Banyak hal yang Alkitab jelaskan tentang dosa namun kita sering lupa untuk memahaminya. Kita mungkin hanya ingat dosa di dalam aspek tingkah laku, kejelekan dari sifat atau etika yang harus diubah. Bagaimana caranya mengubah? Tapi kalau kita lihat dalam Kitab Suci, ada gambaran yang lebih utuh tentang dosa. Dalam pembahasan sebelumnya kita sudah lihat bagaimana penjelasan yang sangat total dari Paulus bahwa dosa terjadi di dalam Adam dan penebusan terjadi di dalam Kristus. Hanya dari kisah Alkitab, kisah ini bisa masuk. Lalu di dalam penjelasan Paulus, bahwa segala sesuatu yang ditekankan tentang dosa menjadi beres di dalam Kristus. Ini sebabnya Saudara akan melihat kisah Perjanjian Lama dan menyadari bahwa kisah yang agung dari Perjanjian Lama, sebenarnya adalah kisah yang tidak tuntas. Kebangkitan Kristus yang membuat tuntas semua itu. Ini pola pikir yang harus kita punya dalam ajaran Paulus, kebangkitan Kristus adalah cara untuk menghentikan hidup yang lama. Saudara tidak bisa mengajarkan orang meninggalkan dosa, karena dosa adalah bagian dari natur manusia yang sudah jatuh. Saudara tidak bisa lepas dari dosa, karena dosa bukan sekedar tingkah laku yang kita buat, tapi dosa adalah keadaan yang kita peroleh di dalam Adam. Dan Saudara tidak mungkin pindah dari Adam ke tempat yang lain, sebelum Adam yang terakhir datang. Pola Alkitab seperti ini tidak bisa diparalelkan dengan agama lain karena cara berpikirnya total beda. Ini yang membuat Injil sulit untuk diterima. Kita mungkin berusaha menyampaikan Injil dengan cara yang dimengerti, tapi orang sulit menerima berita Injil jika dia tidak mengubah seluruh pengertian dia tentang hidup yang lama. Maka Paulus menyajikan pengertian yang sangat luar biasa total, kalau kamu di dalam Adam, kamu hanya bisa berharap kebangkitan Kristus sebagai solusinya. Banyak orang mengatakan kebangkitan Kristus tidak unik atau orang mati bangkit itu bukan khasnya Kristus. Bukankah dalam tradisi Yunani ada banyak kisah tentang kebangkitan? Promithius dibilang bangkit, Sisiphus bangkit bahkan sampai 3 kali. Lalu kalau Alkitab mengatakan kebangkitan Kristus adalah yang pertama, ini juga aneh, Lazarus lebih dulu bangkit sebelum Yesus, Elia pernah membangkitkan seorang anak. Jadi kebangkitan orang mati tidak khas menjadi milik Kristus, itu yang akan orang-orang pikirkan. Tapi banyak orang yang salah mengerti tentang kebangkitan, seolah-olah kebangkitan adalah revitalisasi hidup, tubuh yang sudah mati dihidupkan kembali. Namun kebangkitan bukan menghidupkan kembali tubuh yang mati supaya kembali berfungsi seperti sebelum kematian. Kebangkitan adalah melanjutkan kemanusiaan dari Kristus, Kristus adalah Allah yang menjadi manusia, untuk mencapai tubuh yang baru, kebangkitan. Jadi kebangkitan bukan kembali ke keadaan sebelum mati, kebangkitan adalah kelanjutan dari tahap berikut maruk ke tahap berikut dari menjadi manusia. Itu sebabnya kata resurrection itu lain dengan kata vivification, mengaktifkan kembali hidup. Lazarus diaktifkan kembali hidupnya, dan itu tubuh yang mati, itu bukan resurrection sebenarnya. Maka Yesus adalah yang pertama bangkit, belum pernah ada yang bangkit sebelumnya. Kitab Injil mengisahkan itu dengan teliti sekali. Setelah itu Yesus bangkit, ada hal yang sama tapi banyak yang beda. Ada hal yang sama, murid-murid dapat mengingat “ini Yesus” waktu Dia menawarkan makan, waktu Dia memecah-mecahkan roti, waktu Dia memberikan salam dan menyatakan berkat, orang langsung mengatakan ini Yesus. Tapi banyak hal beda yang belum pernah ditemui murid-murid sebelumnya. Itu yang pertama yang membedakan kebangkitan Kristus dengan kebangkitan orang mati di dalam kisah mana pun.
