(Roma 1: 11-17)
Di ayat 11 dan selanjutnya Paulus menyatakan ekspresi kerinduan kepada jemaat yang belum pernah dia lihat. Sesuatu yang sangat sulit kita mengerti. Paulus sedang membagikan pengertian ini yaitu bahwa siapa mengenal Injil Tuhan, dia akan menyadari bahwa Injil adalah berita kabar baik yang mendamaikan seseorang atau sekelompok orang dengan Tuhan dan mendamaikan kelompok orang itu satu sama lain. Injil adalah berita pendamaian. Dan pendamaian ini pertama-tama antara saya dan Tuhan, tidak ada orang bisa hidup damai kalau dia dan Tuhan masih belum damai. Saya tidak bisa melupakan khotbah Pdt. Billy waktu pertama kali saya mendengarkan beliau, dia mengatakan banyak orang punya problem dengan Tuhan tapi ekspresinya itu kelihatan keluar. Problem dengan sesama atau siapa pun juga, problem utamanya bukan itu, problem utama dia dengan Tuhan. Kalau problem utama belum dibereskan, sulit bagi dia untuk membereskan yang lain. Ini yang ingin saya bagikan, cuplikan itu untuk membuat kita mengerti Roma 1, Paulus mengatakan bahwa “berita Injil itu mendamaikan saya dan Tuhan, Tuhan dan saya damai”. Tidak ada lagi permusuhan. Dan permusuhan itu baik dari saya kepada Tuhan, kita ini pembenci-pembenci Tuhan tanpa kita sadari, maupun Tuhan kepada kita karena kita sudah membenci Dia terlebih dahulu. Kita menolak Dia dan menginginkan untuk lepas dan bebas dari Dia. Yang harus kita ketahui adalah antara kita dan Tuhan sudah ada perjanjian lebih dulu. Dan perjanjian ini adalah perjanjian yang diikat oleh persekutuan dengan sang kepala yaitu Adam. Jadi Saudara sudah ada dalam perjanjian sebelum kita lahir. Jangan berpikir bahwa segala perjanjian yang kita lakukan itu hanya ketika kita hidup, sudah lahir, dan kita yang ikat perjanjian itu sendiri. Dari sebelum kita, sudah ada deal, sudah ada perjanjian yang sudah ditetapkan sebelum kita. Kalau hal-hal seperti ini bisa kita pahami, mengapa kita tidak mau terima kalau ternyata ada perjanjian yang bukan kita yang buat, tapi pendahulu kita, nenek moyang kita di dalam Alkitab, yang sudah dibuat dengan Tuhan. Dan waktu kita gagal jalankan perjanjian itu, pada waktu itu Tuhan akan marah. Saudara mengatakan “mengapa Tuhan marah? saya tidak pernah janji dengan Tuhan”, Tuhan akan mengatakan “nenek moyangmu sudah janji, Israel sudah janji, Adam sudah janji”, “itu kan mereka, bukan saya”, tidak bisa, Saudara sudah terikat itu ketika Saudara lahir. Inilah konsep perjanjian yang harus kita tahu, jadi relasi antara Saudara dan Tuhan tidak netral, melainkan sudah ada perjanjian sebelumnya. Saudara sudah dituntut untuk setia kepada Tuhan, bahkan sebelum Saudara lahir aturan itu sudah ada. Dan Saudara tidak bisa seenaknya mengubah aturan apa pun yang sudah baku ditetapkan dengan sangat kuat di dalam tradisi-tradisi kita sebelumnya.
Jadi perjanjian ini sudah diberikan, semua orang terikat perjanjian dengan Allah. John Calvin bahkan mengatakan perjanjian ini adalah perjanjian antara ciptaan dan Sang Pencipta. Perjanjian ini sudah dilakukan, Tuhan berjanji akan menjadi Allah yang membawa ciptaan kepada kesempurnaan, Tuhan berjanji akan hadir di tengah-tengah manusia, Tuhan berjanji akan menyatakan belas kasihan, kasih karunia serta penyertaanNya, asal manusia setia dan taat kepada Dia. Janji Tuhan itu bersyarat. Saudara kalau dengar perkataan janji Tuhan tak bersyarat, cinta Tuhan tak bersyarat, itu tidak Alkitabiah. Alkitab menyatakan ada syarat perjanjian, baik kepada Tuhan maupun kepada kita. Tidak ada orang di dalam pernikahan yang akan biasa saja, atau akan mengizinkan pasangannya dekat dengan orang lain, yang menjadi ancaman bagi pernikahan itu. Kalau ini kita mengerti, mengapa kita tidak mengerti Tuhan yang marah? Tuhan mau kita setia kepadaNya dan Dia berhak menginginkan itu. Maka waktu kita tidak setia, Dia marah. Dia marah karena Dia adalah Allah yang mengasihi. Karena Dia adalah kasih adanya, maka Dia harus marah. Mengapa Dia harus marah? Karena kasih itu selalu dalam perjanjian. Lawan kata dari kasih itu bukan marah, kasih lawannya adalah tidak peduli “kamu mau jauh dari aku? Tidak apa-apa. kamu mau sembah berhala? Silahkan saja. Aku memaklumi kelemahanmu, lakukanlah apa pun yang kamu mau”, itu bukan Tuhan. Tuhan mau kita setia dengan perjanjian, Tuhan mau kita melakukan