Di dalam yang ke-16 dikatakan “raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa. Pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan. Kuda tidak akan mencapai kemenangan meskipun kekuatannya besar dia tidak akan memberikan keluputan. Siapa bisa meluputkan kamu? Hanya Tuhan”. Maka di dalam keadaan terdesak, Daud berseru “Engkaulah pertolonganku, engkaulah Gunung Batuku”, dan Tuhan meluputkan Daud. Berkali-kali Daud diluputkan karena Tuhan. Dan terakhir Tuhan selamatkan Daud secara total dengan membunuh Saul, Saul dimatikan. Tuhan sudah mau mematikan Saul sehingga Tuhan memakai cara yang sangat mengerikan. Bayangkan, Saul benci orang-orang yang bernujum, panggil-panggil roh. Tapi ketika berada dalam ketakutan dia justru menjalankan apa yang dia paling benci. Kadang-kadang yang orang paling benci secara tidak sadar adalah yang dia inginkan tapi dia mau tekan, dia mau buang, ini sedikit psikologi. Waktu Saudara mengatakan “saya benci sekali hal ini”, terus mengulangi benci itu, mungkin ini adalah pergumulan yang sulit ditolak. Itu sebabnya apa yang kita katakan sebenarnya memperkenalkan diri kita. Ketika Saul mengatakan “singkirkan semua pencari roh, nujum-nujum. Saya tidak mau”, ternyata dia sendiri punya kesulitan melepas itu. Tapi kalau butuh bersatu, kekuatannya mengimbangi kekuatan Saul, bahkan mungkin melampaui. Sehingga Saul mulai ketakutan “mengapa raja orang Filistin jadi berdamai seperti ini, mengapa mereka bersatu, mengapa pasukannya jadi besar? Dia takut setengah mati. Maka dia datang untuk mencari, “masih adakah pencari roh, masih adakah penyihir, orang nujum untuk minta bantuan roh, apakah masih ada?”, dia cari-cari sendiri. Lalu orang yang ditemui oleh Saul mengatakan “tidak mungkin masih ada, kan sudah dibunuh oleh Saul”. Maka Saul menyamar, ketemu satu orang perempuan nujum lalu dia mengatakan “panggil roh”, “saya bukan memanggil roh, pemanggil roh kan sudah dimatikan oelh Raja Saul”. Raja Saul yang sedang menyamar mengatakan “sudahlah, tidak apa-apa, saya tidak akan mengatakannya kepada raja. Kalau kamu bisa memanggil roh, tolong panggilkan”, “kamu mau memanggil siapa?”, “saya mau panggil Samuel, tolong panggil Samuel”. Lalu ketika dipanggil Samuel, perempuan ini sadar “kamu Saul, mengapa membohongi saya?”, “karena saya perlu dengar nasehat Samuel”. Waktu Samuel masih hidup, dia tidak pernah dengar. Samuel bicara apa, ditolak. Waktu Samuel sudah mati dicari-cari, ini orang bodoh. Orang bodoh adalah orang yang selalu mengabaikan anugerah saat itu, ketika anugerah itu ditarik baru dia rindu. Ketika Saul mengabaikan firman dari Samuel, dia bodoh, hidupnya makin terdesak. Sekarang hidupnya sudah sangat terdesak, dia tidak berseru kepada Tuhan. Apakah Saul berseru kepada Tuhan? Tidak. Dia mencari roh, mengapa cari roh? Bagi Saul roh lebih real daripada Tuhan, bagi Saul perempuan nujum lebih real daripada Tuhan. Bagi banyak orang Kristen dunia lebih real daripada Tuhan, kuasa gelap apapun itu atau uang atau apapun lebih real dari pada Tuhan, bertobatlah kita, mengapa mengabaikan Tuhan? Maka Saul mencari Samuel setelah dia mati, minta tolong panggil rohnya. Kemudian roh Samuel muncul, waktu roh Samuel muncul, kalimat dari Samuel mengerikan sekali “untuk apa memanggil saya?”, “besok saya mau perang keadaannya bagaimana?”, “besok kita akan ketemu sama-sama di dunia orang mati”, ngerinya bukan main. Maka ketika Saul mendengar itu, langsung kekuatan dia hilang. Dia rebah dan tidak punya tenaga, perempuan nujum yang tadinya mau dia bunuh, sekarang yang menolong dia “ayo Raja Saul makan roti ini. Raja Saul jangan begini, besok ada perang, harus kuat”, “Saya tidak mau hidup lagi karena takut mati”, “kalau takut mati mengapa minta mati?”