Sekarang terlalu sedikit orang peduli Indonesia mau kemana. Mungkin yang teriak-teriak protes itu punya nurani lebih baik dari pada orang Kristen. Banyak orang Kristen cuma peduli “oh harga minyak goreng naik, harga bensin naik, ini pemerintah apa? Saya jadi kurang kaya”, tapi tidak pernah peduli nasib bangsa ini jadi apa. Banyak orang mengatakan “orang demo membuat macet, untuk apa demo hanya membuat macet”, at least mereka demo, sedangkan kamu lakukan apa untuk bangsa ini jadi lebih baik, selain cuma peduli diri? “Cuma mau negara baik supaya aku kaya, cuma mau anak-anakku sukses”, sempitnya bukan main. Terlalu banyak orang Kristen sempit yang akan menyengsarakan hidup mereka sendiri. Makin sempit makin menderita, makin sempit makin bodoh, makin sempit makin sulit hidupnya. Makin luas makin bahagia, makin perhatikan pekerjaan Tuhan makin penuh sukacita, makin cari menyenangkan Tuhan makin berlimpah, makin mampu mencintai makin penuh sukacita, ini yang Alkitab ajarkan. Maka Paulus mengatakan “saya memashyurkan Tuhanku melalui berita Injil Yesus Kristus yang sudah Tuhan nyatakan sekarang”. Tapi Tuhan belum menyatakan di dalam waktu-waktu sebelumnya. Tuhan biarkan bangsa-bangsa hidup di dalam kegelapan, Tuhan biarkan bangsa-bangsa tidak kenal terang karena mereka sudah berdosa. Tapi zaman kita adalah zaman anugerah, Tuhan nyatakan rencanaNya, Tuhan buka mata rohani kita dan membuat kita sadar ternyata Tuhan panggil bangsa-bangsa untuk datang kepada ketaatan iman. Perhatikan kalimat yang Paulus pakai “Allah memberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman” ini yang penting. Mengapa memberitakan Injil? Untuk memimpin orang ke dalam ketaatan iman. Seringkali kita kabarkan Injil melulu cuma mengatakan “ada kabar baik masuk surga”, masuk surga bukan kabar baik, masuk surga itu efek dari kabar baik. Apa kabar baiknya? Kabar baiknya adalah kamu boleh taat Tuhan, itu kabar baik. Perintahkan orang taat Tuhan, bukan janjikan surga. Penginjilan yang cuma janjikan surga, tidak banyak tempat di Alkitab. Saudara tunjukkan kepada saya ayat yang menjanjikan surga, saya akan balas Saudara dengan ayat yang memerintahkan hidup suci. Jauh lebih banyak Injil dikaitkan dengan hidup saleh dari pada Injil dikaitkan dengan surga. Tapi penginjilan kita selalu error. Saya percaya salah satu dosa orang Kristen adalah salah mengabarkan Injil. Sehingga setelah dengar Injil, orang tidak tahu kewajiban rohani dia apa. Setelah mendengar Injil, dia tidak tahu bahwa dia punya keharusan taat. Paulus mengatakan “apa itu Injil?”, Injil berarti Tuhan pimpin bangsa-bangsa mempunyai ketaatan iman, bukan memimpin bangsa-bangsa ke surga. Mana ayat yang mengatakan “Injil adalah pimpin bangsa-bangsa ke surga”, itu karangan, manusia-manusia membuat strategi penginjilan yang tidak Alkitabiah. Saya sangat protes kalau orang terus merasa diri sudah memberitakan Injil tapi tidak mengerti apa-apa dari Kitab Suci. Mari perhatikan Kitab Suci, jangan biasa abaikan Tuhan. Orang terlalu banyak abaikan ayat-ayat penting dari Kitab Suci, mana yang menyatakan “kalau kamu percaya, aman masuk surga”, sedikit. Tapi yang mengatakan “kalau kamu percaya sekarang kamu bisa hidup suci. Kalau kamu percaya sekarang kamu bisa mengasihi. Kalau kamu percaya sekarang kamu bisa membangun umat. Kalau kamu percaya sekarang kamu bisa ikut rencana Tuhan membawa bangsa-bangsa ke dalam ketaatan iman”, itu jauh lebih banyak. Jauh lebih banyak tapi kurang cocok, kita senangnya mati masuk surga, jadi itu yang kita cari terus. Perhatikan Alkitab dengan teliti. Maka Paulus mengatakan “saya mau bawa bangsa-bangsa untuk taat di dalam iman”.
