Maka bergerak pada hal berikut, sense tanggung jawab. Setelah meratap langsung masuk ke hal berikutnya yaitu tanggung jawab. Apa yang harus saya pertanggung-jawabkan? Apa yang bisa saya lakukan? Di tengah keadaan kacau, apa yang harus saya lakukan? Kalau lingkungan saya begitu buruk, apa yang harus saya lakukan? Maka dari meratap, Saudara akan dikembalikan oleh pengharapan kepada Tuhan dengan pengertian akan tanggung jawab. Dalam satu buku tentang depresi yang diterjemahkan oleh Momentum, dikatakan bahwa salah satu jalan keluar, ini salah satu, ada banyak hal, depresi adalah sesuatu yang rumit, kita tidak bisa tangani simple. Tapi salah satu cara untuk membantu orang dalam keadaan gelap adalah berikan dia tugas harian untuk dilakukan. Kerjakan tugas itu tiap-tiap hari. Itu akan mengalihkan dia dari dirinya dan mulai membawa dia ke dalam tugas yang real “ternyata ada sesuatu yang harus saya perjuangkan”. Ini adalah switch yang bagus, dan Tuhan melakukan hal itu kepada orang-orang yang meratap kepada Dia. Yeremia meratap dan Tuhan mengatakan “katakanlah kepada umatKu, engkau masih punya tugas”. Ketika dia mengatakan “Tuhan, saya merasa Engkau mencurangi saya, saya tidak sanggup hidup dengan mode seperti ini, semua orang menista saya, semua yang saya katakan dihina oleh mereka, bagaimana saya bisa berlanjut?”, Tuhan mengatakan “jangan langsung kalah kalau engkau bertarung melawan seorang manusia, engkau akan berlomba dengan seekor kuda, kuatkan dirimu. Aku masih punya firman yang harus engkau katakan, tapi jika engkau mau kembali kepadaKu, Aku akan menyatakan firman bagiKu dariKu bagi Israel”, ini yang dilakukan Yeremia. Setelah dia merasa hancur dan tidak sanggup, dia merasa terlalu sulit hidupnya, Tuhan mengatakan “maukah kamu Aku pakai? Maukah kamu Aku berikan firman untuk engkau berikan kepada orang orang lain?”, Yeremia mengatakan “saya mau Tuhan”, dan dia mendapatkan kelegaan yang besar. Tugas adalah cara untuk Saudara megnhidupi kehidupan yang berat sekalipun dengan kesadaran Tuhan mau pakai saya untuk melakukan sesuatu. Bukan untuk memperbaiki yang hancur menjadi baik, sempurna, tapi untuk berbagian di dalam arah yang Tuhan mau. Dan waktu Saudara jalankan tugas Saudara hari demi hari, apa pun itu, Saudara tahu Tuhan pakai segala kesibukan kita untuk mengarahkan kita keluar dari diri kita dan mulai melihat pengharapan dunia yang baru itu sebenarnya ada sedikit yang Tuhan mau nyatakan lewat pekerjaan kita. Maka yang Tuhan mau kerjakan dalam diri kita dengan memberikan pelayanan, hidup, pekerjaan, tanggung jawab adalah untuk mengarahkan hatimu ke saat final itu, keadaan langit dan bumi yang baru. “Mengapa pekerjaan saya bisa mengarahkan ke sana?”, karena semakin Saudara terlibat dalam tugas Saudara, semakin Saudara sadar ada hal penting yang harus ditangani di sini. Ada hal penting yang kita harus berbagian. Seorang ibu rumah tangga yang melihat anaknya perlu konsentrasinya dan dedikasinya, langsung merasa ada hal penting yang harus dilakukan. Mengapa seorang ibu rajin memberikan makan kepada anaknya, rajin merawat anaknya yang masih bayi atau masih kecil? Karena dia tahu ini penting, karena dia tahu tindakan dia adalah tindakan untuk membuat seorang manusia bertumbuh dalam keadaan yang baik. Dan dia sadar bertumbuh dalam keadaan yang baik itu penting. Maka menjadi seorang ibu membuat seseorang terlatih instingnya bahwa bertumbuh menjadi seorang manusia itu sangat baik. Dan Tuhan memberikan banyak anugerah kepada perempuan, perempuan biasanya sangat mudah untuk berinteraksi dan merawat orang. Saya tidak mengatakan laki-laki tidak bisa melakukan itu, laki-laki juga bisa melakukan itu, tapi perempuan yang banyak melakukan hal itu. Perempuan dari kecil kalau main pasti dengan boneka, kalau laki-laki dari kecil main boneka, itu sudah mengkhawatirkan bagi orang. Tetapi ketika perempuan bermain dengan boneka, dia mulai belajar merawat orang. Dia mulai belajar punya hati, maka banyak perempuan menjadi perawat lebih dari laki-laki. Bukan berarti perawat laki-laki tidak ada atau tidak lebih baik. Tapi perempuan banyak diberikan anugerah ini, perempuan dilatih untuk mempunyai sentuhan kepada manusia. Itu sebabnya jika seorang perempuan mengabaikan sentuhan itu, dia sedang mengabaikan kemanusiaannya sebagai perempuan. Kalau laki-laki mengabaikan keharusannya bertanggung jawab, dia akan mengabaikan perannya sebagai laki-laki. Kalau orang tidak menjalankan perannya