Sebagai orang yang membimbing rohani, kadang-kadang ada kekhawatiran kalau yang saya bimbing salah langkah bagaimana? Kalau dia berjalan di tempat yang salah bagaimana? Tetapi Saudara tidak mungkin menjadi satu-satunya pembentuk rohani. Maka saya sangat tidak setuju kalau gereja melaksanakan pelayanan dengan pengertian ada kepala rohani yang berdaulat penuh atas kehidupan orang lain, itu tidak Alkitabiah. Saudara tidak boleh menjadi pemimpin rohani yang sifatnya mengikat, yang sifatnya menentukan nasib dari orang-orang yang engkau pimpin, engkau bukan siapa-siapa, engkau hanya sesama orang Kristen yang sama-sama mendapat anugerah Tuhan, sama-sama pendosa yang diselamatkan, yang sama-sama menjadi teman dari orang lain yang bertumbuh di dalam Tuhan. Ada orang tanya “bagaimana caranya lepas dari dosa? Apakah saya harus mencari pembimbing rohani untuk membimbing saya?”, saya jawab dia “engkau harus mencari teman”. Di gereja orang kadang-kadang bisa punya pembimbing rohani, tapi tidak tentu punya teman. Sedangkan di dalam Kitab Suci, salah satu kebajikan, virtue, yang diajarkan di dalam gereja adalah menjadi teman. Sudahkah kamu menjadi teman yang baik bagi orang-orang Kristen yang lain? Pendeta melakukan apa? Di dalam tradisi Protestan Reformed, pendeta bertugas untuk administrasi Perjamuan Kudus dan memberitakan firman, itu tugasnya. Adakah tugas pembimbingan? Ada, tapi sebagai teman dari jemaat. Teman yang sama-sama cerita, yang sama-sama memberikan teguran, yang sama-sama memberikan bimbingan. Gereja tidak seharusnya mempunyai kepala rohani yang otoritasnya melampaui yang Tuhan suruh dimiliki. Maka Paulus mengatakan “saya sudah tulis 16 pasal, setelah ini saya serahkan kamu kepada Tuhan. Kamu milik Tuhan, Dia yang berkuasa menguatkan kamu, bukan saya”. Itu sebabnya keadaan rohani orang tidak ditentukan 100% oleh pembimbing. Ketika ada orang mengatakan “saya sangat sulit, saya sangat suka perempuan ini, tapi saya tidak tentu bisa pacaran dengan dia”, saya kaget “mengapa tidak tentu bisa?”, “karena harus ada persetujuan dari kakak rohani”, ini membuat saya kaget. “Kakak rohani? Kakak rohani yang tentukan kamu pacaran dengan siapa? Itu kakak rohani dari mana? Turun dari sorga, berinkarnasi? Kakak rohanimu bukan Juruselamat, kakak rohanimu bukan Kristus. Kakak rohanimu bisa salah, kakak rohanimu perlu bertobat kalau dia mengatur hidupmu lebih dari yang Tuhan mau dia atur”. Kita ini siapa? Orang tua juga tidak berhak mengatur hidup anak. Anak datang mengatakan “saya punya pacar”, orang tua mengatakan “apakah dia takut akan Tuhan?”, “iya”, “oke, hati-hati, taat Tuhan, bertumbuh bersama, jangan jatuh dalam dosa. Silahkan atur hidupmu dengan baik”. Tapi kalau orang tua mengatakan “tunggu persetujuan saya dulu, harus ada fit and proper test, bawa pacarmu makan malam dengan kami orang tua”. Ketika makan malam mulai interogasi “coba lihat CV-mu”, “ini CV saya”, “kamu lulus dari universitas ini ya, ini ada ujian tertulis, silahkan tulis dulu, kami mau tahu IP-mu itu sesuai aslinya atau tidak”. Lalu sudah ada fit and proper test, kemudian orang tua membuat keputusan, “nak, setelah kami pertimbangkan, engkau dilarang lanjut”, “mengapa dilarang lanjut?”, “karena orang tua sudah mengatakan demikian”, itu orang tua yang celaka. Kamu pikir kamu siapa, “karena saya orang tua, saya tentukan hidup anak”, bukan. Tuhanlah pemilik anakmu bukan engkau. Siapa yang mengambil otoritas Tuhan bagi anak, dia sedang mengambil posisi Tuhan. Banyak pemimpin rohani merasa dirinya Tuhan, termasuk di dalam gereja. “Saya mewakili Tuhan, kata-kataku infallible”, ini pemimpin rohani sudah ditangkap setan. Saudara punya pembimbing rohani, saya mau tanya sebesar apa otoritas dia dalam hidupmu? Kalau apapun dalam hidupmu tergantung dia, dia sudah dipegang oleh setan, membuat engkau tersesat, jatuh dalam otoritas manusia dan bukan Tuhan, hati-hati.