dengan tepat apa yang Dia mau demi kebahagiaan kita dan demi kesenanganNya. Jadi ada perjanjian yang Tuhan sudah berikan dan manusia tetap gagal menjalankannya, akhirnya karena perjanjian dengan Tuhan rusak, semua yang kita jalankan yang harusnya ada di dalam Tuhan menjadi rusak. Rusak relasi dengan Tuhan, relasi yang rusak ini akan memengaruhi banyak hal, akan memengaruhi cara Saudara menilai diri. Richard Pratt pernah menulis buku yang berjudul Designed for Dignity, dia mengatakan pernah membaca satu koran di sebuah hotel yang terjadi bunuh diri di tingkat atas, sedangkan di bawahnya ada orang-orang new age sedang mengadakan pertemuan. Menarik sekali, orang-orang new age itu kumpul dan mengatakan “aku adalah allah, aku adalah allah”, di tingkat atas ada seorang yang sudah putus asa dengan hidupnya mengatakan “aku tidak berguna, aku tidak berguna”, lalu dia ambil senjata dan bunuh diri. Richard Pratt mengatakan inilah contoh orang yang sudah jauh dari Tuhan, yang satu mengatakan dirinya tidak berguna sama sekali, yang lain merasa dirinya adalah allah. Kita akan menjadi salah mengukur diri, kita akan mengukur diri kita terlalu tinggi atau kita akan hancurkan diri kita seperti orang yang tidak punya nilai sama sekali. Dua-duanya terjadi karena kita tidak datang kepada Tuhan. Ada problem besar waktu kita tidak datang kepada Tuhan, ada problem besar kalau perjanjian kita dengan Tuhan kita jalani dengan sembarangan, ini problem utama. Banyak orang berusaha mengatasi segala problem yang kelihatan di luar tanpa sadar problem yang utamanya itu adalah relasi perjanjian yang rusak dengan Tuhan. Jadi yang salah dengan kita adalah kita salah berelasi dengan Tuhan. Kita salah berelasi dengan Dia, kita salah mengikuti Dia, salah menerima kebaikan dan kebenaranNya, salah mengekspresikan ucapan syukur kita kepada Dia, akhirnya semuanya rusak. Seperti yang saya kutip dari Pdt. Billy, banyak orang punya problem dengan Tuhan maka semua bagian menjadi diri. Menilai diri jadi kacau, ketenangan diri tidak ada, damai sejahtera tidak ada, segalanya tidak ada. Dan kita selalu berpikir problemnya ada di sekitar kita, problemnya tetangga, problemnya orang tua, problemnya anak. Tapi problemnya yang paling besar adalah “saya dibuang oleh Tuhan, saya tidak di dalam Tuhan, saya tidak kenal Tuhan, saya tidak mencintai Dia, saya tidak siap mengosongkan diri untuk Tuhan, saya tidak siap mengabaikan diri untuk kemuliaan Tuhan”, itu problem besar. Maka Paulus mengatakan puji Tuhan ada Injil, Injil itu mendamaikan saya dengan Tuhan. Tuhan mau mengampuni saya lewat kematian AnakNya. Sang Anak Tunggal Allah dipaku di kayu salib supaya saya dan Saudara didamaikan dengan Allah, Dialah Pendamai yang sudah dinubuatkan melalui korban persembahan di Bait Allah. Dialah Pendamai yang sudah dinubuatkan ketika Kitab Keluaran menyatakan Israel yang keluar dari Mesir oleh karena ada darah domba dan kambing yang dioleskan di ambang pintu rumah. Jadi Kristus sudah dinubuatkan sebagai pemberi perdamaian. Dan sebagai pemberi perdamaian Kristus adalah Kristus yang akan menyatakan bagi kita cara untuk damai dengan Tuhan melalui diriNya. Di dalam Kristus oleh karena kasih Kristus dan karena persekutuan dengan Kristus, Saudara diterima oleh Bapa. Alkitab mengatakan Bapa menerima Saudara seperti Bapa menerima Kristus oleh karena kita ada di dalam Dia, ini berita sukacitanya. Paulus mengatakan “oleh karena berita sukacita ini, aku mau datang kepadamu”.
Mengapa berita sukacita yang membereskan dia dengan Tuhan membuat dia ingin datang ke Roma? Karena dia mengatakan “saya rindu melihat buah di tengah-tengah jemaat Tuhan”. Buah apa? Buah orang-orang Kristen yang dia bisa temui. Perbaikan relasi dengan Tuhan membuat Paulus ingin mendapatkan persekutuan dengan gereja Tuhan. Itu yang kita lihat di pasal 1 ini. Paulus mengatakan di dalam ayat 11 “sebab aku ingin melihat kamu untuk memberikan karunia rohani kepadamu guna menguatkan kamu”. Paulus belum pernah bertemu dengan orang Roma, dan dia mengatakan “saya rindu kepadamu”? Hal yang aneh kalau kita tafsirkan ini tidak berdasarkan Injil. Karena di dalam Kristus, dia satu dengan gereja Tuhan di manapun. Semua orang yang percaya kepada Kristus adalah kekasihnya, di dalam iman, adalah saudara-saudara seiman yang dia kasihi.
