Lalu Saudara mengatakan “Kalau Dia baik, mengapa hidup berat?”. Mungkin pertanyaannya diubah “Kalau hidup memang berat, mau cari siapa?”, inilah cara pikir yang benar. Jadi, orang yang melawan Tuhan itu ada yang kesalahan dengan logika berpikirnya. Cara berpikirnya salah karena berpikir nostalgic (masa lalu) bukan eskatologic (pengharapan). Dengan mode berpikir “masa lalu,” kita tidak bisa mengerti kebenaran, karena kita selalu mencari sebab setiap masalah. Tetapi dengan mode berpikir “pengharapan” maka kita sadar bahwa kita bisa punya bijaksana, karena kita akan mulai memikirkan solusi untuk setiap masalah. Siapa mengatakan “saya benci Tuhan karena banyak masalah,” itu orang bodoh. Tetapi siapa mengatakan “Tuhan saya mau belajar menangani ini,” itu orang yang berbahagia. Yesus waktu datang ke dunia Dia tidak komplain, tetapi justru mengatakan “dunia ini memang buruk tapi Aku tahu solusinya, yaitu taat kepada Bapa.” Yesus rela mati di kayu salib. Saudara bisa mengatakan ini sebagai kebodohan, tapi Dia mati bagi kamu. Kalau Dia tidak pakai cara ini, tidak ada solusi bagi kamu. Itu sebabnya Saudara harus mengatakan “kalau saya mau senang, damai dan bebas takut”, mulai tangani masalah sekarang. Tuhan mengatakan “Aku jadi manusia pun, Aku tangani, Aku pikul, Aku tanggung, Aku biarkan diriKu hancur karena hal ini”, karena itu adalah solusinya.
Maka Paulus mengatakan Injil bagi bangsa-bangsa lain adalah terang, karena mereka sudah tersesat di dalam gelap dan tidak ada solusi. Dia tidak mengatakan “Salahkan imam-imam berhala, salahkan ini dan itu”. Tetapi dia mengatakan “Mari lihat ke depan dan di depan ada Allah, Gembalamu, yang memanggil kamu pulang”. Ini adalah solusi sejati, mari ikut Tuhan. Dan setelah Saudara tahu ini jalannya, Saudara akan mengadopsi gaya Tuhan, yaitu menjadi pemecah masalah, bukan menjadi pencari sumber masalah. Paulus mengatakan “Bangsa-bangsa yang hidup di dalam kegelapan mencari terang. Bangsa-bangsa hidup di dalam kegelapan mencari siapa yang bisa menolong, yaitu Yesus, Gembalamu. Dia memanggil engkau, ‘Mari kembali’.” Inilah Injil.
Maka Paulus berkata “Saya memimpin bangsa-bangsa dengan (1) kuasa tanda-tanda, (2) dengan perkataan, (3) dengan perbuatan, (4) dengan mujizat, dan (5) dengan kuasa Roh.” Lima hal ini bukan untuk memamerkan diri, tetapi untuk menunjukkan kepada bangsa-bangsa, inilah jalannya, inilah solusinya. Ini yang Paulus serukan, sehingga dikatakan, “Dalam pemberitaan itu saya berbicara kepada orang yang tidak mengenal Tuhan, saya meletakkan dasar. Mereka yang belum pernah menerima berita tentang Dia, akan melihat Dia. Mereka yang tidak pernah mendengar akan mengerti.” Inilah Injil. Sama seperti yang Paulus katakana pada bangsa-bangsa di dalam kegelapan, saya pun mengatakan pada Saudara “Kamu ada terang, kamu ada solusi. Mari jalani”. “Saya sudah menjalani solusi, tapi mengapa seperti tidak ada perbaikan?” Namanya jalan, berarti harus dijalani sampai tuntas. Saudara ikut Tuhan berapa lama? Baru segitu lama mana ada hasil? Kapan hasilnya? Tuhan menjanjikan hasil yang sempurna di dalam kedatangan-Nya yang kedua.
Penantiannya tidak lama, karena kedatangan Tuhan adalah permulaan yang baru. Ini yang biasanya kita pikir “hidupku hanya 80 atau 90 tahun, dan setelah akan mati, akan berakhir.” Itu salah. Jurgen Moltmann mengatakan waktu Alkitab berbicara tentang “akhir,” Alkitab mengambil lagi tema Kejadian 1. Lihat Wahyu pasal 21 dan 22, Alkitab kembali ke permulaan. Dengan kata lain di dalam kisah Alkitab “akhir” itu adalah permulaan yang baru. Di dalam bumi yang baru, Saudara akan mendapatkan kenikmatan yang Saudara sudah tabur dari sekarang. Itu sebabnya jangan pikir nanti adalah akhir dan selesai. Nanti ada permulaan yang baru dan inilahyang lebih utama.