. Saul yang begitu takut tidak menikmati berseru kepada Tuhan. Saul, “kosong, gelap, panik, takut, bertemu Samuel yang mengundangnya ke dunia orang mati, itu bedanya. Maka penyembahan roh, penyembahan dewa-dewa, penyembahan agama manapun tidak menolong engkau tenang dalam hidup. Lalu menyembah Tuhan membuat kita tenang? Tidak pada awalnya, tapi membuat engkau sadar di dalam keadaan tidak senang Saya berseru kepada Tuhan. Mari belajar menikmati ini. Mazmur 33 mengatakan Tuhan melepaskan jiwa mereka daripada maut memelihara hidup mereka pada masa kelaparan. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan. Menanti-nantikan pada saat apa? Pada saat terdesak. Di dalam keadaan terdesak, menanti-nantikan pertolongan dari Tuhan, “jiwaku menanti-nantikan Tuhan, Dialah penolong kita dan perisai kita”. Mungkin Saudara mengatakan “itu kan bagi orang yang sudah putus harapan, saya masih punya kekuatan”. Kalau begitu baca lagi ayat 16, “seorang raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa, seorang pahlawan tidak akan tertolong oleh besarnya kekuatan”. Di dunia ini kekuatan apa yang tidak punya imbangan? Saudara bilang “saya mau punya jenderal sebagai backing”, jenderal punya kekuatan imbangan yang membenci dia juga. Akhirnya banyak sekali kekacauan terjadi karena perimbangan itu ada. Saudara mau punya backup siapa, dia punya imbangan kekuatan yang bisa mematikan dia. Maka di sini dikatakan raja tidak akan selamat oleh besarnya kuasa. Kalau Nebukadnezar mengatakan “saya Raja Babel yang terbesar”, maka Persia muncul hancurkan Babel. Imbangan raja ada. Maka kalau kita mengatakan “bohong kalau saya berseru kepada Tuhan, saya aman. Harus ada backing yang real”, tidak bisa, backing yang real punya masalahnya sendiri, punya imbangan kekuatan yang akan mematikan dia. Yang tidak ada imbangan kekuatan hanya Tuhan. Siapa imbangan kekuatan Tuhan? Tidak ada yang bisa mengimbangi Tuhan. Itu sebabnya berbahagialah bangsa yang berseru kepada Tuhan. Dan ini yang akan membuat karakter yang baru di dalam bangsa-bangsa setelah mendengar Injil.
Paulus sedang mengatakan barangsiapa berseru kepada nama Tuhan akan diselamatkan. Mengapa ini penting? Karena kamu tidak pernah menjadi manusia yang sempurna, yang sejati, yang damai, yang tenang, yang penuh sukacita, sebelum kamu mengerti apa itu berseru kepada Tuhan. Jika kamu tidak punya Allah, maka kamu tidak mungkin hidup di dalam keadaan menang atas takut. Saya tidak mengatakan tidak boleh takut, tapi tidak akan menang atas takut. Orang yang sudah percaya Tuhan masih bisa khawatir? Masih. Masih bisa takut? Masih. Kalau begitu apa bedanya dengan orang lain? Bedanya adalah kamu bisa berseru kepada Tuhan. “Setelah berseru saya masih takut”, tidak apa karena Alkitab di Mazmur 33 mengatakan setelah berseru maka kamu menantikan jawaban Dia, bukan langsung hilang takut. Saudara takut “saya khawatir di pandemi ini, usaha saya hancur, keuangan sangat sulit, nanti ke depan yang pelihara anak-anak siapa?”, lalu ada rasa takut. Bolehkah kita mengabaikan itu dengan mengatakan “tidak perlu takut. Burung oleh dipelihara oleh Tuhan, bunga dipelihara oleh Tuhan. apalagi saya”, itu kalimat tidak langsung menghilangkan takut. Tapi kalimat itu akan mendorong kita untuk berseru kepada Tuhan. Kalau setelah berseru tapi masih takut, bagaimana? Tidak apa-apa karena Mazmur 33 mengatakan setelah berseru, tunggu Tuhan. Menunggu itu tidak pernah menyenangkan. Adakah diantara kita yang hobinya menunggu? Kalau ditanya “apa hobimu?”, “menunggu”, kalau antri sampai 500 “ini kesenanganku”, ketika diminta untuk menunggu begitu senang. Tapi ketika di depan loket, balik