Aplikasi dari Injil dalam Surat Roma selalu ada 2. Pertama, aplikasi Injil akan membereskan diriku di hadapan Tuhan dan yang kedua akan membereskan diriku di hadapan sesamaku. Saya dan Tuhan beres oleh karena Kristus. Saya di depan sesama juga beres oleh karena Kristus. Dan inilah yang Paulus sedang nyatakan di bagian pertama ini, “saya rindu datang kepadamu hai orang Roma, saya rindu untuk menikmati persekutuan di tengah-tengah kamu”. Ayat 12 “supaya aku ada di antara kamu dan turut terhibur oleh iman kita bersama, baik oleh imanmu maupun oleh imanku”. Paulus menikmati persekutuan di gereja Tuhan. Dia rindu datang ke Roma sama seperti dia rindu untuk datang ke gereja manapun, di tengah-tengah orang bukan Yahudi. “Saya ingin menikmati di tengah-tengah kamu, supaya saya boleh menikmati persekutuan dengan kamu”. Ini bukan berarti Paulus ke Roma untuk makan buah, maksudnya menikmati buah adalah dia ingin menikmati pekerjaan Tuhan yang Tuhan lakukan di tengah-tengah jemaat Kristen meskipun bukan dia yang mengamati dan saksikan. Cara Tuhan bekerja di dalam gereja itu begitu indah. Sehingga ketika Saudara menikmati berada di dalam gereja Tuhan, Saudara sebenarnya sedang menikmati Tuhan, Saudara sebenarnya sedang menikmati berapa besar Dia menyatakan pekerjaanNya di tengah-tengah kita. Dan pekerjaan ini adalah pekerjaan yang membangun komunitas baru. Injil Tuhan membuat komunitas baru menjadi indah. Maka kita mesti memikirkan ini baik-baik, apakah saya bisa menikmati Tuhan melalui cara menikmati ada di tengah-tengah jemaat Tuhan? Ini poin penting yang mesti kita gumulkan sama-sama. Paulus mengatakan “saya ingin ada di antara kamu, saya ingin terhibur oleh kamu”. Waktu Paulus mengatakan “saya beriman kepada Kristus, saya rindu untuk hadir di tengah-tengah kamu”, iman kepada Kristus mempengaruhi cara orang bergereja. Inilah poin saya pada hari ini, iman sejati kepada Injil mempengaruhi cara orang bergereja. Ini jadi pertimbangan untuk menilai apakah gereja kita sudah ada di track yang benar atau tidak, ada di jalur yang tepat atau tidak. Maka Paulus mengatakan di ayat 12 “saya mau terhibur di tengah kamu, turut terhibur oleh iman kita bersama”. Orang Roma terhibur oleh iman Paulus, Paulus terhibur oleh iman jemaat di Roma. Lalu ayat 13 “Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu–tetapi hingga kini selalu aku terhalang–agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain”. Ini jadi kalimat yang perlu kita perjuangan supaya ada di dalam gereja kita. Yaitu saya rindu melihat buah di tengah-tengah kamu, saya rindu melihat perubahan, saya mau lihat bagaimana orang bertumbuh di dalam Tuhan, saya mau lihat bagaimana ada perubahan sejati, bagaimana tadinya begitu dingin kepada Tuhan sekarang menjadi hangat, tadinya begitu penuh dengan hawa nafsu, sekarang penuh dengan keindahan penahanan diri, tadinya penuh dengan kemalasan sekarang penuh ketekunan untuk bekerja bagi Tuhan. Dan hal-hal seperti ini hanya mungkin dinikmati di dalam gereja Tuhan. Jadi saya ingin kita merenungkan hal ini bersama-sama sebagai poin yang pertama yang mau dibagikan lewat pembahasan kita hari ini. Paulus mengatakan “saya merindukan jemaat di Roma, saya mau berada di tengah-tengah kamu dan menikmati kehadiranmu dimana saya berada di tengah-tengah kamu”. Apakah ini kita miliki ketika kita bergereja? Ada kerinduan kepada Tuhan? “ada”, ada kerinduan kepada sesama jemaat? “tidak, saya datang ke gereja, kemudian saya mendapat saat-saat yang menyulitkan. Saya lebih suka cepat-cepat pulang dari gereja ini, kemudian melakukan kegiatan saya sehari-hari”. Berarti kita masih mempunyai pengertian Injil yang masih separuh. Dan separuh itu sama dengan nol, karena Tuhan menebus manusia untuk mendirikan gerejaNya. Itu yang dikatakan Alkitab berkali-kali. Petrus mengatakan “Engkaulah Mesias yang datang dari Allah”, dan Tuhan Yesus mengatakan “kamu mengatakan sesuatu dari Tuhan. Dari batu karang ini (yaitu pengakuan kepada Kristus) Aku akan mendirikan gerejaKu”. Di bagian akhir Injil Matius, Tuhan Yesus mengatakan “Aku mau kamu pergi ke semua bangsa, baptis mereka, jadikan mereka murid”. Jadi Tuhan mau seluruh bangsa menjadi milikNya. Lalu di dalam bagian lain, misalnya di dalam Yohanes, Tuhan Yesus mengatakan “supaya mereka satu, sama seperti engkau dan Aku satu. Supaya mereka di dalam kita dan kita di dalam mereka”. Ada kesatuan dari orang-orang yang ditebus. Dan kesatuan ini bukan hanya secara status, bukan hanya kesatuan karena kumpul sama-sama, karena punya waktu beribadah yang sama lalu ketemu di gereja. Kalau kita renungkan bagian ini, baru kita tahu cara kita bergereja itu terlalu dingin, terlalu kering, terlalu dangkal, terlalu mengabaikan aspek komunal dari Injil.