di hadapan Tuhan, dia akan mengabaikan kemanusiaan. Tapi ketika dia mulai menjalankan, dia akan diarahkan oleh Tuhan untuk melihat apa yang harusnya jadi. Saudara kalau ingin menyapu, Saudara punya andai-andai ini harusnya bersih dari kotoran, maka Saudara bertindak dengan menyapu. Orang yang menyapu punya visi ruangannya harus bersih. Waktu Saudara menyapu, Saudara tidak sadar bahwa ketika Saudara menjalankan tugas menyapu, Saudara sedang diarahkan untuk punya pengharapan yang lebih besar dari pada yang tidak menyapu. Karena waktu Saudara menyapu, Saudara sadar ruangan ini mesti bersih. Semakin Saudara terlibat dalam tanggung jawab Saudara, semakin Saudara punya pengharapan dipertebal untuk keadaan sempurna nanti. Saya mengerti pengharapan untuk orang mengerti teologi, dan itu yang terus saya perjuangkan. Dan saya tahu ketika keadaan tidak berjalan sesuai dengan yang saya inginkan, maka saya tahu hal penting ini benar-benar harus terjadi, tapi mengapa tidak terjadi sekarang? Dan saya dihiburkan oleh kalimat Tuhan, “suatu saat nanti kamu akan melihat sekumpulan orang banyak penuhi bumi dan mereka tidak perlu diajar lagi untuk mengenal Tuhan. Karena mereka semua baik kecil maupun besar, tua atau muda, semua usia, golongan, semua mengenal Tuhan dalam hatinya”, dan ini pengharapan saya. Ada saat dimana saya akan bertemu Saudara dan orang-orang lain, dan kita semua punya kelimpahan mengenal Tuhan. Tapi sebelum saat itu tiba, saya mati-matian memperjuangkan itu. Tapi kalau orang memperjuangkan itu baru sadar pentingnya itu, yang tidak memperjuangkan itu tidak sadar pentingnya itu. Saudara berkecimpung di dunia seni, Saudara tahu banyaknya kekacauan di dunia seni. Kalau Saudara berkecimpung di dunia seni, jangan cuma main alat musik saja, pelajari apa itu seni. Ada orang bertanya kepada saya “kalau saya main drum, bagaimana itu diantisipasi di dalam musik?”, saya mengatakan “berhenti main drum, cari timpani saja, lalu pelajari apa itu orkestra, apa itu musik”. Yang bermusik jangan cuma tahu main gitar lalu mengatakan “gereja mesti adopsi hobi saya”. Kamu yang harus belajar, belajar apa itu main gitar, belajar mengerti bagaimana mengerti keindahan, dan ketika Saudara berkecimpung di dunia estetika, baru Saudara tahu musik banyak kacaunya. Baru Saudara tahu bahkan hymn kita pun sebenarnya banyak yang miskin. Lalu Saudara berjuang, mungkin membuat lagu atau membuat aragement lagu lebih baik, ini panggilan Saudara. Saudara mulai bermusik, Saudara mulai berpikir bagaimana menyemangati jemaat atau bagaimana membawa suasana yang baik dari lagu ini. Dan ketika Saudara sadar banyak erornya, Saudara belajar berjuang, Saudara akan menghargai ketika nanti zaman yang baru paduan suara sejati menyanyi, tidak ada salahnya, tidak ada erornya. Pada waktu Saudara menikmati bumi yang baru, Saudaralah yang paling senang ketika mendengarkan paduan suara. Kalau Saudara tidak punya bidang untuk ditangisi, Saudara miskin, Saudara cuma menangisi dirimu terus. Sampai kapan menangisi dirimu? Berhenti menangisi diri dan mulai menangisi sebuah bidang. Inilah tangisan dari seluruh alam, dikatakan oleh Paulus. Dan kita yang melihat keadaan sekarang bukan ideal, yang Paulus katakan di ayat 24” sebab kita diselamatkan dalam pengharapan, tetapi pengharapan yang dilihat bukan pengharapan lagi. Sebab bagaimana orang masih mengharapkan apa yang dilihatnya”. Saudara mengharapkan apa? yang belum kelihatan. Dan Saudara mengatakan “andai Tuhan pulihkan”, disitu ada sukacita yang menanti. Maka percayalah, ketika Saudara menjalankan bidang Saudara, apa pun itu, Martin Luther bahkan mengatakan seorang tukang sapu itu bersumbangsih besar dalam keinginan untuk menjadikan tempat yang baik. Bayangkan kalau tidak ada yang menyapu jalanan, bangkai itu menjadi bau, apa pun menjadi sumber penyakit yang menyebar ke manusia, terjadi pandemi. Maka ketika Saudara terjun dalam satu bidang, apa pun itu untuk memberkati orang lain, Saudara sadar bidang Saudara banyak cacatnya. Dan Saudara yang terjun, Saudara yang paling ingin bidang itu diperbaiki. Dan ketika Saudara sadar ini harus diperbaiki, Saudara mulai berandai-andai, “andai Tuhan pulihkan”. Dan Saudara dihiburkan, Tuhan mengatakan Dia memang akan pulihkan. Dan di sini Saudara akan bertumbuh secara iman. Kiranya Tuhan memberkati kita dengan iman yang bertumbuh karena janji Tuhan bukan karena yang lain.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)