Tapi bagaimana cara bangsa-bangsa diundang datang? Ayat 14 mengatakan Tuhan yang pilih untuk menyatakan diri kepada mereka. Bangsa-bangsa tidak punya inisiatif untuk datang ke Tuhan, Tuhan yang punya inisiatif untuk datang ke bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa tidak punya inisiatif itu. Di dalam Kisah Rasul pasal yang ke-14 dikatakan oleh Paulus di ayat 16 “dalam zaman lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing. Namun Dia bukan tidak menyatakan diriNya dengan berbagai-bagai kebajikan yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan”, ini argumen kuat sekali. Karena tidak ada bangsa yang menyembah berhala, yang tidak merayakan panen. Makanan dan kegembiraan itu kaitanya dengan panen, maka dia mengatakan Tuhan menurunkan hujan, menurunkan air hujan kemudian setelah itu ada musim-musim, ada musim menuai. Jadi Paulus sedang mengatakan “waktu kamu panen, kamu merayakan. Tidak ada orang panen sambil berduka”. Misalnya ada orang datang ke pemilik kebun anggur “tuan, kebun anggur kita panennya sukses sekali”, lalu dia robek bajunya, taruh abu lalu mengatakan “mengapa ini terjadi?”, tidak ada yang seperti itu. Dia akan bersukacita. Maka hari panen membuat orang lupa kesulitan waktu menabur, kesulitan waktu membuat ladangnya subur, semua sulit. Yang kerja di ladang mengalami kesulitan, waktu panas terik dia tetap kerja, dalam keadaan sulit dia kerja. Lalu yang punya usaha juga sangat sibuk memikirkan, berpikir adalah tindakan yang sangat melelahkan. Jangan pikir “para bos cuma tahu duduk santai di kantor. Kalau pun pergi enak-enak main golf”, mereka perlu menenangkan diri karena pikirannya sangat sibuk, begitu banyak yang mesti dipikirkan dan bebannya berat, salah ambil keputusan bisa fatal. Ini beban yang tidak banyak orang yang tidak ada di posisi itu bisa mengerti. Orang selalu iri dengan posisi orang lain, “enak ya jadi bos, tenang-tenang”. Siapa bilang enak? Mungkin dia akan mengatakan “kalau bisa tukar, kita bertukar”, tapi mana bisa. Lalu orang yang di bawah dihina juga oleh bosnya, “kamu tidak tahu sulitnya berpikir”, yang di bawah mengatakan “kamu tidak tahu sulitnya kerja fisik”. Orang yang menjadi pemimpin dari sebuah proyek pembangunan misalnya, mengatakan “kamu tidak tahu rumitnya saya berpikir”, yang arsitek mengatakan “kamu tidak tahu rumitnya mendesain”, yang kerja kasar mengatakan “kamu tidak tahu susahnya membuat besi berdiri, potong ini potong itu, lelahnya bukan main”, semua punya kesulitan. Maka kesulitan ini langsung diganti dengan pesta begitu ada panen, “begitu ada panen kami pesta”. Ini orang dulu yang punya kebiasaan seperti itu. Sekarang kita tidak lagi menikmati itu sebagai bagian dari kebudayaan karena kebudayaan agriculture dan kebudayaan kota itu makin jauh jaraknya. Saudara tidak pernah merasakan indahnya panen, ini sesuatu yang kita miss di kota. Karena kalau panen, kita anggap panen itu panen uang, “mengapa panen?”, “naik gaji”, tapi kita lupa gaji kita tidak bisa dimakan. Saudara bisa makan 100.000? Telan, kurang kenyang lalu makan 200.000, tidak bisa, atau dihancurkan menjadi bubuk lalu Saudara minum, tidak bisa. Itu mesti digunakan untuk membeli makanan. Kita bangga dengan kebudayaan kota kita tanpa tahu di bawah yang menopang itu adalah agriculture, pertanian. Kalau ini tidak ada, tidak ada gunanya punya bangunan mall. Saya ingat satu kali diminta belanja oleh istri, begitu saya sampai, saya merasa kaget dengan tempat sayuran dan juga tempat daging yang sudah kosong. Baru saya mengerti seluruh barang di dalam supermarket, semua tidak ada guna kalau yang ini kosong terus. Saya lihat kosong dan saya pikir “jangan-jangan ada krisis pangan”, lalu saya lihat tempat beras, masih ada, masih aman. Jadi berapa pun hebat bangunan dari tempat perbelanjaan, tidak ada gunanya kalau tidak ada panen. Paulus memakai gambaran itu. “Kamu tahu tidak, pada zaman lampau Tuhan biarkan bangsa-bangsa pada jalannya masing-masing. Tapi Dia memberikan kamu good times, ada masa-masa baik”. Masa paling baik dari kebudayaan itu kapan? Masa panen, karena kalau ini gagal, mungkin akan kelaparan. Jadi ketika Tuhan memberikan panen, seluruh bangsa bersukacita. Panen membuat orang senang bukan main, bukan karena banyak uang, tapi karena ternyata dipelihara, Tuhan memberikan kita kebaikan. Ini yang Paulus katakan, coba pikirkan momen ketika kebudayaanmu paling senang. Kebudayaan paling senang bukan karena ada mall baru berdiri tapi di dalamnya tidak ada makanan, tidak ada guna. Kebudayaan bukan paling senang karena ada teknologi baru. Teknologi, kehebatan, bangunan, tapi kalau makanan tidak ada, kalau alam tidak mengeluarkan makanan, tidak memberikan buah, gandum, padi dan lain-lain, manusia akan mati. Maka hal menyenangkan bagi sebuah kebudayaan adalah pemeliharaan alam bagi mereka. Ini yang Paulus katakan “waktu kamu panen, kamu menyembah siapa? Kamu menyembah dewa panen? Dewa kesuburan?”. Dan dewa kesuburan itu selalu berkaitan dengan seks, jadi sambil sembah dewa kesuburan sambil pikir “alam subur karena dewa ini, saya subur karena dewa ini, maka mari rayakan seks”. Itu sebabnya budaya tidak bisa lari dari seks, karena seks dan kesuburan berkait. Sedangkan Allah adalah Allah yang memberi kesuburan dengan perjanjian. Maka orang yang menikmati subur, juga menikmati Allah yang berjanji. Itu sebabnya di dalam tradisi yang menyembah Allah, kesuburan, panen menyembah Tuhan dan pernikahan itu saling berkait. Pernikahan adalah tempat dimana orang merayakannya dengan hasil subur dari ladang dan dari tanah. Maka orang akan kaitkan kesuburan tanah dengan kesetiaan, bukan dengan seks yang liar. Ini perbedaan yang signifikan. Paulus sedang mengatakan “kamu waktu panen sembah siapa? Tahu tidak itu dari Tuhan? Tahu tidak kebudayaanmu ditopang oleh Tuhan? Tahu tidak kalau panen gagal, kamu berseru kepada orang yang salah, kepada pribadi yang salah”, maka Tuhan panggil kamu kembali. Setiap kali kamu panen, Tuhan sedang berseru “I have given it to you, Aku sudah memberikannya kepada kamu. Mengapa menari, berpesta dan menyanyi bagi dewa kesuburan? Mengapa meninggikan yang bukan berjasa? Mengapa mengabaikan Aku?”, Tuhan sedang memanggil bangsa-bangsa. “Setiap panen lagumu bukan untuk Aku. Tiap kamu menari, hatimu kepada berhala. Setiap kamu merayakan kamu merayakan dengan liar dan hubungan seks yang kacau. Setiap kali kamu senang, kamu mengabaikan Aku. Padahal Aku adalah sumber kesenanganmu”. Pada momen kita paling senang, kita sering lupa Tuhan. Padahal, Tuhan menciptakan kita untuk menikmati Dia pada waktu kita paling senang dan berseru kepada Dia pada waktu kita paling susah. Maka Paulus mengatakan Tuhan sudah memberikan kebaikan, tetapi saat kamu paling senang, kamu bukan berseru kepada Tuhan. Tapi saat itu sudah lama, sekarang Tuhan kembali memanggil kamu, supaya kamu punya Tuhan yang kepadaNya kamu bisa berseru dan yang kepadaNya kamu bisa minta tolong. Bagaimana caranya? Dengan Tuhan mengutus para pekabar Injil.