Komunitas itu penting. Kristus mendirikan tubuhNya di bumi ini. Gereja disebut tubuh. Gereja bukan semacam anggota Kristus, kita bukan semacam pengikut Kristus yang punya persekutuan, kita adalah tubuhNya. Dan di dalam Efesus, Paulus mengatakan tidak ada orang mengabaikan tubuhnya melainkan merawatnya dan mengasihinya, memberikan hal yang diperlukan. Dia akan merawat tubuhnya, dia akan membuat tubuhnya dalam keadaan baik. Ini kedekatan relasi atas gereja Tuhan dan Kristus. Kita adalah tubuhNya, kita adalah anggota tubuhNya. Dan berapa penting bagi kita untuk mengakui orang lain sebagai bagian dari tubuh Kristus, itu menandakan kerohanian kita. Seberapa besar kita mengakui sesama kita menjadi milik Kristus, itu menjadi tanda kedewasaan rohani di dalam Injil Tuhan. Ini yang Paulus mau tekankan kepada kita masing-masing. Dan coba pikirkan apakah saya lakukan ini ataukah saya menikmati itu ketika saya berada di dalam gereja Tuhan? Apakah saya mempunyai kerinduan bersama-sama tubuh Kristus menjadi terhibur oleh iman mereka, sama seperti saya sudah menjadi hiburan untuk iman mereka? Kita sering melihat gereja sebagai 2 kelompok. Kelompok pengkhotbah dan kelompok jemaat. Jadi coba kita lihat gereja Tuhan sebagai tubuh Kristus, sebagai cara Tuhan memberikan perhatian kepada dunia, memberikan kesungguhan untuk membimbing dan memberikan perhatian yang dibagikan kepada seluruh komunitas tubuh Kristus.
Ada beberapa aspek yang perlu kita pikirkan, yang pertama aspek kesatuan. Gereja Tuhan harus memunyai sense kesatuan. Dan kesatuan ini bukan hanya sekedar satu di dalam organisasi, satu di dalam nama atau satu di dalam kelompok. “Kamu kelompok mana? Kelompok GRII? Kamu jemaat mana?”, bukan seperti itu. Tapi ada sense “orang ini dikasihi oleh Tuhan, saya pun mengasihi dia. Orang ini ditebus oleh Kristus, saya pun mengasihi dia. Orang ini dimiliki oleh Kristus, saya pun mengasihi dia”. Kalau Saudara memunyai sense ini, Saudara akan bergumul dengan diri Saudara yang lama. Diri yang lama sangat membenci orang-orang yang tidak cocok dengan diri, sangat menyukai orang-orang yang cocok dengan diri. Tapi diri yang baru akan melihat Tuhan sebagai pribadi yang menjadi standar bagi saya untuk mengasihi atau tidak kepada orang lain. Kalau orang ini sudah dimiliki Tuhan, maka saya akan sangat menikmati Tuhan melalui kehadirannya. Kalau orang ini sudah diselamatkan dan ditebus Tuhan, maka saya akan menikmati kehadirannya, menikmati pertumbuhan rohaninya, menikmati cara Tuhan bekerja lewat orang ini. Jadi pengertian ini mesti kita gumulkan baik-baik, karena kita memunyai natur yang sangat egois, kita adalah makhluk sosial yang anti sosial. Pascal pernah mengatakan kita adalah makhluk yang perlu komunitas sekaligus membenci komunitas. Ini namanya paradoks, satu sisi kita perlu orang lain tapi di sisi lain kita juga benci orang lain, satu sisi kalau kita tidak berkomunitas sangat sulit, kalau kita berkomunitas juga sulit. Lebih pilih sendiri atau bersama-sama? Kalau sama orang ada kesulitannya, kalau sendiri juga ada kesulitannya. Akhirnya kesimpulannya adalah kita memerlukan orang lain karena kita tidak bisa sendiri. Mengapa kamu berkomunitas? Karena perlu, mengapa perlu? Karena tidak bisa sendiri. Jadi orang lain hanya sebatas alat untuk membantu saya mendapatkan apa yang saya inginkan karena saya begitu terbatas dan tidak sanggup. Ketidak-sanggupan saya membuat saya perlu berkomunitas. Tapi di dalam Surat Roma kita diberikan pengertian lain bahwa Injil sekaligus yang memaparkan kita kepada Tuhan dan sekaligus membawa kita ke dalam cara pandang yang baru waktu melihat komunitas yang namanya gereja. Siapakah gereja bagi kita? Gereja itu bukan kumpulan orang-orang yang sama iman dengan kita, gereja adalah tubuh Kristus. Saudara akan dilatih untuk memberikan kasih kepada Tuhan dan iman kepada Tuhan melalui tindakan Saudara kepada orang-orang yang sudah ditebus oleh Dia. Tentu ini bergerak lebih jauh dari pada yang dibahas Paulus di