Kedua, kebangkitkan Kristus adalah kebangkitan yang memuncakkan seluruh problem dalam Perjanjian Lama yang berhenti dengan kasar, mendadak. Saudara sangat tertekan kalau hanya punya Perjanjian Lama karena tidak memberikan penjelasan yang tuntas tentang kesempurnaan rencana Tuhan. Banyak janji di situ, tapi tidak ada pernyataan tuntasnya, tidak ada pernyataan bahwa akhirnya janji Tuhan selesai. Ketika Saudara membaca Perjanjian Lama, Saudara akan menemukan Perjanjian Lama membahas apa pun yang Saudara alami di dalam kisahnya, tidak ada yang tidak. Kalau ada yang bicara “pak, ada masalah, koneksi internetnya tidak lancar”, di mana di dalam Perjanjian Lama yang membahas koneksi internet lambat sebagai masalah. Saya mengatakan masalahmu bukan karena koneksi internet tetapi kamu kurang sabar, dan masalah itu ada di Perjanjian Lama. Problem Saudara ada di Kitab Kejadian, problem Saudara terjadi berkali-kali. Abraham mengalaminya, Ishak mengalaminya, Yakub mengalaminya. Kita bukan satu-satunya orang yang sedang mengalami problem kita. Ada orang-orang di Perjanjian Lama yang juga bergumul dengan hal yang sama. Maka Perjanjian Lama menunjukan kepada kita apa yang menjadi kesulitan hidup manusia dan memberikan janji solusi, tapi tidak ada janji yang genap, belum ada yang genap. Karena kalau kita membaca Kitab Kejadian, kitab itu diakhiri dengan tulang-tulang Yusuf harus dibawa kembali ke Kanaan, bukan ending yang bagus. Kitab Taurat berakhir dengan Musa tidak masuk di Tanah Perjanjian. Kitab Yosua berakhir dengan masih ada tanah-tanah yang belum ditaklukan. Kitab Hakim-hakim berakhir dengan perang saudara di tengah Israel. Saudara lanjutkan ke kisah Samuel, Saudara akan melihat Kitab Samuel ditutup dengan kematian Daud, bukan cerita yang bagus, ternyata raja idaman pun mati. Lanjutkan ke Kitab Raja-raja, Saudara tahu ternyata raja-raja ternyata Kitab Raja-raja terlalu cepat memberikan kesenangan di depan. Kemudian kerajaan itu pecah, ini sangat buruk. Maka kalau lihat Perjanjian Lama, kita tidak melihat pengharapan, namun Perjanjian Baru mengatakan pengharapan itu semuanya bermuara pada kebangkitan Kristus, disimpulkan pada kebangkitan Kristus. Ini perbedaan kedua, kebangkitan Kristus lain dari mitos mana pun karena kebangkitan Kristus memuncakkan tradisi selama 1.500 tahun sebelum Kristus datang. Adakah paralel dari cerita kebangkitan seperti ini? Promethius seperti itu? Atau bangkitnya Sisiphus memuncakan 1.500 tahun tradisi Yunani? Tidak ada cerita kebangkitan sebagai puncak dari pergumulan panjang selain di dalam Kitab Suci. Maka jangan bilang kisah kebangkitan Kristus sama dengan kisah kebangkitan yang lain. Alkitab mengajak kita untuk berpikir seperti ini, lihat apa yang terjadi secara besar, kemudian lihat tempatmu, pergumulanmu, permasalahanmu di dalam konteks yang benar, di dalam payung cerita besar ini. Kalau Saudara tidak menangkap cerita besarnya, Saudara tidak punya solusi untuk permasalahan detail yang Saudara hadapi hari demi hari. Kalau kita tidak tahu metanarasi, cerita besar, kita tidak tahu cerita kita.