Paulus pun mengatakan kepada Jemaat Roma, “saya serahkan kamu kepada Tuhan, bagi Dia yang berkuasa menguatkan kamu bukan saya. Dia yang bimbing kamu, Dia yang dewasakan kamu, Dia yang pertumbukan kamu”. Kalau pembimbing atau orang tua cabut salib yang tidak perlu, dia bisa lebih tenang, “saya sudah lakukan apa yang saya bisa untuk anak, sekarang saya serahkan anak saya ke Tuhan”. Mama saya sangat ingin saya jadi hamba Tuhan, orang yang taat Tuhan. Tapi dari remaja saya sudah tidak suka ke gereja, saya sangat menyimpang dan melawan, saya tidak peduli lagi kerohanian, ini membuat dia sedih bukan main. Ketika saya sudah bertobat, baru dia cerita “yang membuat saya tenang adalah saya sadar saya bukan juruselamatmu. Yang membuat saya tenang adalah saya mengatakan ke Tuhan, Tuhan saya sudah lakukan bagian saya, sekarang anak ini milik-Mu”, itu membuat tenang. Saudara kalau saya merasa saya bertanya jawab 100% untuk orang lain, saya akan taruh salib yang tidak perlu di bahu saya. Paulus mengatakan kepada Jemaat Roma “kamu semua adalah orang Kristen dan saya adalah pemimpin Kristen. Tapi saya mau beri tahu bagi Dia yang berkuasa menguatkan kamu, Dialah yang kuatkan kamu, Dia yang akan dewasakan kamu, Dia yang akan ambil siapa yang dia pilih, Dia akan dewasakan kaum pilihan-Nya. Dan saya dipakai Tuhan untuk tulis 16 pasal ini, surat yang pendek ini kepada kamu, ini bagian saya. Sisanya Tuhan yang atur dan Tuhan yang pertumbuhkan kamu”. Mari punya sifat ini, Saudara adalah orang tua serahkan anak-anakmu ke Tuhan, jadi teladan sebisamu, jadi pengajar sebisamu, jangan simpan kejahatan di dalam hati, jangan gampang marah karena otoritasmu diganggu”. Papa yang baik ada Papa yang marah karena kebenaran, bukan karena otoritasnya diganggu. Kalau anak dihukum “kamu tidak menghormati papa”, itu hukuman yang buruk. Mengapa papa mesti dihormati? Papa mesti menjadi saluran kebenaran bukan menjadi suara membela diri. Maka papa-papa yang terlalu menganggap kedudukan yang penting, papa-papa yang terlalu anggap otoritas dia segalanya, ini papa-papa yang perlu bertobat. Papa bukan harus bela otoritasnya, papa harus bela kebenaran Tuhan. Kalau anakmu jahat kepada orang lain, marahi dia dengan keras, “kamu jangan jadi orang yang mem-bully orang lain, kamu jangan jadi orang memanipulasi orang lain, jangan tipu orang lain”, kejahatan kepada sesama manusia itu kejahatan jauh lebih besar dari kejahatan-kejahatan lain yang sifatnya cuma kurang ramah dan kurang bersifat baik di dalam masyarakat. Kadang-kadang orang tua puas kalau anaknya kelihatan sopan, kalau anaknya bicaranya baik, tapi jahat kepada orang lain. Saya lebih suka, tentu saya lebih suka kalau anak itu saleh di dalam segala hal, tetapi saya lebih suka anak yang kadang-kadang bicaranya kasar tapi tidak pernah berlaku jahat kepada orang lain, daripada anak yang kelihatan saleh secara tampilan. Secara tampilan baik, itu belum tentu diperkenan Tuhan. Maka orang tua harus mengatakan “saya sudah melakukan apa yang saya bisa, saya bukan marah untuk membela otoritas saya. Saya berusaha membuat anak cinta Tuhan dan takut kepada Tuhan melalui firman-Nya. Saya didik dia sebisa saya. Sekarang saya serahkan dia ke Tuhan”, tidak ada orang tua yang Tuhan berikan keharusan 100% terhadap anak. Saudara punya tanggung jawab tertentu tapi bukan semuanya. Maka kadang ada orang tua yang sangat baik tapi anaknya melawan Tuhan. Lalu dia sangat sedih “saya gagal sebagai orang tua”, tapi ada hiburan jika engkau sudah lakukan yang engkau bisa, serahkan dia ke Tuhan. “Saya sudah gagal jadi orang tua, lihat anak saya seperti ini”, serahkan dia ke Tuhan. Karena engkau bukan juruselamat dia, Tuhanlah penyelamat dia. Serahkan dia ke Tuhan. Legalah jika engkau sudah lakukan apa yang kau bisa. “Kalau saya sudah lakukan apa yang