pasal 1 ini, namun saya pikir ini sangat penting untuk memperkaya kita membaca Roma 1. Yaitu kalau Saudara dan saya ingin mengasihi Kristus, Kristus tidak jauh dari kita, Kristus begitu dekat dengan kita. Ada banyak contoh di dalam Alkitab dimana kehadiran Kristus itu nyata dan banyak orang ingin sekali mengerti kehadiran Kristus di dalam keadaan yang membuat kita sadar bahwa kita dan Kristus tidak jauh. “Saya dekat dengan Kristus, Kristus senantiasa menyatakan diri di tengah-tengah saya”. Tapi cara Yesus menyatakan diri di dalam Injil itu sangat unik. Saudara pernah dengar tentang penghakiman akhir, ketika Yesus mengatakan “Aku taruh satu kelompok binatang di sisi kiri yaitu domba, dan kambing di sisi kanan”, apa bedanya dari 2 kelompok ini? Yang satu benar memperlakukan Yesus, satu lagi perlakukan Yesus dengan salah. Yang perlakukan salah itu telah melakukan apa? “Yaitu ketika Aku lapar, haus, ketika Aku dipenjara, mereka tidak melakukan apa-apa untuk Aku”, langsung orang-orang itu tanya “kapan saya dapat kesempatan untuk menolong Engkau ya Tuhan?”. Pernahkah kita membayangkan hal ini, Yesus perlu kita tolong. Kapan Yesus perlu kita tolong? Yesus itu Sang Penolong. Tapi Tuhan emmberikan satu pengertian yang menakutkan sekaligus menyegarkan bahwa Dia senantiasa hadir, dan waktu Dia hadir tidak ada yang peduli lagi. Waktu Dia inkarnasi tidak ada yang peduli, waktu Dia menyatakan diri lewat gereja juga tidak ada yang peduli. Maka di sini kita mendapatkan pengertian yang sangat menegur kita. Saya berharap khotbah ini menjangkau hati Saudara. Saya benar-benar ingin berbicara masuk ke dalam hati Saudara dan saya tidak tahu bagaimana caranya, saya tidak tahu bagaimana mengungkapkan untuk Saudara mengerti pentingnya hidup di dalam komunitas Tuhan. Kadang-kadang khotbah itu pekerjaan yang frustasi, karena sambil Saudara khotbah sambil merasakan derajat hati yang terbakar di atas mimbar dengan pendengar begitu berbeda. Di atas mimbar begitu semangat menyampaikan sesuatu, tapi yang di bawah begitu dingin di dalam menangkapnya, sebagian menangkap sambil tidur. Gereja Tuhan benar-benar perlu diperbaiki. Saudara dan saya belum jadi gereja di GRII Bandung ini karena berapa banyak dari kita yang benar-benar memiliki hati menikmati kehadiran Kristus lewat menikmati sesama. Andaikan ini terjadi, maka apa yang disampaikan Paulus bisa kita mengerti. Baru kita bisa mengerti apa yang Paulus katakan dalam Roma 1 “saya rindu bertemu kamu di Roma”. Apa yang membuat Paulus didorong oleh kerinduan yang besar? Dia tidak kenal siapa pun di Roma, dia tidak mengatakan “di Roma ada temanku, dan saya akrab dengan mereka”. Paulus rindu untuk melihat Kristus di Roma. Dia ingin melihat bagaimana Kristus mengubah banyak orang dan bagaimana Kristus mengubah dia melalui kehadiranNya di tengah-tengah gereja Tuhan. Cara Tuhan menyatakan diri begitu berlimpah sehingga kita perlu menyelidiki apa yang Alkitab katakan tentang kehadiran Tuhan. Di dalam Kitab Keluaran, Tuhan hadir lewat malaikat Tuhan yang memimpin dalam tiang awan dan tiang api. Di dalam Kitab Yesaya, Tuhan hadir di BaitNya dengan cara yang sangat mulia, dengan malaikat terbang untuk memuji namaNya. Di dalam Kitab Daud, Tuhan hadir di dalam penyertaanNya kepada Daud setiap saat. Daud menikmati penyertaan Tuhan yang memberikan kemenangan kepadanya. Daud mengatakan “saya menikmati kemenangan. Saya menikmati penyertaan Tuhan dalam kemenangan itu”. Waktu Daud menghantam Goliat dan Goliat mati, Daud merasa “Tuhan sedang pimpin saya saat itu”. Tapi apakah Tuhan menyatakan cara Yesaya saja atau cara Keluaran saja atau cara Daud saja? Tidak. Waktu kita mereduksi cara Tuhan menyertai, kita akan gagal menikmati penyertaan Tuhan. Misalnya, Daud memunyai cara menikmati pernyertaan Tuhan yang unik, dia menikmati Tuhan yang menyertai melalui kemenangan-kemenangan perangnya. Tapi di padang gurun, sebelum dia mengalami kemenangan perang, dia mengalami Tuhan menyertai dengan meluputkan dia dari