Yang terakhir, kaum utama tidak bisa melihat melampaui hati mereka, sedangkan kaum sisa mampu menyadari ada yang lebih tapi mereka tidak bisa lihat. Kaum sisa adalah orang yang beriman kepada yang tidak kelihatan, sedangkan kaum utama adalah orang yang imannya dan matanya itu satu. Apa yang kamu imani adalah apa yang kamu lihat, apa yang kamu duga itu juga yang kamu imani, apa yang kamu expect itu juga yang kamu imani. Dan hidup yang seperti ini adalah hidup yang baik tapi belum total. Tuhan tidak mempercayakan manusia hanya untuk mengimani apa yang kelihatan. Saudara belum pernah melihat Tuhan, tapi Saudara mengasihi Dia. Ini perkataan yang dikatakan di dalam perkataan dari Petrus, “engkau belum pernah melihat Dia, tapi kau mencintai Dia. Engkau bersukacita terus dengan perkataan yang tidak terkatakan. Kamu belum pernah lihat tapi kamu sayang, kamu belum pernah kenal di dalam pandangan mata namun kamu beriman kepada dia”, ini orang-orang sisa, remnant. Itu sebabnya kaum remnant adalah satu-satunya kelompok yang dapat memahami salib, yang lain tidak. Hanya kaum sisa yang disiapkan untuk mengerti salib. Yesaya adalah kaum sisa dan dia menginjili dengan memberitakan ada hamba yang menderita. Daniel, Sadrakh, Mesakh, Abednego adalah kaum sisa dan mereka mengerti penderitaan adalah bagian dari datangnya Kerajaan Allah. Paulus, Yohanes, Petrus adalah kaum Sisa, dan mereka mengerti Injil dan mengabarkan berita Injil. Itu sebabnya di dalam Kitab Suci hanya kaum sisa yang akan dapat Injil, hanya kaum sisa yang akan mengerti Injil, karena mereka disiapkan hatinya untuk melihat dalam seluruh rencana Tuhan, salib adalah utama. Mengapa salib bisa menjadi yang utama? Tidak ada yang mengerti, kecuali orang yang berhati baru. Maka kaum remnant adalah orang yang siap untuk beriman kepada hal yang tidak kelihatan. Saudara, di dalam Injil salib itu cara merombak adalah cara manusia melihat kesementaraan, dan ini yang kaum sisa dapatkan. Apakah kita kaum sisa yang bisa jawab? Adakah Saudara mempunyai hati yang baru? Kalau jawaban Saudara iya, Saudara mesti tahu bahwa hati yang baru ini adalah hati yang perlu digumulkan dan dibentuk, bukan hati yang jadi selesai, tapi hati yang perlu dibentuk. Hati yang lama sulit dibentuk, hati yang baru adalah hati yang siap dibentuk. Maka orang yang keras, yang ngotot mengatakan “ini final, kepercayaanku sudah final”. itu orang yang sulit menikmati hati yang baru. Tapi orang yang mengatakan saya mau belajar, maka selamat datang di dalam pembentukan hati. Tuhan membentuk hati yang baru yang akan dibentuk oleh Tuhan. Saudara perlu dibentuk setiap hari. Hati yang baru itu Tuhan berikan di dalam keadaan masih awal. Hatimu yang baru itu awal, jangan hina pembentukan Tuhan di dalamnya. Waktu kita mengalami pandemi, kita goyah, lalu kita mulai berpikir “Mengapa aku tidak punya kekuatan?”, memang tidak punya, siapa bilang punya. “Kalau begitu saya belum Kristen?”, justru Kristen ada di situ. Kekristenan ada di dalam hati yang goyah karena perlu dikuatkan oleh Tuhan. Tapi jangan kehilangan pandangan ke depan, kalau engkau tidak punya pandangan ke depan, sulit dikatakan engkau punya hati yang baru. Hati yang baru tahu Tuhan kerjakan kerajaanNya, “kerajaanNya lebih penting dari pada kerajaanku, yang Dia kerjakan lebih penting dari yang aku kerjakan. Kalau yang aku kerjakan Dia pakai, puji Tuhan. Kalau yang aku kerjakan mau Dia buang, juga silakan. Aku mau berada di Tuhan”, ini adalah konsep yang kita harus memiliki, tapi yang belum tentu kita mampu jalani. Lalu bagaimana kalau kita tidak mampu jalani? Tuhan akan bentuk, sehingga suatu saat kita akan mampu. Ketika Tuhan memanggil Petrus di Yohanes pasal yang terakhir, Petrus dengan sedih ikut, Tuhan tanya “Apakah kamu mengasihi Aku lebih dari semuanya ini? Dan Petrus bisa menjawab “ya Tuhan, aku mencintai Engkau”. Tuhan mengatakan “gembalakanlah domba-dombaKu”. Tiga kali pertanyaan diulang, tiga kali menunjukkan seperti Petrus sudah melawan Tuhan, seperti itu Tuhan panggil dia kembali. Dan Petrus dibentuk, Petrus sadar “saya punya hati begitu parah, saya punya keberanian begitu gampang hilang, saya punya kaki begitu gampang goyah, saya punya perkataan begitu gampang berubah. Tuhan yakin masih mau pakai saya? Dan Tuhan menyatakan “Aku tetap pakai engkau”. Mengapa Tuhan tetap pakai Petrus? Karena tiga kali dia berani bersaksi “ya Tuhan, saya mencintai Engkau”. Seringkali kita tidak sadar betapa penting kalimat ini, “apakah engkau mencintai Tuhan?”. Saudara bilang “rasanya saya belum layak menyebut diri cinta Tuhan, Engkau salah mengerti”. Mengaku mencintai Tuhan adalah titik awal bagi kemampuan untuk mencintai Tuhan. Kalau Petrus dari awal ditanya “apakah engkau mencintai Aku lebih dari semua ini?”, Petrus mengatakan “I guess not, saya rasa tidak”, Tuhan tidak memakai dia. Tapi Saudara cinta Tuhan, itu bukan cinta yang sudah sempurna. Namun Petrus berani mengatakan “iya Tuhan, aku mengasihi Engkau”. Mengapa mengasihi Tuhan? Karena Petrus tahu siapa Dia. Saudara tahu siapa Tuhan, belajar cinta Dia. Dari cinta yang goyah, cinta yang gampang goncang, cinta yang seperti tidak muncul dalam tindakan, Saudara akan dibentuk oleh Tuhan. Mari kita sama-sama mengatakan “Tuhan saya punya hati kaum remnant, mencintai Engkau. Kalau saya tidak mencintai Engkau, saya bukan orang Kristen. Tapi lihat hidup saya, cintaku tidak terbukti di dalamnya, hatiku begitu mudah goyah”, dan Tuhan akan mengatakan “itulah sebabnya Aku kirimkan Roh Kudus. Kamu pikir kamu bisa sendiri?” Tidak. Maka Tuhan mengatakan “Aku tidak akan membiarkan kamu yatim piatu”. Orang yang dengar ini mungkin belum sadar bahwa mereka tidak bisa sendiri. Tapi Tuhan Yesus mengatakan “engkau tidak bisa sendiri, maka Aku mengirim Roh Kudus”. Mengapa Tuhan kirim Roh Kudus? Karena hati kita payah, gampang goyah, tapi itulah hatinya remnant, hati yang akan Tuhan bentuk. Kiranya Tuhan menolong kita menjadi kaum remnant, kaum sisa yang mempunyai hati yang dibentuk oleh Tuhan.
(Ringkasan ini belum di periksa oleh pengkhotbah)