Lalu pasal 1: 26 dikatakan Tuhan menyerahkan mereka kepada pikiran mereka yang terkutuk. Menyerahkan mereka kepada keinginan mereka, menyerahkan mereka kepada hawa nafsu mereka, menyerahkan mereka kepada pikiran mereka, Tuhan serahkan. Dalam Perjanjian Lama, kata serahkan berarti Tuhan biarkan umatNya diperbudak oleh kekuatan yang lain. Tuhan mengatakan “kamu tidak mau Aku yang menguasai hidupmu? Kalau begitu selamat datang penguasa yang baru”. Sama seperti Israel “kamu tidak mau Aku menjadi Allahmu, silahkan ilah lain menjadi allahmu dan kamu silahkan pikirkan bedanya, diperhamba oleh Babel atau menjadi hambaKu, silahkan pikirkan”, maka Israel dibuang. Jadi Tuhan menyerahkan Israel kepada kuasa Babel. Di dalam Mazmur pengharapan terjadi ketika pemazmur mengatakan “Tuhan, saya bersyukur karena Engkau tidak menyerahkan saya. Tuhan tidak menyerahkan saya kepada maut”. Misalnya Mazmur 118: 18 “Tuhan tidak menyerahkan saya”. Mazmur 16 juga menyatakan hal yang sama, “Tuhan tidak menyerahkan saya”. Mazmur 31 juga menyatakan hal yang sama, “Tuhan tidak menyerahkan saya”. Mazmur 124 menyatakan hal yang sama, “Tuhan tidak menyerahkan saya”. Berarti Tuhan membalikkan pembuangan, kalau sebelumnya Tuhan serahkan Israel dijajah oleh Babel, sekarang Tuhan tidak menyerahkan saya untuk dijajah yang lain. Tuhan menjadikan saya milikNya. Maka kita melihat satu perspektif lagi dari Paulus, bahwa dosa itu adalah yang menjajah kita, dosa menaklukan kita, Saudara tidak menjalankan keinginan Saudara, namun menjalankan keinginan dosa. Saudara tidak ingin menjadi orang yang hanya mengejar hawa nafsu, tapi Saudara tidak bisa lepas. Saudara tidak ingin menjadi orang yang kejam, yang jahat, tapi Saudara tidak bisa lepas. Apakah ini? Ada kuasa yang paksa saya, andai saya bisa berhenti, tapi saya tidak bisa, ada kuasa. Maka yang dijelaskan oleh Paulus adalah waktu orang berada dalam dosa, dia sedang diperhamba, sedang dijajah oleh bangsa lain. Israel dijajah oleh Babel dan kamu dijajah oleh dosamu. Lalu bagaimana caranya Israel bebas? Di dalam Kitab Yesaya, Israel bebas karena ada Mesias yang menghancurkan Babel. Ada kalimat aneh dari Kitab Yesaya, “aku sudah memanggil Koresh yang diurapi”, kalimat itu mengagetkan. Mesias artinya yang diurapi. Jadi ada Raja Koresh, Raja Persia, yang disebut oleh Tuhan sebagai yang diurapi. Caranya bagaimana? Bunuh Babel. Dia menghancurkan Babel. Persia menghancurkan Babel, kalau Saudara tahu ceritanya. Kerajaan Persia datang mengepung Babel yang jaya itu dan mereka menemukan jalan masuk lewat jalur air. Lalu mereka hancurkan Babel. Setelah itu Tuhan menggerakan Koresh, “Israel, pulanglah, bangun bait”, Israel bebas. Israel bebas dari kepenguasaan, Tuhan tidak lagi menyerahkan mereka kepada penguasaan bangsa-bangsa lain, Tuhan lepaskan mereka. Sekarang Paulus mengatakan hal yang sama, “kamu tadinya diperbudak oleh dosa, kamu melakukan apa yang dosa perintahkan. Sekarang di dalam Kristus kamu dibebaskan”, dibebaskan dari dosa. Bagaimana caranya dosa dimatikan? Apakah saya serahkan dosa kepada Tuhan Yesus? Tidak bisa, karena Roma 1 mengatakan bahwa yang mengerjakan dosa itu kamu, bukan ada aspek lain di luar, kamulah yang berbuat dosa, you are the sinner. Kalau begitu, kalau Babel dihancurkan Persia untuk membebaskan Israel, dosa harus dihancurkan Yesus untuk membebaskan saya, bagaimana cara saya berdosa dihancurkan? Dengan saya dimatikan. Saya yang mati, bukan dosa, karena saya dan dosa identik. Maka saya mesti mati supaya saya