Maka Kekristenan, terutama dalam tradisi Kuyperian dan Doyeweerdian itu mengajarkan tentang banyak bagian dari hidup yang harus diperlakukan seimbang. Ada bagian untuk diri, untuk orang, untuk komunitas, dan ada bagian untuk tanggung jawab kita kepada negara, segala ada dan harus kita seimbangkan. Jadi kehidupan untuk orang lain, kehidupan seimbang untuk menikmati Tuhan dalam hidup kita dan membagikannya dengan orang lain, itu yang diatur oleh Taurat. Taurat mengatur manusia supaya dia mampu menjadi manusia yang baik, itu sebenarnya yang sedang diajarkan. Tapi dosa merusak dengan mengatakan “tidak bisa, orang lain itu musuhmu. Kamu harus hantam dia, kamu harus pentingkan dirimu”. Tapi semakin mementingkan diri, kita akan luput dari keindahan mencintai dan bahkan keindahan disakiti. Kita akan dihancurkan dengan berpusat ke diri. Waktu diri kita menjadi segalanya, kita cuma mau diri yang jadi utama, maka kita akan masuk dalam keadaan dimana kita menjadi less human, menjadi tidak manusiawi. Kita akan punya perasaan yang semakin mengeras seperti batu, kita tidak mengerti apa itu menjadi manusia. Ketika Saudara tidak mampu menghargai kemanusiaan di luar Saudara, maka Saudara tidak pernah mengerti apa itu manusia di dalam diri. Maka Tuhan mengatakan “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”. Ini bukan patokan satu untuk diberikan ke yang lain, tapi ini ada interaksi bagaimana cara Saudara mengerti diri dan mengerti orang lain. Jadi itu yang Tuhan katakan, bagaimana kenal orang, bagaimana kenal diri? Dengan interaksi kasih, maka dikatakan “kasihilah orang lain seperti dirimu sendiri”. Saudara tidak akan mampu mengenal diri, kecuali Saudara berinteraksi dengan orang lain dalam kasih, itu sebenarnya yang dimaksud dengan mengasihi orang lain seperti dirimu sendiri. Membangun interaksi kasih dengan pribadi lain, itu yang Tuhan tuntut. Jadi ada diriku dan diri orang lain, dan saya berelasi dalam kasih dengan orang lain. Tapi dosa membalikan dengan mengatakan “diriku yang paling utama”. Lalu kita akan mendedikasikan hidup kita untuk hal-hal yang salah dan mengorbankan diri untuk itu, itu problem besarnya, itu yang disebut maut oleh Alkitab. Jadi kalau ditanya apa itu maut? Maut itu bukan hanya sekedar kematian fisik, maut adalah ketika Saudara mendedikasikan hidup untuk yang bukan Tuhan, untuk berhala. Ada orang yang mendedikasikan hidup untuk uang, hidup matinya untuk uang, siang malam kerja untuk uang. Dia tidak bisa menjadi manusia dengan itu, karena dia tidak bisa berinteraksi dalam kasih dengan uang. Jadi dia membuang hidupnya untuk sesuatu yang tidak ada nilai. Kelola uang sebaik mungkin berarti hati-hati jangan sampai kepercayaan yang Tuhan berikan menurun. Uang itu sebenarnya adalah value untuk mendekatkan sesuatu ke diri kita. Jadi waktu Saudara mengeluarkan uang, Saudara dapat hal yang Saudara hargai untuk mendekatkan Saudara dengan itu lebih dari uang itu. Jadi Saudara lebih pilih untuk menikmati nilai uang Saudara dengan mendekatkan diri dengan apa pun yang Saudara dapatkan dari yang Saudara beli. Intinya adalah kita ini didesain untuk menjadi bijak dengan cara mengeluarkan sesuatu yang akan memberikan value kepada kita. Hitung-hitungan itu adalah Kristen, jangan anggap itu duniawi, “kita orang Kristen tidak hitung-hitungan, kita pakai iman”, Yesus bilang “hitung, kalau kamu mau berperang hitung dulu, kalau kamu mau membuat menara hitung dulu. Sanggupkah engkau selesaikan”. Kekristenan harus pakai hitungan, tidak bisa tidak hitung. Maka Saudara akan berpikir tentang nilai, apa yang Saudara pikir rugi ternyata tidak rugi karena Saudara dapatkan lebih baik daripada yang Saudara keluarkan. Tapi kalau kita banyak keluarkan uang untuk hal yang tidak bernilai, kita bodoh. Saudara habiskan jam-jam hidupmu untuk apa, Saudara habiskan hari-hari hidup untuk apa, Saudara begadang sampai tidak tidur untuk apa, Saudara