lagi mundur karena hobinya mengantri. Tidak ada orang yang hobinya antri, karena tidak ada orang yang suka menunggu, menunggu itu tidak menyenangkan, menunggu itu membuat kita sudah tahu kesenangan yang akan kita dapat tapi belum bisa dapat. Menunggu itu menyebalkan. Saudara tahu rasanya menunggu? Menunggu tidak pernah menyenangkan. Dan Mazmur tidak memberikan omong kosong atau janji kosong yang mengatakan “berserulah kepada Tuhan, semua takut langsung hilang”. Di sini dikatakan menunggu Tuhan dulu, baru nanti setelah Tuhan jawab, takutnya hilang. Sebelum Tuhan jawab bagaimana? Tunggu. Berseru dan tunggu, berseru dan tunggu, itu karakter dari manusia yang perlu ada dalam diri tiap kita. Apakah bisa diperoleh dari bangsa-bangsa penyembah berhala? Tidak bisa. Agama bisa memberikan ini? Tidak bisa. Lalu apa yang bisa memberikan ini? Hanya Injil. Injil membuat kita berseru dan menunggu jawaban Dia. Saudara menunggu Kristus datang kedua kali. Kita sekarang ada di dalam desakan peperangan dengan kuasa jahat, peperangan dengan dosa, peperangan dengan ketidak-adilan, peperangan dengan kejahatan. Dan kita tanya sampai kapan Tuhan? Tuhan mengatakan “tunggu sebentar lagi”.
Wahyu 6 mengatakan orang-orang martir yaitu para penginjil yang dipenggal kepalanya karena mereka berani memberitakan Kristus, rohnya ada di surga, menunggu. Wahyu 6, Saudara baca baik-baik supaya tidak salah mengerti tentang surga. Surga itu tempat menunggu. Orang-orang ini sudah di penggal sekarang ada di mezbah di surga, apa yang mereka lakukan? Berdoa kepada Tuhan “berapa lama lagi ya Penguasa yang adil, Engkau tidak balaskan darah kami?”, lalu Tuhan mengatakan “tunggu”, mereka harus menunggu. Tetapi berseru dan tunggu itulah kelimpahan menjadi manusia. Berseru minta tolong dan menunggu. Lihat betapa realnya berita firman Tuhan. Firman Tuhan mengatakan “jangan takut, pokoknya tenang saja”, tidak, kita bisa takut, kita bisa khawatir, tapi kita berseru kepada Tuhan dan Tuhan bilang “tunggu”. Ketika Dia berseru di atas kayu salib, Tuhan bilang tunggu. Tunggu kapan? Tunggu sampai kebangkitan. Yesus mati dulu sebelum dapat jawaban dari Tuhan. Ini sesuatu yang sangat menakutkan dalam pandangan orang yang tidak mengerti, tapi sangat indah dalam pandangan orang yang mengerti. Karena orang yang mengerti tahu setelah ini ada kebangkitan. Seorang bernama Walter Brueggemann mengatakan bahagia sekali menjadi orang beriman karena setiap kali mengalami kesulitan atau melihat kesulitan, akan mengatakan “don’t worry, jangan khawatir. Habis gelap terang, post tenebrasbas lux” ini adalah mottonya Reformasi setelah gelap terang, motto Reformasi. Maka Kartini itu tokoh Reformator, habis gelap terbitlah terang, post tenebras lux. Orang Reformator tidak bilang “post tenebras tenenbras tenebras lagi, tenebras semper”, habis gelap, gelap lagi. Setelah malam ada siang, setelah gelap terbitlah terang. Setelah malam terbitlah terang dan itulah hari berikut. Itu indah sekali kalau kita lihat di dalam kisah Kitab Suci. Hari dimulai dari malam, orang memulai hari dengan menunggu. Hari pertama, hari kedua, hari ketiga, hari keempat, hari kelima, hari keenam dari penciptaan kemudian jadilah gelap, jadilah terang, jadilah petang, jadilah pagi, hari pertama. Jadilah petang, kadilah pagi, hari kedua. Jadilah petang, jadilah pagi, hari ketiga. Tuhan menyuruh kita menantikan hari dengan menunggu. “Hari pertama ya Tuhan? Mengapa belum terang?”, “tunggu, ini masih sore, masih malam”. Itu sebabnya berseru dan menunggu adalah bagian dari keindahan menjadi manusia. Dan itu hanya dimiliki oleh orang yang beriman. Mengapa bangsa lain tidak miliki? Karena mereka tidak punya Tuhan yang mengatur