bebas, dan ini membingungkan. Bagaimana saya mati supaya saya bebas? Tidak ada yang bisa melakukan itu kecuali Saudara melihat Kristus. Kalau Saudara tidak melihat Kristus, Saudara mau mematikan diri yang berdosa, Saudara tidak punya harapan kebangkitan. Tapi karena Saudara dibaptis di dalam Kristus, dikatakan oleh Paulus, maka Saudara mengalami diri Saudara yang adalah jahat itu, yang membelenggu Saudara, karena dosa adalah diri Saudara sendiri, itu yang dimatikan. Saudara tidak bisa melempar dosa lalu mengatakan “itu setan, itu roh jahat, itu iblis”, tidak masuk akal, Alkitab tidak mengatakan begitu. Dosa adalah kamu, kamu berbagian di dalamnya. Dan baik pikiran, hati itu kamu, itu cuma cara lain mengatakan kamu. Di dalam konsep Alkitab mengatakan diri, pikiran dan hati itu sama. Karena melihat pusat pikiran ada di hati itu wajar. Orang-orang yang awalnya mengatakan pikiran itu berpusat di kepala, itu mungkin baru muncul di abad ke-2 sebelum Masehi. Aristotle pun mengatakan bahwa pikiran itu ada di hati, itu namanya cardiocentric. Jadi tidak ada pengertian tentang otak adalah pusat dari pikiran pada konsep medis yang lebih belakangan. Apakah penulis Perjanjian Baru menyadari itu atau tidak, kita tidak tahu, tapi bahasa yang mereka pakai adalah bahasa kardiosentrik, berpusat ke jantung, bukan enkephalinsentrik, bukan berpusat di dalam kepala. Jadi bagi orang Israel dan Yahudi, mengatakan perasaan dan pikiran itu sama, tidak ada bedanya. Tidak ada perbedaan antara pikiran dan perasaan, sama-sama di sini, berpikir di sini, berperasaan di sini, segalanya di sini. Semua kejahatan bersumber di hati, maksudnya itu. Seluruh diri saya adalah jahat, maka diri saya harus ditaklukan, seluruh diri saya harus dimatikan supaya diri saya bisa hidup dengan kesucian. Maka penaklukan dosa dimulai dengan mematikan diri yang lama, ini konsep yang harus kita tahu. Dan kematian diri yang lama, hanya mungkin berpengharapan kalau kita juga menyatu dengan Dia yang bangkit. Kalau Yesus mati dan Dia tetap mati, Saudara tidak ada kemungkinan untuk lepas dari dosa. Tapi kalau Saudara satu dengan Kristus, maka dirimu yang lama mati, tapi dirimu yang baru bangkit di dalam Kristus. Ini yang Paulus katakan, kamu sudah dibaptis dalam kematian, supaya sama seperti Yesus dibangkitkan, demikian kamu akan hidup dalam hidup yang baru. Hidup yang baru milikmu karena kamu sudah satu dengan Kristus. Bagaimana bisa menjadi satu? Dengan dibaptis. Dibaptis oleh siapa? Oleh Roh Kudus. Hanya pribadi Allah yang mampu menyatukan Saudara dengan Pribadi kedua dari Tritunggal. Hanya Roh Kudus yang mampu membuat Saudara satu dengan Yesus Kristus. Maka dibaptis dalam tubuh Kristus oleh Roh Kudus, bukan oleh air. Itu sebabnya kita tidak percaya baptisan selam, karena baptisan selam mengatakan “dengan baptisan ini kamu satu dengan kematian Kristus dan kamu satu di dalam kebangkitan”. Tapi dalam pengertian baptisan percik, Roh Kudus yang menyatukan kita dengan Kristus, dan air adalah simbol dari Roh Kudus yang turun. Jadi air adalah simbol Roh Kudus, bukan simbol satu dengan Kristus. Air adalah simbol Roh Kudus dan Roh Kudus yang menyatukan kita dengan Kristus. Itu sebabnya Paulus mengatakan “kalau kamu sudah dibaptis dengan Kristus, Kristus mati berarti dirimu yang lama mati. Kristus bangkit berarti dirimu yang baru bangkit”. Yang baru sudah bangkit bersama dengan Kristus dan yang baru ini sudah bebas, tidak lagi dikuasai oleh diri yang lama. Paulus sedang menggambarkan keadaan yang baru. Keadaan