kerja keras mati-matian untuk apa, adakah value yang Saudara dapat untuk diri Saudara, value itu untuk menikmati Tuhan tentunya, atau tidak? Karena kalau tidak, Saudara sedang menjalankan kehidupan untuk diri dan itu absurb. Saudara tidak bisa menikmati diri dengan membuang diri. Saudara mau menikmati diri untuk diri, itu tidak bisa. Manusia tidak bisa menikmati diri, manusia tidak didesain untuk menikmati diri. Maka ketika Saudara menghabiskan hidup untuk diri, itu tidak ada maknanya. Sehingga Saudara mesti pikir apa yang Saudara kerjakan dengan keras, mati-matian itu untuk diri atau bukan. Kalau untuk diri, tidak ada makna. Kalau Saudara kerjakan itu untuk menikmati Tuhan, itu baru ada makna.
Tapi apa itu menikmati Tuhan? Banyak kali kita mengatakan kalimat-kalimat Kristen yang kita tidak mengerti, kita cuma ucapkan. “Mengapa kamu kerja?”, “soli Deo gloria”, “artinya apa?” Soli Deo gloria artinya apa pun yang baik, yang saya pernah bisa saya lakukan, itu dari Tuhan, bukan dari saya, itulah soli Deo gloria. Ketika hidup Saudara beres, tidak ada keberesan hidup Saudara yang bukan dari Tuhan. Ketika Saudara bisa berguna bagi orang lain, tidak ada hal yang bukan Tuhan yang kerjakan. Maka soli Deo gloria itu tentang Tuhan yang sedang bekerja, bukan tentang apa yang Saudara bisa persembahkan untuk Tuhan. Sedangkan mencuri kemuliaan Tuhan adalah ketika Saudara berbangga dalam hati, tidak diumumkan juga bisa. Ketika Saudara merasa ada bagian dari Saudara untuk kebaikan diri Saudara. Itu sebabnya soli Deo gloria adalah teologi Reformed, karena mengakui bahwa hanya Tuhan yang bekerja baik, dan apa pun yang baik yang saya bisa hasilkan, itu semua dari Tuhan. Jadi ketika kita hidup untuk Tuhan maka kita akan mendedikasikan apa pun untuk Tuhan dan itu membuat pengorbanan kita bermakna. Hari-hari Saudara kerja keras, malam-malam Saudara begadang, semua akan terbayar lunas, mungkin bukan dengan uang, tapi dengan kesukaan karena engkau sedang berjuang bagi Tuhan. Ketika Saudara kerja dengan visi ini, mungkin hasil kerjanya akan sama dengan orang yang kerja untuk bisa dapat kehidupan lebih baik untuk diri, untuk diri. Orang yang hanya pikir diri bukan pikir untuk Tuhan, itu bisa kerja dengan hasil yang sama. Tapi orang yang kerja untuk Tuhan akan lebih bahagia karena dia tahu apa yang dia kerjakan itu untuk Tuhan, ini yang dikerjakan Roh Kudus. Roh Kudus bukan hanya melatih kita untuk berinteraksi dengan orang, Roh Kudus melatih kita untuk berelasi dengan Tuhan. Dan mulai menikmati Dia sebagai pribadi yang baik, yang menopang hidup kita. Saudara mulai mengerti bagaimana hidup untuk Tuhan karena mulai dipaparkan dalam relasi dengan Tuhan oleh Roh Kudus. Roh Kudus membuat pola pikir Saudara sekarang menjadi pola pikir yang menyadari ada Allah. Dan bukan cuma ada, Allah adalah Bapaku, Suadara mulai punya kesadaran “Bapaku yang di surga mengasihiku”. Dan Saudara mulai punya pola pikir “kalau Bapa begitu mengasihi saya, saya harus hidup bagi Dia, saya tidak bisa hidup bagi yang lain”, dan ini akan membuat Saudara berjuang untuk Tuhan. Kalau Roh Kudus tidak ubahkan Saudara, Saudara akan tetap berjuang. Saudara tetap akan menghancurkan diri, tapi bukan untuk hal yang memberikan kepuasan bagi diri. Saudara akan buang hidup untuk hal yang kosong. Ketika Saudara rela berkorban, rela tawuran demi sesuatu yang fana, itu kebodohan yang ada pada setiap orang. Saudara juga rela buang hidup demi hal yang fana, meskipun bukan dalam bentuk tawuran, mungkin dalam bentuk investasi hari-hari, kerja keras untuk sesuatu yang tidak berguna, atau malas-malasan dalam hidup tanpa tahu harus melakukan apa, itu juga sama dengan bunuh diri, mematikan diri. Maka ada orang yang akan keluarkan dirinya, korbankan dirinya untuk hal yang fana. Itu sebabnya kalau ada orang mengatakan “saya ini punya sense of justice tinggi, kalau jalur saya dipotong, saya marah”, itu bukan