Kalau begitu bagaimana manusia dibenarkan? Di dalam Roma 4:1 dikatakan Abraham, bapa leluhur jasmani kita, jasmani kita artinya orang Yahudi, Paulus sedang menekankan untuk orang Yahudi memikirkan tema ini. “Abraham adalah bapa jasmani kita”, karena mereka secara daging, secara tubuh memang adalah keturunan Abraham. Saudara dan saya bukan, kecuali nenek atau kakek Saudara adalah orang Yahudi, atau orang Arab, atau orang Edom, dan seterusnya. Kita bukan keturunan Abraham secara fisik. Namun Paulus mau orang-orang yang mengaku keturunan Abraham secara fisik memikirkan tema ini. Ayat 2, “jikalau Abraham dibenarkan karena perbuatannya maka dia beroleh dasar untuk bermegah, tapi tidak di hadapan Allah”. Apa maksud Paulus bahwa Abraham dibenarkan karena perbuatannya? Abraham berbuat sesuatu baru Tuhan terima, Abraham melakukan sesuatu batu Tuhan terima, itu namanya pembenaran karena perbuatan. Tapi kalau Tuhan teliti dengan lebih lanjut yang Paulus pakai ini adalah Abraham, karena itu argumen dia sangat kuat. Biasanya kita mengerti pembenaran itu adalah saya dibenarkan oleh Tuhan bukan karena perbuatan saya. Kalau saya tanya perbuatan baik itu apa saja? Saudara pasti bisa sebutkan banyak. Tapi coba pikirkan satu perbuatan baik yang sangat unik bagi orang benar, orang benar pasti akan berbuat baik ini, kira-kira apa? Saya berikan penjelasan sedikit, siapa orang benar? umat Tuhan. Apa yang dilakukan umat Tuhan? Dia harus menyembah Tuhan, hatinya hanya kepada Tuhan dan dia adalah kelompok yang dipakai Tuhan untuk menyatakan pekerjaanNya di bumi. Bagaimana cara Tuhan menyatakan pekerjaanNya di bumi? Lewat umatNya, semua umatNya. Tapi kan umatNya hanya sedikit? Tidak bisa sedikit, harus banyak. Bagaimana caranya memperbanyak umat? Berkeluarga dan beranak-cucu, itu perbuatan baik. Kalau kita ragu itu karena konsep kita sudah pakai konsep zaman sekarang, bukan zaman Alkitab. Kita baca Alkitab, tapi kita masukan semua konsep kita. Berbuat baik itu apa? “kalau belanja tidak pakai plastik, kalau minum kopi tidak minta sedotan”. Kalau Abraham diberikan berbuat baik seperti itu, tidak nyambung. Tapi kalau Saudara membaca Alkitab, salah satu tuntutan Tuhan menjadi umat adalah beranak-cucu, bertambah banyak dan penuhi bumi.
Beranak-cucu, bertambah banyak, penuhi bumi dan Abraham mandul, entah Abraham atau Sara, tapi mungkin Sara. Ini keluarga yang tidak punya anak adalah absurd bagi orang yang mendengar ini bahwa Tuhan pilih Abraham dibenarkan, tidak masuk akal sama sekali karena Abraham tidak punya anak. Hal paling simple yang Tuhan tuntut dari umatNya untuk beranak-cucu tidak mampu dikerjakan oleh Abraham. Jadi Saudara kalau melihat Alkitab dengan lebih serius, Saudara akan sadar bahwa banyak teologi yang populer itu kurang berpikir dalam, kurang pikirkan apa yang Alkitab coba bagikan kepada kita. Kita tutup pengertian-pengertian Alkitab dengan hal-hal yang umum. Seorang pendeta pernah berkhotbah dan saya pikir khotbahnya sangat tepat, dia mengatakan “kadang-kadang kita pakai tema kafir lalu baca Alkitab, itu bahaya sekali. Kita tidak sadar bahwa cara berpikir kita yang perlu diubah, makin kita banyak baca Alkitab bukan makin beres hidupnya tapi semakin ngawur. Karena kita akan baca secara selektif, kita lupakan yang kurang penting dan kita