Saul, ini cara Tuhan menyertainya. Tapi apakah cara yang sama dialami oleh Kristus? Waktu Saudara membaca kehidupan Kristus, ada cara penyertaan Tuhan yang beda total dengan sebelumnya. Tuhan menyertai Kristus dengan cara yang melampaui kebiasaan, sehingga ada orang pernah berkomentar “kalau benar Kristus adalah cara penyertaan Tuhan bagi dunia ini, maka Tuhan kita adalah Tuhan yang sadis, yang kejam dan Tuhan yang penuh dengan segala kejahatan”, ini serangan yang pernah diberikan kepada Kekristenan. Siapa Tuhan orang Kristen? Allah di sorga. Siapa AnakNya? Yesus Kristus. Mengapa AnakNya dipaku di kayu salib? Untuk memuaskan murka Tuhan. “Kalau begitu Tuhanmu sadis”, ini kritik yang diberikan orang modern kepada orang Kristen. “Tuhan yang sadis, Tuhan yang haus darah, Tuhan yang menginginkan kematian, itu Tuhan yang kamu sembah, Tuhan yang kejam, Tuhan yang sadis”. Kalau Saudara dapat kalimat begini, jawabnya bagaimana? “Tuhan tidak kejam, Dia penuh kasih”, “apa yang terjadi di salib?”, yang terjadi di salib adalah Anak Allah menjadi manusia dan dibantai di situ. Ini Tuhan yang kejam. Tapi ada satu jawaban yang indah dari teologi Kristen bahwa di salib itu adalah cara Tuhan menerima kita. Salib itu bukan lambang kekejaman, salib adalah lambang penerimaan Tuhan. Tuhan menerima kita, mengundang kita untuk berada bersama Dia lewat salib. Jadi banyak sekali sisi kalau Saudara sorot dari satu, Saudara bisa sorot dari yang lain, ini keunikan teologi Kristen. Kalau Saudara mendapatkan serangan dari satu sisi, Saudara akan tahu ada sisi lain yang Alkitab bahas untuk membungkam serangan itu. Ada yang mengatakan “salib begitu kejam”, tapi orang Kristen mengatakan “justru di tengah-tengah itu ada penyertaan Tuhan yang begitu indah untuk kita semua”. Maka ketika Yesus dipaku di kayu salib, pada waktu itu kita tidak melihat Tuhan itu kejam, pada waktu itu kita melihat undangan Tuhan menarik kita untuk menjadi milik Dia. Ada undangan Tuhan yang mengatakan “mari menjadi milikKu”. Dan bagaimana Tuhan mengundang kita?
Tuhan mengundang kita untuk menikmati kehadiranNya di dalam kita. Tuhan mengundang kita dengan cara masuk ke dalam kita. Ini teologi Kristen, ini pengertian Injil. Injil tidak pernah dimengerti oleh agama mana pun, karena agama lain tidak mengerti Tuhan yang mau mengundang kita untuk Dia hadir di tengah-tengah kita. Mengapa dia mengundang kita? Karena sebelumnya kita tidak pernah mau mengundangNya. Setelah dia tinggal bersama kita, ingat Wahyu 3, “lihat Aku berdiri di depan pintu. Aku berdiri dan mengetok, jika kamu buka pintu, Aku akan makan bersama kamu”, Tuhan menjadi tuan rumah waktu Dia masuk, itu pengertian yang unik. Apakah Saudara yang mengundang Dia? Tidak, Tuhan yang ketok, setelah itu Saudara buka pintu, kemudian Tuhan mengatakan “Aku akan undang kamu makan di hatimu”. Siapa yang mengundang? Saya atau Tuhan? Tuhan. Tapi inikan hati kita? Sekarang Tuhan yang take over. Waktu Saudara mengundang Tuhan Yesus hadir, waktu itu Tuhan mengambil alih hati Saudara dan Dia menjadi tuan rumah. Dia menjadi tuan rumah dan mengatakan “mari makan bersama”. Harap gambaran ini bisa Saudara pahami, gambaran ini indah sekali. Mengapa Tuhan mau hidup bersama saya? Karena Dia mau undang saya untuk hidup bersama Dia. Dan gambaran ini adalah gambaran mengenai cara Tuhan masuk ke dalam hidup kita. Cara Tuhan masuk ke dalam hidup kita adalah Dia yang undang kita supaya Dia menjadi tuan rumah di dalam hidup kita. Ini yang Tuhan sedang lakukan. Dia menjadi tuan rumah di gerejaNya, Saudara tidak undang Dia ke sini untuk nanti dijadikan tamu. Dia datang untuk take over semuanya. Bagaimana cara Dia menjamu kita dalam hidup kita? Dengan cara mengizinkan kita untuk menikmati Dia yang mau hidup di tengah-tengah kita. Cara Tuhan menebus manusia adalah dengan menjadi manusia. Cara Roh Kudus menyatakan kehadiran Kristus di tengah kita adalah dengan membuat kehadiranNya menjadi begitu nyata lewat kehadiran orang-orang lain di