saya bisa, mengapa dia masih melawan?”, siapa yang tahu? Ada faktor yang kita tidak bisa atur. Manusia tidak bisa di set seperti komputer di set. Kalau Saudara mengatakan “saya sudah klik program ini, saya sudah download aplikasi ini, saya sudah berikan pemrograman ini, komputer ini akan berfungsi seperti yang direncanakan”, itu bisa. Tapi manusia bukan komputer, Saudara tidak bisa mengatakan “saya sudah atur begini, saya sudah beri program ini, saya sudah beri begini, mengapa dia masih error?”, masih bisa. “Berarti saya gagal sebagai orang tua?”, tidak. Kalau Saudara merasa ada kegagalan, bertobatlah dan perbaiki. Tapi saya ingin beritahu satu hal, tidak ada orang tua yang Tuhan tuntut 100% untuk anak, “jika anakmu salah, Aku akan hukum kamu”, tidak. Itu sebabnya mari belajar lega dan mari belajar bertanggung jawab. Yang kurang teliti dalam ambil waktu untuk anak, yang kurang bijak berbicara kepada anak, bertobatlah. Saudara jangan mudah marah kalau sama anak, kadang-kadang papa mama sibuk bertengkar, lupa bawa pertengkaran mereka berefek buruk kepada anak. Mari belajar perbaiki hidup, mari belajar bertobat. Setelah itu belajar serahkan orang yang Saudara bimbing kepada Tuhan. Ini yang kita bisa pelajari, “bagi Dia yang berkuasa menguatkan kamu, Dialah yang menguatkan kamu”.

Bagaimana Tuhan menguatkan? Dengan kabar baik menurut kabar baik Injil, Injil itu kabar baik, Euangelion. Ada kata eu kemudian ada angelion. Eu itu artinya baik, eu ini bacanya unik, kalau digabung dengan huruf hidup jadi ev, makanya ini bukan euangelion tapi evangelion (bacanya). Kalau digabung dengan beberapa huruf mati atau konsonan, kadang-kadang u menjadi n. Saudara pernah dengar kata eudamonia, ternyata bisa dibaca endamonia, ini baru saya tahu setelah saya dengar ceramah orang dari STF Driyarkara yang ahli filsafat Yunani. Dia baca endamonia, saya pikir “ini ahli Yunani mengapa tidak tahu bacanya eudamonia”, ternyata saya yang kurang mengerti, ini namanya orang bodoh mengkritik orang pintar dan merasa pintar, ternyata bacanya endamonia. Lalu bagaimana dengan bacanya euangelion? Bacanya evangelion, dari sini kita punya kata evangelis, pemberita Injil. Di GRII tidak ada evangelis yang bukan pendeta, saya ini evangelis, karena waktu di-pendeta-kan disuruh pilih “mau jadi pendeta pengajar, mau jadi pendeta penggembala atau menjadi pendeta penginjil, evangelis?”, saya pilih pendeta penginjil, tugas saya utamanya harusnya keliling khotbah Injil, tetapi tetap dipercayakan pegang jemaat. Kapan mulai keliling kabarkan Injil? Tidak tahu, saya tunggu Sinode yang putuskan. Saudara doakan untuk semua hamba Tuhan di GRII menjalankan peran meskipun harus lakukan tiga mengajar, menginjili, penggembalaan, tapi tetap ada satu yang lebih utama dari yang lain meskipun ketiganya tetap harus dijalankan. Apa artinya euangelion? Kabar baik, pemberita kabar baik. Tuhan memberikan kabar baik, Injil. Apa kabar baiknya? Paulus mengatakan “kabar baik ini kumasyhurkan, saya sangat mengagumi Tuhan lewat kabar baik ini”. Memashyurkan Injil artinya mengagumi Tuhan karena berita Injil. Tidak ada orang memasyhurkan kabar Injil, orang memasyhurkan Tuhan tapi melalui pengertian akan kabar Injil. Injil itu kabar baik. Apa yang baik dari Injil? Injil mengatakan Tuhan baik, Tuhan memberikan kesempatan kedua, Tuhan memberikan pertobatan, Tuhan memberikan kelahiran kembali, Tuhan lupakan dosa-dosa kita dan menyatakan kasihNya kepada kita, ini berita Injil. Maka Paulus mengatakan “saya memuliakan Dia yang berkuasa menguatkan kamu”. Mengapa Paulus percaya Tuhan akan kuatkan Jemaat Roma? Karena Tuhan itu adalah Pemilik kabar baik. Dan kabar baiknya adalah bahwa Dia mencintai bangsa-bangsa. Namun di dalam pengertian Paulus, kabar baik selalu diberikan Tuhan di dalam waktunya.

« 4 of 9 »