sense of justice, lebih baik Saudara teriak ke pemerintah “tolong usut penindasan gereja, tolong usut ini sampai beres”, itu baru sense of justice. Kalau cuma masalah hal kecil seperti itu, Saudara tidak perlu korbankan apa pun. Bayangkan betapa bodohnya kita, kita mau matikan diri demi hal yang tidak ada kaitannya. Ini hal penting yang Alkitab mau ajarkan, jika engkau tidak menyembah Tuhan, engkau akan korbankan dirimu demi setan. Engkau akan korbankan dirimu demi hal yang tidak penting sama sekali. Berapa banyak anak muda mati di jalan hanya karena membela sesuatu yang tidak jelas, nama sekolahnya dibela dengan tawuran. Maka Saudara harus punya cita-cita lebih besar dari uang, tidak boleh hanya uang. Karena kalau engkau cuma kejar uang, engkau sedang mati demi uang dan itu absurb. Engkau harus habiskan nyawamu untuk Tuhan. Engkau harus kerja untuk Tuhan, engkau harus hidup untuk Tuhan, tidak ada cara lain. Untuk yang lain, engkau mati, bodoh. Untuk Tuhan, engkau hidup, ini baru bijak. Ini yang Roh Kudus akan pulihkan, hidup dalam roh berarti pola pikir Saudara hidup untuk Tuhan akan dipulihkan. Dan Saudara akan belajar untuk menata hidup demi Tuhan, akan belajar berinteraksi dengan sesama demi Tuhan. Akan belajar untuk menghasilkan hasil yang baik dari pekerjaan Saudara juga untuk memuliakan Tuhan. Untuk menghidupi keluarga Saudara, itu juga memuliakan Tuhan. Untuk menolong orang memuliakan Tuhan, untuk mengambil apa yang Tuhan memang percayakan dengan ucapan syukur lalu bersukacita, itu juga dari Tuhan. Saudara punya tabungan lalu jalan-jalan, dan Saudara mengatakan “puji Tuhan, kami boleh menikmati ini”, itu pun dari Tuhan. Tapi kalau Saudara melihat uang dan mengatakan “mengapa cuma segini? Saudara tidak bisa menikmati Tuhan. Maka ucapan syukur, tahu bahwa semua berkat dari Tuhan, kemampuan Saudara bekerja dari Tuhan. Lalu Tuhan izinkan yang dari Saudara dapatkan boleh Saudara nikmati dengan keluarga, Saudara boleh berbagian dalam perpuluhan, Saudara boleh berbagian dalam menolong orang, Saudara bahkan boleh berbagian bergumul ketika keuangan itu menjadi kurang. Karena Saudara tahu Tuhan bukan cuma melatih kita untuk memberi demi kemuliaan Dia, Tuhan juga melatih kita untuk bersandar kepada Dia di saat kurang. Tuhan melatih kita untuk bersusah-payah bersama Tuhan, bergumul, berjalan dalam hidup dengan segala kesulitan ditemani, ditopang dan dipimpin oleh Tuhan. Inilah keindahan hidup bagi Tuhan. Saudara mempersembahkan hidup bagi Tuhan dan Saudara menjalankan hidup bersama Tuhan. Dan Roh mengatakan “inilah hidup”, karena dikatakan bahwa keinginan daging adalah maut, waktu Saudara hidup tidak bagi Tuhan, Saudara mematikan diri untuk keinginan yang simple. Sedangkan keinginan roh adalah hidup dan damai sejahtera. Kematian dari orang-orang yang menjadi misionaris, sama dengan kematian orang yang tawuran di jalan, kematian orang yang lelah bekerja untuk ambisinya, atau kematian orang yang kerja keras untuk uang dan kebanggaan, mereka sama-sama mati. Tapi yang Tuhan anggap mulia bukan sembarang kematian. Kematian dari orang-orang yang serahkan hidup untuk Tuhan. Saudara mungkin misionaris yang berada di ujung tombak lalu ditikam orang, tapi Saudara sekarang sedang mati-matian berjuang di dalam pekerjaan Saudara. Apakah ada pola pikir roh dimana Saudara kerjakan ini demi Tuhan dan boleh menikmati yang Tuhan berikan atau tidak? Karena ini akan membuat perbedaan yang besar. Sebab ayat 7 mengatakan, mereka yang hidup dalam daging tidak mungkin berkenan kepada Allah. Tuhan tidak berkenan kepada orang yang hidup di luar Dia, dan Dia tidak mungkin menikmati hidup jika dia melakukannya di luar Tuhan. Jadi harap kita punya bijaksana untuk mengerti bahwa ada pola pikir yang diperbaiki oleh Roh Kudus dan pola pikir itu akan makin diperbaiki dalam interaksi dengan Tuhan dan sesama.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)