tengah-tengah kita. Dan inilah fungsi gereja. Kalau ditanya “mengapa Tuhan harus mati di kayu salib?”, Yohanes menjawab “supaya gereja Tuhan lahir”. Mengapa mesti ada gereja? Karena orang-orang yang menjadi bagian dari gereja perlu Kristus. “Kalau kami perlu Kristus, minta Dia datang”, “Dia sudah menyatakan tubuhNya”, “siapa tubuhNya?”, kita semua tubuhnya. Saudara melihat orang-orang di sekeliling Saudara, inilah Kristus. Saudara kaget “Kristus seperti ini?”, iya, Kristus menyatakan diri lewat tubuhNya. Mengapa Dia menyatakan diri lewat tubuhNya? Karena Dia mau menjadi bagian dari hidup Saudara, dengan cara mengundang Saudara untuk menikmati Dia melayani Saudara. Bagaimana Dia melayani Saudara? Dengan jemaat ini. Bagaimana caranya? Bisa dengan hal positif, sesama jemaat menguatkan, bisa dengan hal negatif yaitu sesama jemaat menguji kesabaran Saudara. Paulus sangat senang dengan jemaat Roma, tapi Paulus sangat tersinggung dengan jemaat Korintus. Dia sangat marah dengan jemaat Korintus, tapi Paulus tidak pernah mengatakan di dalam suratnya “kepada Korintus, mantan jemaat. Yang sudah aku buang”, dia mengatakan “kamu tetap pernyataan Kristus bagi saya yang sedang melatih dan mendidik saya untuk menjadi milik Dia selama-lamanya”. Jadi Saudara bisa menikmati Kristus dengan hadir di gereja. Bukan hanya dengan mendengar firman, tapi seluruh bagian dari kehidupan berjemaat, itu adalah pernyataan Kristus. Tapi berapa lama kita menjadi orang Kristen, kita menolak ini. Kita menolak untuk menjadikan tubuh Kristus bagian yang sangat dekat dengan kita. Akhirnya kita bawa prinsip berkawan di dunia untuk dimasukan dalam mode hidup gereja kita. Dan banyak hal prinsip berkawan yang tidak nyambung di gereja. Karena gereja adalah tentang Kristus dan kehadiranNya. Dan Tuhan menyatakan kehadiranNya lewat orang-orangNya. Maka mari coba nikmati kehadiran Kristus melalui jemaat, melalui Kekristenan yang ada di sekitar kita, melalui komunitas yang ada ini. Komunitas yang ada bagusnya, ada menyebalkannya, ada menguji kesabarannya, ada yang kita menguji kesabarannya. Dan Saudara akan menyaksikan bahwa Kristus sedang menyatakan diri. Inilah pernyataan diri Kristus. Maka siapa yang merindukan Kristus tidak mungkin tidak merindukan jemaatNya. Siapa ingin melayani Kristus tidak mungkin tidak melayani jemaatNya. Dan itulah sebabnya setting dari kebaktian kita adalah seperti ini, selalu akan ada orang yang menyambut Saudara. Apakah Saudara merasa perlu ada penyambut? Perlu ada usher? Perlu, karena ini menunjukan ada saling melayani di dalam gereja. Saya melayani Saudara memberikan firman, ada orang-orang yang melayani Saudara untuk mendapatkan tempat duduk, dan pelayan itu adalah pelayan yang membentuk Saudara untuk tidak egois, tidak memikirkan diri. Saudara akan menemukan interaksi-interaksi yang kadang-kadang menyulitkan, indah dan inilah tubuh Kristus. Kalau kita hanya melihat satu sisi, kita akan melihat hal-hal baik dari gereja Tuhan sebagai cara Yesus hadir. Yesus harus hadir dengan cara menghibur, menguatkan, memberi saya pertumbuhan, maka Saudara akan menikmati kumpulan KTB yang menguatkan Saudara, teman-teman yang saling mendoakan, teman-teman yang rohaninya tinggi-tinggi. Saudara menikmati kehadiran orang-orang ini, dan mengatakan “itu baru gereja”. Itu salah. Roma tidak seperti itu, Korintus tidak seperti itu, Galatia tidak seperti itu. Paulus mengatakan “hai kamu Galatia, bodoh”, tidak mungkin Paulus ngomong bodoh sambil senang. Dia sangat terganggu dengan keadaan jemaat Galatia, dia sangat marah dengan jemaat Korintus. Tapi dia tidak pernah tidak mengakui mereka sebagai tubuh Kristus. Maka kehadiran Kristus begitu unik, Dia pakai orang-orang lemah di sekitar kita untuk membuat kita mengalami kehadiran Kristus, menikmati pertumbuhan orang-orang ini. Lihat orang yang tadinya begitu jahat, sekarang menjadi lumayan baik, ada perubahan. Dan Saudara menyadari tidak ada tempat selain gereja Tuhan di mana kita bisa menikmati Kristus.
