Paulus berbicara dengan argumen yang Panjang sampai nanti berpuncak pada pasal 8, lalu ada polemik lanjutan di pasal 9-11, merupakan argumen-argumen yang sangat penting untuk teologi Kristen. Kita memahami apa itu Kekristenan justru karena memahami arguman Paulus mengenai apa itu Kekristenan. Dalam bagian ini kita akan melihat lebih detail mengenai Hukum Taurat. Apa yang Paulus pahami tentang Taurat itu jelas dalam Surat Roma. Paulus berusaha untuk membereskan pemikiran yang salah dari orang-orang Farisi atau orang-orang Yahudi pada zaman dia. Tapi kita seringkali salah baca karena kita berpikir bahwa orang Yahudi mirip dengan orang-orang Katolik di abad ke-16, percaya bahwa kalau kita tidak mengumpul jasa pada level yang pas maka kita tidak akan pernah selamat. Kita mesti berjuang untuk terus dapat, dapat jasa, dapat merit atas apa yang kita kerjakan berdasarkan perintah gereja, supaya kita bisa selamat. Lalu kita membaca Kitab Suci dan kita menemukan mungkin orang Yahudi juga berpikir sama, “saya mesti menjalankan Taurat supaya saya bisa selamat”, ini yang kita baca dari Alkitab karena kita dikurung oleh pemikiran dari tradisi Reformasi. Tentu kita tidak akan menganggap tradisi Reformasi salah karena kita berasal dari situ, tapi kita juga tahu bahwa tradisi Reformasi mempunyai cara untuk mengekspresikan teologi yang spesifik sesuai zaman mereka. Dan zaman itu tidak tentu sama dengan zamannya Paulus. Itu sebabnya ketika Martin Luther mengatakan “kita semua mesti kembali ke ajaran yang benar, kita tidak selamat karena kita melakukan sakramen penebusan dosa, kita selamat karena kita beriman kepada Kristus. Kita selamat bukan karena kita melakukan perbuatan jasa, tapi kita selamat karena kita beriman kepada Kristus”. Luther tahu hal ini dari Paulus. Paulus menyatakan hal yang sama, “engkau diselamatkan karena iman, bukan karena engkau menjalankan Taurat”. “Berarti orang Yahudi percaya bahwa menjalankan Taurat akan membuat mereka selamat”, ini yang kita pikirkan. Tapi kita tidak teliti dalam memahami dunia Alkitab. Karena kalau kita memahami dunia Alkitab dalam Perjanjian Baru, kita akan sadar bahwa tidak ada orang Yahudi yang merasa dirinya tidak otomatis selamat. Ini jelas sekali kita salah baca. Orang Yahudi adalah orang yang jelas tahu bahwa mereka lebih baik dari semua bangsa. “bagaimana caranya kamu bisa selamat?”, orang Yahudi akan menjawab “otomatis, orang Yahudi, darah asli. Saya bukan orang kafir, saya dari lahir adalah orang Yahudi dan tidak termasuk bangsa-bangsa lain”, ini yang Paulus katakan juga di awal Surat Roma. “Kami orang Yahudi, kami tidak termasuk dari bangsa-bangsa lain”. Mereka selamat sejak Tuhan membentuk mereka keluar dari Mesir, sudah selamat. Lalu isunya Taurat di mana? Taurat adalah cara untuk membuktikan bahwa mereka berhak dapatkan keselamatan karena menjalankan identitas mereka. Jadi Taurat digunakan bukan supaya mereka selamat atau bukan supaya mereka masuk ke dalam perjanjian, Taurat diberikan supaya mereka tetap ada dalam perjanjian. Inilah perbedaan konsep orang Yahudi tentang keselamatan dengan Kekristenan di dalam zaman abad pertengahan. Jadi cara pemikiran pertama mereka adalah bukan “bagaimana supaya saya selamat, apa yang mesti saya lakukan supaya selamat?”, mereka sudah rasa otomatis selamat.
Hal kedua, pola pikir mereka bukan individual, tapi bangsa, nation, mereka tidak mengatakan “bagaimana saya bisa mempertahankan keselamatan?”, tapi mereka akan bertanya “bagaimana bangsa ini tetap utuh, tidak lagi dibuang oleh Tuhan”. Jadi isunya adalah apakah kita akan tetap menerima berkat dari Tuhan atau kita dibuang? Taurat itu seperti Pancasila bagi orang Indonesia, kalau Saudara mau tafsirkan dengan pemikiran orang Yahudi. Kita perlu Pancasila supaya kita tetap satu, kita tetap kompak, kita tetap merasa satu bangsa meskipun terdiri dari banyak suku. Demikian juga orang Israel, “bagaimana caranya supaya bangsa ini tetap sejahtera di dalam Tuhan?”, “caranya adalah taati Taurat, jika engkau melanggar akan dibuang”. Tidak ada gunanya Saudara berusaha taati Taurat sendiri, jalankan Taurat sendiri, benar-benar saleh sendiri, tapi seluruh bangsa rusak, akhirnya dibuang juga. Jadi keadaan komunal ditentukan kekompakan seluruh anggota menjalankan apa yang harus. Dan orang Israel sudah mendapatkan pelajaran ketika Akhan tidak setia, di dalam Kitab Yosua, semua Israel kena. Maka Taurat berfungsi sebagai cara orang Israel tetap berada dalam perjanjian. Dan ini yang Paulus kritik. Ini sesuatu yang mungkin mengagetkan, kita sudah mendapatkan pengertian ternyata orang Israel melihat Taurat sebagai cara untuk tetap dalam perjanjian, sekarang Paulus memberikan alternatif untuk menafsirkan Taurat yaitu menafsirkan Taurat sesuai pengertian Perjanjian Lama. View dari orang Israel adalah “bagaimana kami menikmati janji Tuhan”. Apakah janji Tuhan sudah diberikan? “sudah, tapi kami menantikan kegenapannya”. Inilah yang menjadi pandangan mereka tentang Taurat, dan saya harap tema-tema seperti ini semakin akrab di kepala kita. Karena semakin kita mengerti cara para penulis Alkitab berpikir, semakin kita mudah mendapatkan pengertian-pengertiannya. Alkitab tidak hanya ditulis untuk orang-orang yang akademisi yang cerdas atau tajam pikirannya. Tapi Alkitab ditulis untuk orang-orang biasa mempratekan hidup dan menikmati Tuhan.