yang lama adalah “saya menuju kematian dan saya sudah menghidupi kematian karena dosa”. Sedangkan kehidupan yang baru adalah “saya menuju kesempurnaan seperti Kristus dan saya ingin menikmati kesempurnaan itu karena itu saya meninggalkan dosa”. Dosa tidak bisa lagi hidup di dalam tubuhmu yang baru ini karena sekarang kamu sudah punya peruntukan yang lain. Kita tidak bisa menjadi manusia kecuali kita berada dalam Tuhan yang memberikan kita meaning, pengharapan, status, penghargaan, kasih yang baru, yang sejati dari Dia. Saudara punya remote TV tapi tidak TV-nya, remote itu tidak berguna. Demikian juga manusia, manusia tanpa Tuhan tidak berguna. Begitu manusia dikembalikan kepada Tuhan maka segala kelimpahan menjadi manusia akan menjadi milik manusia yang sudah ada di dalam Tuhan. Dan segala kelimpahan ini membuat kita bisa menikmati hidup yang baru. Hidup yang baru di dalam Tuhan adalah hidup yang nikmat, hidup yang penuh kesenangan, hidup yang penuh sukacita, yang tidak boleh diganggu oleh dosa. Sekarang sudut pandangnya berubah, Saudara tidak mau berdosa karena Saudara ingin menikmati hidup yang baru, bukan Saudara tidak berbuat dosa supaya bisa berharap ada keadaan baru. Harap bisa melihat perbedaan perspektif ini. Mengapa saya orang Kristen harus meninggalkan dosa saya? Karena kamu mau coba menikmati hidup. Hidup mana yang bisa dinikmati? Hidup baru di dalam Kristus, hidup yang bebas perbudakan, hidup yang sudah diterima oleh Tuhan, hidup yang dicintai oleh Tuhan. Paulus membagikan kepada kita perspektif Tuhan, Tuhan yang melihat ini. Tuhan tidak lagi melihat kita di dalam Adam, Tuhan sudah melihat kita di dalam Kristus, hal yang tidak kita rasa. Tapi Paulus memberi tahu supaya kita tahu bahwa kita sekarang sudah di dalam Tuhan, di dalam Kristus, dan karena kita di dalam Kristus, diri kita yang lama sudah mati. Kita sudah ditaklukan dan diri kita yang baru sudah dimunculkan. Waktu ini terjadi, kita tidak merasakan apa-apa. Kapan ini terjadi? Waktu Saudara percaya kepada Kristus, seluruh diri Saudara berubah. Sekarang diri Saudara ada di dalam Dia, baru. Kamu bukan lagi kamu yang lama, yang diperbudak oleh kamu sendiri. Sekarang kamu dibebaskan, kamu sekarang punya kenikmatan di dalam Tuhan, kamu sekarang dilimpahkan dengan cinta kasih Tuhan, kamu diberikan segala yang Tuhan janjikan kepada manusia, dan itu yang membuat kita punya perspektif yang baru, “ternyata saya adalah manusia yang berharga, ternyata saya penting, ternyata saya dicintai, ternyata saya sangat menikmati menjadi manusia di dalam keadaan apa pun karena ada Tuhan”. Dan waktu saya berusaha menikmati ini, saya sadar yang menghalangi saya menikmati adalah dosa. Apakah dosa membatalkan saya menjadi milik Tuhan? Tidak, tapi dosa mengganggu saya untuk menikmati kehidupan yang limpah. Maka Paulus mengatakan kamu tidak lagi bisa berdosa karena sulit memasukan dosa dalam konteks yang baru ini, tidak ada tempatnya. Kalau Saudara di dalam Adam, dosa punya tempat di segala aspek hidup Saudara. Tapi itu semua sudah lalu, sekarang Saudara sudah diterima oleh Tuhan, sekarang Saudara dicintai oleh Tuhan, sekarang Saudara diberikan kedudukan oleh Tuhan sebagai anak-anakNya. Kalau ini tidak kita hargai, kita tidak menikmati hidup sebagai orang Kristen. Menikmati hidup sebagai orang Kristen hanya mungkin dilakukan kalau Saudara menyampahkan kenikmatan yang tanpa Tuhan. Kalau tanpa Tuhan itu tidak menyenangkan, baru ada harapan untuk menikmati kehidupan di dalam Tuhan.

« 3 of 4 »