sejarah dan mereka tidak punya Tuhan yang menemani mereka berseru. Maka agama-agama dan budaya yang tidak percaya kepada Tuhan yang sejati adalah agama-agama dan budaya yang memiskinkan hidup manusia. Setiap kebudayaan itu dibentuk oleh cerita agama, tidak ada yang tidak. Saudara mengatakan Eropa sekarang sekuler, tadinya mereka dibentuk oleh cerita Kristen dan sampai sekarang masih ada dampak. “Amerika semakin meninggalkan Tuhan”, iya, tapi mereka dibentuk oleh cerita Kristen. Dan cerita Kristen semakin kuat ketika desakkan ada pada mereka. Ada orang mengatakan “sekarang Barat menjadi post Christian era”, tapi ingat baik-baik, setiap kali ada perlawanan yang keras terhadap Kekristenan, Kekristenan diperkuat. Yang khawatir itu adalah kalau semuanya damai. Amerika sekarang Kekristenannya banyak sekali dapat serangan dari orang-orang orang-orang kiri, orang-orang left dari Amerika. Mereka anti penghargaan kepada janin, mereka bilang “sebelum orang dilahirkan dia belum orang, masih tubuh dari mamanya. Kalau mamanya mau mematikan dia, terserah. Jadi perempuan silakan hubungan seks, kalau ternyata hamil, tidak apa-apa karena bisa digugurkan. Kamu berhak untuk melakukan itu, kamu berhak mencari kesenangan dan kamu berhak bermain-main dengan nyawa yang belum jadi nyawa karena itu cuma bagian tubuhmu”. Orang Kristen tidak setuju “tidak bisa, janin itu sudah manusia, kamu tidak boleh bunuh dia. Aborsi itu sangat kejam karena kamu membunuh manusia”. Ini tidak bicara soal hal-hal yang merupakan exception, ada banyak, Saudara perlu punya bijaksana dari prinsip umum adalah ini kejahatan yang besar, mematikan orang di dalam kandunganmu itu dosa kepada Tuhan. Orang menyerang Kekristenan, Kekristenan makin bangkit. Makin didesak, makin ditekan, makin diserang, akan muncul kekuatan. Maka kalau kita mengatakan “puji Tuhan Kekristen di Indonesia aman-aman dan tenang”. Hati-hati, aman-aman dan tenang akan membuat keadaan tidur yang membuat rusak. Kalau dikatakan di tradisi Amerika dan Eropa sudah lupa Tuhan, sudah lupa Tuhan tapi tidak pernah tidak dibentuk oleh Tuhan, tidak pernah abaikan, tidak pernah berada dalam keadaan seperti itu seterusnya. Amerika dan Eropa pernah dibentuk oleh cerita Kekristenan. Semua bangsa muncul dari budaya yang pernah disentuh oleh agama. Dan hal yang indah, dikatakan oleh Johan Bavinck adalah bahwa setiap agama adalah cry for help, seruan minta tolong yang cuma bisa dijawab oleh Kristus. Bagi saya itu adalah pengertian atau definisi tentang agama yang sangat menggugah orang untuk menginjili. Johan Bavinck mengatakan setiap agama adalah seruan minta tolong, tapi kepada siapa? Mereka berseru tapi tidak kepada Tuhan. Kalau begitu Injil akan mengatakan “kamu berseru kepada yang salah, makanya tidak ada yang menjawab”. Kalau pun menjawab, tidak ada jawaban cerita. Kalau orang menyembah pohon kelapa, misalnya, “oh, pohon kelapa yang mahakuasa, tolong aku, aku baru dipecat dari pekerjaan, harap besok dapat kerjaan lagi. Tolong ya pohon kelapa yang mahakuat”. Lalu besoknya benar-benar dapat, dia langsung cinta sama pohon kelapa. Tapi cinta kepada pohon kelapa tidak memberikan dia cerita. Pohon kelapa ini tidak pernah punya cerita, tidak pernah mengatakan “aku sebenarnya menciptakan dunia dan aku memelihara dunia, dan aku menyelamatkan. Dunia sudah menyeleweng tapi aku hadir di tengah-tengah mereka untuk panggil mereka balik”, tidak ada cerita pohon kelapa bisa begitu. Dan ini bisa dikaitkan dengan dewa manapun. Setiap dewa yang ada dalam tradisi manapun itu ada ceritanya. Cerita tentang dewa ini, cerita tentang dewa itu, asal-usul ini asal-usul itu. Orang dulu senang sekali cerita asal-usul. Saudara