Dan Paulus mengatakan di bagian selanjutnya, dia berhutang baik kepada orang Yunani maupun orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar maupun kepada tidak terpelajar. Yunani maupun bukan orang Yunani, ini sangat unik, karena di dalam Jemaat Roma ada orang Yahudi dan Yunani. Namun dia mengatakan “saya berhutang baik kepada orang Yunani maupun orang bukan Yunani”, ini pembedaan apa? Ini adalah istilah yang dipakai oleh orang di Roma untuk menjelaskan mana yang berbudaya dan yang tidak. Mana orang-orang sopan dan mana orang-orang liar, ini pembedaannya. Dan Paulus mengatakan “saya berhutang kepada orang-orang sopan, saya berhutang kepada orang-orang liar”. Maksud dia adalah dia ingin mendatangi gereja Tuhan dan menikmati persekutuan dengan orang-orang sopan maupun orang liar, dengan para Yunani yang terpelajar maupun kelompok barbar yang tidak terpelajar. Barbar itu ada cerita uniknya, barbar adalah cara orang Yunani untuk menghina bahasa orang lain. Bagi mereka orang lain itu seperti seekor burung yang sedang bersiul, orang lain itu cuma twitter bagi mereka. Waktu mereka mengucapkan bahasa yang tidak saya mengerti, saya mulai merasa terganggu. Itu yang dikatakan oleh orang Yunani, orang lain itu cuma barbar, seperti burung yang berkicau, yang tidak mengerti bahasanya apa. Dan orang Yunani punya kesombongan cuma budaya mereka yang tinggi, budaya lain rendah semua. Maka Paulus sedang mengatakan gereja itu tidak mengenal pemisahan budaya tinggi dan budaya rendah, gereja tidak mengenal mana orang terpelajar dan tidak, gereja tidak mengenal mana masyarakat agung dan kecil, semua adalah bagian cara Kristus menyatakan diri. Dan kalau Saudara mengatakan “saya sulit melihat Kristus di gereja ini”, maka Paulus akan mengatakan “sama, orang Farisi pun susah melihat Kristus di dalam Kristus”, orang Farisi tidak bisa melihat Yesus di dalam diri Yesus. “Kamu Mesias, masa seperti ini Mesias. Kami tidak mau terima”. Tapi saya menjadi orang yang gagal mengenal Kristus di dalam gerejaNya. Mari kita bergumul untuk menikmati kehadiran Kristus bukan dengan kehadiran yang sepertinya begitu spektakuler. Apakah Saudara mau menikmati pengalaman Kristus? Yesus mengatakan “kalau kamu mau menjadi muridKu, kamu harus pikul salib”, ini namanya mengikuti Kristus. Mengikuti Kristus berarti mengalami pengalamanNya. Dan pengalaman Kristus, selain Dia hidup bagi Tuhan, Dia berkorban di kayu salib dan satu pengalaman Dia yang lain yaitu Dia mau menerima kita semua. Saudara mau mengalami pengalaman Kristus menerima Jimmy Pardede? Kalau mau, terimalah saya, Saudara akan mengalami penerimaan Kristus menerima saya. Saudara mau mengalami penerimaan Kristus menerima Pak Elfan? Saudara terima dia, Saudara akan mengalami penerimaan Kristus menerima Pak Elfan. Dan Saudara akan sadari waktu terima saya, misalnya, “ternyata Pak Jimmy cukup menyebalkan”. Waktu Saudara merasa “ini orang menyusahkan saya, saya tidak cocok dengan dia”, langsung Saudara pikir “Yesus terima dia, tapi mengapa saya sulit menerima dia? Saya diizinkan Tuhan mengalami pengalaman Tuhan menerima orang ini”. Maka semakin orang itu melawan atau orang itu menjalankan hidup yang menyebalkan Saudara, secara aneh dan unik Saudara akan mengalami cinta kasih Tuhan. Ini gereja Tuhan, Saudara mengalami pengalaman mulia lewat salib, Saudara mengalami pengalaman kasih lewat relasi yang sulit, dan inilah tujuan gereja. Maka Paulus mengatakan “saya ingin sekali menikmati buah Kristen di tengah-tengah kamu”. Buah Kristennya apa? Yaitu saya boleh mengalami tubuh Kristus, boleh mengalami kehadiran orang-orang yang Tuhan sudah terima. Saya sangat rindu Saudara dan saya belajar untuk menerima orang satu dengan yang lain untuk mengalami kehidupan gereja Tuhan yang penuh kelimpahan ini. Kelimpahan dengan cara yang menakjubkan, yang lain dengan yang dunia pahami. Kelimpahan dengan menerima satu sama lain. Belajar menjadi berkat satu dengan yang lain, belajar hidup menjadi komunitas yang sangat mencerminkan Kristus. Dan belajar untuk mengalami pergumulan Kristus untuk mengalami penerimaan yang Dia berikan kepada Saudara dan saya. Setiap kali kita mengingat orang, langsung ingat Kristus. Tiap lihat orang di gereja Tuhan, ingat Tuhan sudah mati bagi dia. Gereja adalah tubuh Kristus, mari belajar menerima, mari belajar mengasihi. Kristus menyerahkan nyawanya karena cintaNya kepada mereka, Saudara tidak boleh membenci gereja Tuhan, tidak boleh membenci jemaat, tidak boleh mempunyai kehidupan yang begitu egois sehingga kita mengabaikan kehidupan dari gereja Tuhan. Harap kita menikmati kehadiran Tuhan lewat gerejaNya.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)