknya, salah. Tapi kalau dia taat Tuhan, tidak ada yang salah. Tuhan ingin mengatakan kepada dia “jika engkau belajar taat kepadaKu, tidak akan ada yang salah. Jika engkau inisiatif, sering salah”. Tapi salahnya bukan salah yang akan Tuhan hakimi final, lalu Tuhan mengatakan “habis kamu, Aku sudah hakimi, kamu ditemukan salah”, dan Tuhan buang dia. Tuhan tidak menggunakan Taurat sebagai nilai penghakiman final bagi umat pilihannya. Tapi Tuhan akan pakai Taurat sebagai penghakiman final bagi yang bukan umat. Bagi orang yang tidak percaya, Tuhan akan pakai Taurat untuk menghakimi siapa pun. Seperti yang Tuhan lakukan waktu menghakimi Beltsazar, ketika itu Tuhan mengatakan “Aku melihat engkau, menimbang engkau. Engkau didapati terlalu ringan, maka Aku buang engkau, berikan kepada Kerajaan Persia”, Tuhan pakai penilaian final. Bahagialah orang yang beriman karena penghakiman tidak datang belakangan, namun Tuhan berikan di awal untuk menjadi sesuatu yang mengoreksi hidup kita. Dan dengan demikian Saudara dan saya akan belajar bahwa kalau saya terus dikoreksi oleh Tuhan, orang lain juga akan dikoreksi oleh Tuhan. Kita tidak langsung menghakimi orang lain berdasarkan cara seperti lihat foto dan mengatakan “tidak ada harapan bagi orang itu”. Mungkin Saudara melihat sesama jemaat di GRII Bandung ada yang baik dan ada yang kurang baik, ada yang ngomongnya jujur, ada yang agak tidak jujur, ada yang suka menyelewengkan kebenaran, ada yang sangat baik. Lalu Saudara mulai memisahkan orang, kambing dan domba, yang kacau Saudara letakan di sisi ini, dan yang baik Saudara letakan di sisi yang lain. Dan Saudara mengatakan “enyahlah engkau pembuat kejahatan”. Tidak, Tuhan tidak mengizinkan kita memberikan penilaian final dulu. Tuhan mengizinkan kita untuk menilai dari titik awal, kemudian Tuhan akan bentuk. Maka sisi kanan tadi apakah dibenarkan lewat Taurat? Tidak, karena begitu Taurat dipakai untuk standar pembenaran dan itu diletakan sebagai final, maka kita tidak punya harapan. Diri kita ditampilkan apa adanya dan Taurat menyatakan kita hancur, kita berdosa, kita cemar dan kita harus dibuang.
Lalu bagaimana dengan sisi yang sini? Pembenaran oleh iman. Apa bedanya pembenaran lewat Taurat sebagai penghakim final, dengan pembenaran lewat iman? Di dalam pembenaran lewat iman, yang akan diandalkan bukan siapa kita. Yang akan diandalkan adalah kemampuan korektifnya Tuhan. Ini penting untuk kita pahami. Apa bedanya pembenaran lewat Taurat? Pembenaran lewat Taurat berarti menggunakan Hukum Taurat sebagai penghakim final. Tapi pembenaran lewat iman akan melihat kepada Allah dan kemampuan Dia untuk menebus, kemampuan korektif, kemampuan Tuhan memberikan koreksi. Kemampuan Allah menguduskan umat, itu yang menjadi tekanan dalam pembenaran oleh iman. Mengapa kamu percaya Tuhan membenarkan kamu? Karena saya percaya Dia akan kuduskan saya. Jadi pembenaran dengan Taurat memberikan tekanan kepada manusia, “kalau kamu bagus, kamu lulus screening Taurat, kamu jadi orang benar. Kalau kamu jahat, kamu tidak lulus screening Taurat, kamu jadi orang yang rusak”. Standarnya Taurat, fokusnya kita. Tapi pembenaran lewat iman, standarnya adalah Tuhan, fokusnya adalah pengudusan dari Tuhan. Siapa yang membenarkan kamu? “Tuhan, karena saya beriman kepada Dia”. Lalu siapa yang menjadi fokus? “Tuhan dan kemampuanNya menguduskan saya”. Dan tawaran ini yang Paulus mau nyatakan, “mengapa kamu pilih sisi ini, sisi Taurat, hai orang Israel? tidak tahukah kamu bahwa kamu akan rusak, akan salah kalau dinilai berdasarkan standara Taurat? Namun kalau kamu percaya karena iman, maka engkau akan tahu bahwa fokus yang utama itu bukan kamu tapi imanmu”. Tuhan mau Saudara beriman kepada Tuhan. Beriman kepada Tuhan dalam hal yang pegang setir hidup seperti Saudara, yang pegang hidup Saudara seperti Saudara sendiri, tapi telinga Saudara terus dengar Tuhan, “Tuhan, ini saya mau kemana?”, ini yang namanya iman. Iman berarti Saudara jalankan hidup dengan cara yang masih berproses untuk dikuduskan. Sedangkan melihat Taurat sebagai pembenaran berarti Saudara berani meresikokan diri dengan mengatakan “Tuhan, ini saya, nilai saya berdasarkan Taurat”, dan tidak ada yang lulus. Maka Tuhan mengatakan Abraham tidak dibenarkan karena dia sudah klop dengan Taurat, Abraham dibenarkan karena iman. Dan di dalam iman Abraham sedang dalam proses untuk diarahkan oleh Tuhan. Sehingga ketika Saudara mengatakan “Abraham kok masih bisa salah?”, iya masih bisa salah, “berarti boleh salah?”, tidak bisa, karena Tuhan yang akan koreksi. Kita beriman kepada Allah yang akan melakukan tindakan korektifNya kepada kita. “Jadi saya boleh hidup sembarangan?”, coba kalau berani. Tuhan akan hantam kamu, tapi Tuhan tidak akan lepas kamu, Tuhan tidak akan buang kamu. Tuhan akan koreksi kamu. Maka ketika Saudara jatuh dalam dosa, Saudara tidak melihat Hukum Taurat diberikan sebagai penghakim final. Saudara akan melihat tangan Tuhan yang penuh dengan marah menegur Saudara supaya Saudara dikoreksi. Dan ini yang Tuhan kerjakan kepada Abraham, ini juga yang Tuhan kerjakan kepada Israel. Israel dikoreksi keras sekali, Tuhan pukul mereka dan usir ke Babel. Sampai di Babel, Tuhan mengatakan kepada Yehezkiel, “Yehezkiel, berkhotbahlah mengenai Bait Suci yang baru”. Setelah mereka diusir, Tuhan berkata kepada Yeremia, “Yeremia, katakan kepada mereka Aku merindukan mereka”. Setelah mereka diusir, Tuhan bilang kepada Yesaya, “Yesaya, khotbahkan kabar baik bahwa Allah akan kembali dan memulihkan mereka”. Jadi Tuhan membuang mereka, tapi itu tindakan korektif, Tuhan masih mau pulihkan mereka.