“Tapi bagaimana caranya bertobat, saya berusaha bertobat tapi masih tidak bisa”, pertobatan Paulus bukan hanya pertobatan tindakan saja tapi pertobatan yang menakup semua, kembali kepada Tuhan dan tindakan. Bukan cuma tindakan, tapi kembali kepada Tuhan. Bukan hanya kembali kepada Tuhan, tapi harus ada tindakan nyata. Dan keduanya disatukan oleh Paulus, maka dia mengatakan di ayat 6 “Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidak-binasaan. Tapi murka dan geram kepada mereka yang mencari kepentingan sendiri yang tidak taat epada kebenaran, melainkan taat kepada kelaliman”. Kalau kamu diberikan anugerah, Tuhan mau kamu kembali, cepat bertobat. Bagaimana cara kita kembali? Yaitu mengingat Tuhan akan menghakimi dengan melihat perbuatan. Yang berbuat baik, Tuhan akan beri hidup kekal. Yang mencari kepentingan sendiri, Tuhan berikan penghukuman. Di sini kita akan dikacaukan oleh teologi kita yang sempit. “Bukankah kita diselamatkan bukan karena perbuatan?’, ini membuat kita jadi bingung. “Kan keselamatan bukan karena perbuatan, mengapa di sini ditulis karena perbuatan?”, saya mau tanya benarkah keselamatan bukan karena perbuatan? Benar, di Efesus 2, Roma 3, Roma 5, Roma 6 dinyatakan kita selamat bukan karena perbuatan kita, itu betul. Tapi tidak pernah ada ayat satu pun mengatakan “keselamatan tidak akan pernah mengubah tindakan” atau “keselamatan tidak menghasilkan perbuatan baik”, tidak ada satu pun, kalau Saudara menemukannya berarti ayat Alkitab Saudara ngawur. Kita harus melihat urutan, perbuatan baik baru selamat, itu salah. Selamat setelah itu perbuatan baik, itu benar. Selamat tanpa perbuatan baik, tidak mungkin ada selamat. Tidak ada orang bisa mengatakan selamat kalau tidak ada perubahan. Kalau begitu selamat baru perubahan? Bukan, selamat dulu baru ada perubahan. Ini penting untuk kita pahami. Maka dalam bagian-bagian Perjanjian Baru, kadang-kadang penulis akan memadukan semuanya. Karena mereka tidak ada isu dengan teologi seperti di dalam zaman Reformed. Calvin berlawanan dengan Pigius. Pigius seorang teolog yang sangat menekankan jasa, gereja menawarkan jasa, harus kerjakan ini, harus melakukan upacara ini, baru bisa selamat. Tapi Calvin mengatakan tidak ada apa pun di dalam ibadah yang membawa kepada keselamatan, sebaliknya setelah selamat baru orang bisa ibadah. Sebelum Calvin di abad ke-5, abad ke-4 ada seorang bernama Pelagius. Pelagius berdebat dengan Augustinus, Pelagius mengatakan “kita bisa selamat karena melakukan ini dan ini”, Augustinus melawan dengan mengatakan “Tuhan yang pilih kita, Tuhan yang memberikan anugerah, bukan karena kita sudah kerjakan ini”. Jadi Augustinus dan Calvin punya isu melawan Pelagius dan Pigius. Tapi Paulus tidak ada isu itu, dia sedang tidak berdebat dengan orang yang meniadakan perbuatan. Kalau Saudara mengatakan “ada pak, di Galatia ada orang yang menawarkan perbuatan”, itu bukan perbuatan, itu tata cara Yahudi. Orang-orang ini mengatakan jadi Yahudi dulu baru bisa selamat.