Apa beda taat di dalam iman dengan taat yang lain? Taat di dalam iman berarti taat karena sudah dicintai. Taat karena sudah diberkati, taat karena kenal Tuhan, bukan kenal paksaan. Tidak ada orang taat kenal paksaan mendapatkan faedah hidup yang melimpah. Tapi orang yang taat karena dicintai, ini ketaatan yang luar biasa. Seorang anak yang berbakti lalu mengatakan kepada papa mamanya “saya sudah hidup dengan bertanggung jawab, saya sudah kumpulkan uang untuk pelihara orang tua dimasa tua”, orang tuanya senang “nak, mengapa kamu lakukan ini?”, “mentaati Tuhan”, “mengapa kamu mentaati Tuhan?”, “karena saya dicintai Tuhan”, ini yang menyukakan. Saudara taat karena rela, itulah yang paling baik. Dan ini yang Paulus katakan “saya dibimbing Tuhan untuk memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa supaya mereka taat di dalam iman”. Kepada ketaatan iman itulah tujuan bangsa-bangsa harusnya berada. Maka mari pikirkan ini, mari pikirkan bangsa kita, bangsa kita taat di dalam Kristus atau tidak? Belum. Terus bagaimana supaya bisa taat? Jadikan Kekristenan pengaruh lebih besar. Kadang-kadang saya sedih lihat orang Kristen selalu mengatakan “kami cuma minoritas”. Saya benci sekali kalau orang-orang di kampus-kampus, terutama pemimpin-pemimpin Kristennya mengatakan “Pak, apa boleh buat kita kan minoritas, kita ditekan, kita tidak punya kuasa”, jelas tidak punya kuasa karena engkau tidak memperjuangkannya. Saudara jangan pikir minoritas itu adalah alasan untuk tidak berpengaruh. Saudara bisa lihat di mana-mana di dalam sejarah, orang-orang minoritas yang berjuang itu yang menjadi kunci dari kemajuan bangsa. Saudara coba pikir Alexander Agung orang Makedonia, memimpin Makedonia di dalam kejayaan, dia punya darah bukan asli Makedonia. Dia orang minoritas, meskipun papanya Raja Philip, tapi mamanya bukan orang Makedonia. Jadi orang mengatakan “mana bisa darah campuran jadi raja kami?”. Tapi dia sangat berani, dia mengatakan “siapa yang menantang saya jadi raja, saya tantang dia bertarung. Kamu berani kalahkan saya baru boleh bicara. Kalau kamu saya kalahkan, diam, saya jadi raja atas kamu”. Dia punya kepercayaan diri besar sekali, dia orang minoritas. Napoleon memimpin Perancis, Napoleon itu orang Corsica, bukan orang Perancis. Dia minoritas, tapi minoritas selalu memimpin. Kalau Saudara mengatakan “apalah kami, kami cuma minoritas”, yang sudah, Tuhan tidak akan pakai kamu. Mengapa banyak pemimpin mahasiswa tidak dipakai? Karena selalu rasa minoritas. “Kami cuma minoritas, kami tidak berhak pakai kampus, kami tidak berhak ada suara di sini”, kata siapa? Saudara kalau mau berjuang untuk pelayanan mahasiswa, Saudara harus berjuang dengan mental memperbaiki seluruh kampus, dengan mental mau memperbaiki seluruh universitasmu. Jangan cuma mental “yang penting KTB-ku aman, nanti kita kumpul saling sharing. Nyaman bisa sharing”, apa gunanya nyaman kalau cuma untuk diri? Saya menemukan saat paling nyaman adalah ketika saya mampu dipakai Tuhan, bukan karena saya, jadi berkat bagi banyak orang. Mana momen yang paling engkau senangi? Momen ketika saya pergi keliling, khotbah memberitakan Injil, itu jauh lebih menyenangkan dari pada duduk didengar orang. Ada orang tepuk-tepuk pundak saya mengatakan “masalahnya apa?”, “saya ada masalah, kuliahku tidak beres, pacarku meninggalkan aku, anjingku pun meninggalkan aku, aku sangat sedih”, “ayo kita berdoa, kita baca Alkitab supaya kamu terhibur”. Saya tidak pernah rasa terhibur jika diperlakukan seperti itu. Saya merasa terhibur ketika Tuhan pakai saya. Mengapa engkau tidak mengalami hal yang sama? “Saya kurang diperhatikan di gereja ini, saya kurang ditepuk-tepuk pundaknya, saya kurang diperhatikan”, siapa mengatakan Saudara kurang diperhatikan? Saudara terus diajak untuk melayani itu perhatian. “Tapi saya belum dikunjungi pendeta”, tapi diajak berbagian. Ketika Saudara mengatakan “saya dipakai Tuhan, saya jadi berkat, saya memberitakan Injil, saya berjuang di kantor saya, saya berjuang untuk keadilan, saya berjuang untuk nama Tuhan diagungkan”, itu jauh lebih menyukakan hati.