fokus yang kurang penting”. Coba siapa yang pernah berpikir bahwa salah satu tuntutan Tuhan kepada umatNya adalah memunyai anak? Dan Saudara mengatakan “semua orang juga punya anak pada zaman itu”. Zaman itu tidak seperti zaman sekarang yang ada orang kesulitan punya anak. Zaman dulu sepertinya sulit berhenti punya anak, “ini anak ke berapa?”, “anak ke-18”, dan itu normal, semua orang bisa begitu. Justru itu poinnya, kalau orang tidak benar, orang yang bukan umat Tuhan saja bisa punya anak, mengapa Abraham tidak punya? Ada yang salahkah? Mengapa dia tidak mampu menjalankan hal yang paling basic yang Tuhan mau di Kejadian 1 & 2? Dia tidak punya kemampuan untuk punya anak. Dan kalau Saudara mengatakan “kan yang tidak punya kemampuan itu Sara, Abraham kalau tidur dengan Hagar bisa punya anak”. Tapi Tuhan mengatakan “Abraham dan Sara satu, anak dari yang lain tidak diakui”. Tuhan memanggil Abraham bukan karena perbuatan dia, karena hal paling simple yang umat Tuhan harus kerjakan itu, dia tidak kerjakan, dia tidak bisa, dia dan istrinya tidak sanggup. Sehingga waktu Saudara membaca ini dengan konsep berpikir orang Yahudi, langsung Saudara mendapat poinnya. Abraham tidak dipilih karena dia berbuat baik, yaitu punya anak, Abraham dipilih karena sesuatu yang lain. Ada hal lain yang Tuhan mau lakukan dengan memilih Abraham, tapi hal ini bukan hal yang umum. Maka ayat 2 ini sangat penting untuk kita tafsirkan di dalam konteks Alkitab. Itu sebabnya dalam tradisi kita dikatakan bahwa Alkitab menafsirkan Alkitab, The Bible interprets The Bible. Bagaimana mengetahui Roma? Coba lihat bagian Kitab Suci yang lain, adakah bagian Kitab Suci yang lain memberikan cara menafsir sehingga kita dapat terbantu untuk menafsirkan bagian yang lain. Tapi kalau kita lihat sumber-sumber yang lain atau bahkan kalau kita melihat pendapat kita sendiri, maka kita akan distorsikan pengertian dari Kitab Suci di dalam hati kita. Paulus mengatakan “Abraham dibenarkan bukan karena perbuatannya”, karena kalau berdasar perbuatannya, dia akan memunyai dasar untuk bermegah. Maksudnya dasar untuk bermegah adalah dia bisa mengatakan “saya memang umat. Kalau ada orang mempertanyakan apakah saya umat, lihatlah apa yang sudah saya kerjakan”. Tapi kalau Abraham mau sombong seperti itu dengan mengatakan “aku adalah umat, bahkan lebih dari itu, aku adalah kepala dari umat yang besar”, lalu orang tanya “mana anakmu?”, Abraham mengatakan “ini yang saya belum bisa jawab”, dan orang akan tertawakan. Tuhan memilih umat yang bahkan tidak bisa punya anak, lalu bagaimana Tuhan bisa menyatakan pekerjaanNya di bumi? Nanti bayangkan Tuhan mengatakan “penuhilah bumi dan taklukanlah itu”, Abraham bilang “Tuhan, saya tidak sanggup, saya sendirian”, “kan ada anakmu”, “tidak ada”, “tidak ada? Maaf Abraham, Aku salah pilih orang, kamu kembali saja ke Ur”, “baik Tuhan, saya sadar siapa saya, karena anak saja tidak punya. Tuhan mau untuk penuhi bumi, memang salah pilih kalau pilih saya”. Ini yang Paulus mau kita gumulkan, mengapa Tuhan memilih Abraham. Dan ini beda dengan orang Israel di zaman Paulus, karena orang Israel mengatakan “kalau Tuhan mau pilih saya memang karena saya layak”. “Mengapa kamu layak?”, “karena saya lebih saleh dari yang lain, saya lebih baik dari orang lain. Saya menyembah