pergi ke Tangkuban Perahu ada ceritanya. Mengapa bisa seperti ini? Ada perahu yang ditendang, lalu Saudara mulai berpikir “perahu mengapa besar sekali?”, Saudara mulai merasa aneh. Mengapa cerita-cerita muncul? Karena orang tidak mungkin menyembah tanpa cerita. Allah adalah Allah yang seharusnya punya story to tell, we have a story to tell to the nation. Setiap berhala ada cerita, tapi berhalanya tidak bicara sendiri, kita yang menceritakan itu. Maka semua penyembah berhala adalah novelis-novelis hebat karena mereka membuat cerita-cerita berhala yang tidak pernah punya cerita sendiri. Tapi kalau Saudara tanya kepada Tuhan “Tuhan, saya akan membuatkan cerita untuk Engkau”, Tuhan akan mengatakan “tidak perlu, Karena Aku sudah punya kisah. Kisah penciptaan, kisah penebusan dan kisah penyempurnaan ciptaan, Aku sudah ceritakan kepadamu”. He gaves us story, kata Richard Pratt di dalam bukunya, Tuhan memberi kita kisahNya. Maka ketika bangsa-bangsa menyembah berhala, mereka ada cerita. Berhalanya ada kisah, tapi kisanya tidak mendorong kita untuk berseru kepada dia. Karena kita lihat di kisahnya itu hanya ada chaos belaka, kekacauan belaka. Saudara mau tahu cerita dewa-dewa? Orang Yunani menganggap dewa mereka paling agung. Orang Yunani heran melihat orang-orang di tempat lain “mengapa dewamu binatang?”. Mereka akan sangat heran lihat orang-orang di Mesir, dewa kepalanya kodok dan ini merupakan dewa kesuburan. “Dewa kesuburan kodok? Mengapa? Apakah karena kodok subur atau bagaimana?”, tidak mengerti. “Mengapa dewamu kodok?”. Kalau orang Yunani dewanya cantik dan ganteng, kebanyakan seperti itu, tapi ada juga yang jelek. Jadi mereka membuat dewa menjadi panutan “saya ingin seperti dia”. Dewa-dewa Yunani itu sixpack semua, atlit-atlit olimpiade. Mereka adalah pelempar diskus, pelari maraton, hebat-hebat. Jadi waktu orang Yunani menunjukkan dewa-dewanya, mereka mengatakan “dewa kami paling unggul”. Baiklah kita pakai budaya yang katanya paling unggul, dewa-dewanya menjadi konsepsi ideal tentang manusia sempurna. Adakah dewa-dewa itu punya cerita yang bagus? Sama sekali tidak. Cerita tentang Zeus yang membunuh papanya, apakah itu cerita yang bagus? Apa bagusnya cerita anak bunuh papanya? Maka Saudara tidak mungkin punya ketenangan jika budayamu dibentuk oleh agama yang tidak tahu apa itu berseru dan menunggu kepada Allah yang sejati dan menantikan Dia. Nanti kita akan membahas lebih detail lagi tentang indahnya menunggu di dalam Tuhan, dalam waktu yang lain. Tapi dalam khotbah ini, ini yang saya mau tekankan bahwa semua bangsa membangun sebuah kebudayaan yang asing terhadap apa itu berseru dan menunggu. Dan kita menjadi orang Kristen jangan salah ya, Saudara jangan menjadi orang Kristen identitas dan kebudayaan itu terpisah. Saudara perlu punya identitas Kristen yang dihidupi. Karena tanpa menghidupi cerita Kristen, tanpa jadi orang Kristen, Saudara punya nama Kristen tapi isinya adalah berhala, isinya adalah ketiadaan kesempatan berseru, dan ketiadaan pembentukan di dalam menunggu Tuhan. Jika engkau tidak punya kebiasaan menunggu Tuhan setelah sebelumnya berseru kepada Tuhan, engkau berada dalam kebudayaan yang ekstra miskin, tidak peduli berapa banyak uang, berapa kaya dukungan politik, berapa hebat kita di masyarakat, jika tidak pernah berseru kepada Tuhan dan tidak pernah menunggu Tuhan, hidup kita tidak real dan hidup kita tidak menikmati Tuhan. Itu sebabnya Paulus mengatakan dulu cuma Yahudi, cuma Israel yang bisa berseru kepada Tuhan, tapi sekarang Tuhan menyatakan diri kepada bangsa-bangsa. Kepada siapa berseru? Kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. Bangsa-bangsa sekarang diundang untuk datang.