Itu sebabnya di dalam ayat 14 diaktakan “bagaimana mereka dapat berseru jika mereka tidak percaya Dia? Bagaimana percaya jika mereka tidak mendengar Dia? Bagaimana mendengar jika tidak ada yang memberitakan?”. Paulus mau mengatakan jalan bagi bangsa-bangsa lain kembali, itu dari Tuhan. Tidak ada bangsa bisa mengatakan “kami punya kebudayaan lebih unggul dari kamu, maka kami sangat mungkin dikasih Tuhan”. Tuhan tidak lihat bangsa dengan budaya unggul. Di dalam sejarah Romawi Barat, Tuhan membuat Kekaisaran Roma hancur di abad ke-5, benar-benar hancur. Lalu Tuhan mulai budaya dari satu daerah baru yang sekarang menjadi Perancis yaitu daerah Kerajaan Frankis. Saudara tahu kerajaan Frank? Kerajaan Frank ini kerajaan barbar. Kemungkinan mereka adalah orang-orang dari Skandinavia yang karena terlalu dingin mereka menyeberang ke selatan. Sudah tinggal di selatan, mereka menjadi bangsa yang cuma tahu merampok, menjarah dan membunuh. Mereka tidak tahu apa itu stabil dalam bercocok tanam, mereka cuma lihat “Kekaisaran Romawi kaya, mari kita rampok”. Cuma ada pikiran merampok, membunuh, tidak mengerti apa itu pertanian, membangun budaya. Semua ini adalah penyembah berhala. Saudara lihat Perancis modern, awalnya Frank, haus darah, cuma tahu merampok, membinasakan. Lalu mereka menjadi bagus, setelah itu lupa Tuhan. Mereka lupa yang membuat mereka baik, waktu panen lupa Tuhan. Tapi ketika Injil tiba, orang tahu bagaimana berseru kepada Tuhan dan tahu bagaimana bersyukur kepada Tuhan. Bagian hari ini sampai di sini, di bagian selanjutnya kita akan lihat indahnya orang yang diutus Tuhan menjadi pembawa kabar baik.

(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

« 4 of 4