hanya Tuhan, tidak seperti yang lain. Saya tidak mungkin tidak dipilih oleh Tuhan”. Jadi mereka punya dasar untuk bermegah melalui apa yang sudah mereka kerjakan. Dan Saudara sangat mudah bagi kita untuk membanggakan apa yang kita kerjakan. Ini penting untuk kita pahami di dalam karakternya orang Yahudi yang menganggap diri mereka lebih baik dari bangsa lain. Mereka lebih baik dari bangsa lain karena memang lebih baik. Mengapa lebih baik? Karena mereka tidak melakukan hal-hal jahat yang dilakukan bangsa-bangsa lain. Tapi mereka tidak tahu bahwa kesombongan adalah hal jahat yang lain. Ini yang saya dapatkan dari khotbah Calvin Seerveld, dia berkhotbah sangat indah sekali, dia mengatakan bahwa ketika Tuhan memberikan perumpamaan jika ada orang yang kerasukan lalu setannya sudah diusir keluar, setan itu akan jalan-jalan di padang gurun menemukan mangsa yang baru tapi tidak dapat. Akhirnya dia berpikir “saya mau kembali ke orang itu”, yang tadi dia rasuki. Lalu dia mengajak 7 setan yang lain untuk bantu rasuki orang ini. Maka 7 setan itu merasuki orang yang tadinya dibebaskan dari setan ini. Calvin Seerveld menafsirkan bahwa angka 7 itu adalah angka yang bagus, angka sempurna, angka kesempurnaan dari karya, kesempurnaan pekerjaan. Maka yang Tuhan Yesus maksudkan adalah ada orang jahat yang bertobat, dia tadinya jahat, dia tadinya dipenuhi oleh roh jahat. Lalu roh jahat itu keluar, dia bertobat, dia tidak lagi melakukan pekerjaan yang jahat. Tapi kemudian masuk 7 roh yang jahat. Calvin Seerveld menafsirkan 7 roh jahat itu adalah kesombongan. Setelah orang bertobat dari dosanya dia mengatakan “sekarang saya tidak berdosa lagi, sekarang saya tidak seperti saya yang dulu, saya sudah suci”. Lalu dia akan mulai melihat orang lain dan memandang remeh setiap orang yang tidak memunyai kesanggupan untuk hidup suci. “Kamu tidak bisa hidup suci, dasar kafir. Ini bangsa-bangsa masih ikut-ikut penyembahan berhala, memang kamu kafir”, maka dosa kesombongan ini dianggap oleh Tuhan sebagai ultimate sin, dosa yang sangat besar sekali. Dan itu yang tidak disadari oleh orang Yahudi. Maka Paulus mengingatkan “kalau engkau bermegah atas apa yang engkau sudah kerjakan, maka engkau tidak mungkin bermegah atas apa yang Tuhan kerjakan”, ini indah sekali kalau kita mengerti. Mengapa Abraham tidak bisa bermegah karena perbuatannya? Karena anak pun dia tidak punya, mau membanggakan apa?”. Ketika Abraham mengatakan “saay umat Tuhan”, orang akan mempertanyakan “apakah kamu tidak terlalu berani mengatakan seperti itu? Apakah kamu tidak terlalu berani mengucapkan kalimat yang tidak terbukti umat Tuhan karena saya percaya Kristus”, “apakah kamu tidak berlebihan mengatakan seperti itu? Apakah kamu tidak terlalu berani? Bukankah kamu orang yang tidak bersunat, bukankah kamu keturunan dari penyembah berhala, kakekmu adalah imam Kuil Zeus, kamu mau jadi umat Tuhan? mustahil, kamu tidak mungkin masuk dalam Bait Suci, kamu tidak mungkin ikut menikmati Mesias Yahudi yang akan datang kembali. Sudahlah, jangan anggap dirimu Kristen atau umat Tuhan”. Maka Paulus mengingatkan kita ini sudah jauh melampaui dari track yang Tuhan tetapkan. Track yang Tuhan tetapkan sudah kamu abaikan, sehingga kamu gagal mengerti apa itu pembenaran. Hal simple seperti ini pun kamu gagal mengerti.