Bagaimana Kristus hadir? “Dengan Injil yang kamu bawa, kamu kan sudah kenal, sekarang kamu bawa itu ke tengah-tengah bangsa lain”, “tidak bisa, bangsa lain lebih inferior dari kami karena kami tidak punya Taurat”. Kalau bangsa lain lebih inferior, mengapa di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang punya kepekaan untuk menuduh diri sendiri? Coba kita pikir, ini satu bijaksana yang penting dalam teologi Paulus. Paulus selalu mengajarkan tentang kepekaan menuduh diri sebagai bagian dari spiritualitas Kristen. Bayangkan kalau hati nurani kita sudah diam. Ini Paulus yang sudah katakan, “kalau bangsa lain punya hati nurani, maka kamu lebih lagi. Karena kamu yang bertugas memelihara hti nurani sebuah bangsa. Kalau orang yang tidak kenal Tuhan masih punya rambu mana boleh mana tidak, kamu harus tahu rambu itu tidak akan bertahan lama karena tanpa Raja, Imam, Nabi yaitu Kristus, maka rambu apa pun di masyarakat akan semakin hancur. Bayangkan kalau kamu yang harusnya jadi penjaga mana benar mana salah, kamu sendiri tidak punya sense itu, mau jadi apa dunia ini? Itu yang Paulus katakan di argumen selanjutnya. “Kamu yang punya Taurat mengatakan jangan mencuri, kamu sendiri merampok. Jangan berzinah, kamu sendiri berzinah. Jangan membunuh, kamu sendiri membunuh. Itu tidak ada harapan”. Bagian ini sangat penting untuk menegur diri kita sendiri, bagi orang-orang ini, bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan sekalipun, tetap ada suara dalam hati yang bisa menegur mereka sendiri. Kalau mereka mengerjakan hal yang baik, suara itu bisa konfirmasi pekerjaan itu dengan mengatakan “iya, kamu sudah kerjakan yang baik”. Kalau mereka mengerjakan hal yang buruk, suara itu bisa muncul dan mengatakan “kamu jahat, kamu tidak seharusnya mengerjakan hal itu”. Mari latih diri kita untuk punya hati nurani yang terus dibentuk oleh firman. Lalu berbicara dengan berani untuk menegur diri kita. Berani menegur dengan mengatakan “kamu sudah keterlaluan saat ini, kali ini kamu sudah keluar jalur, kamu seharusnya tidak melakukan ini, kamu seharusnya tidak bertindak seperti ini”. Tapi kalau hati nurani kita biasakan untuk mati dengan cara mencari alasan sebanyak mungkin, maka kita akan menjadi orang Kristen yang parah dan ini yang ditangisi oleh Paulus. Maka biarlah kita mulai berpikir tentang bimbingan Tuhan lewat hati nurani sebagai hal yang penting, meskipun tidak bisa dipegang dan diandalkan. Karena nanti setelah Tuhan menyatakan Injil, baru ada hal yang bisa kita andalkan yaitu pribadi Kristus sendiri. Tapi kita tidak boleh mengaku memegang pribadi Kristus sambil membiarkan hati nurani kita dipermainkan oleh keberdosaan kita sendiri. Seringkali ketika kita melihat diri kita bersalah, kita akan mencari begitu banyak alasan untuk melegitimasi kesalahan itu dan ini bahaya. Semakin kita mencari pembenaran untuk kesalahan kita, semakin kita akan merasa hati nurani kita sebagai unsur yang tidak penting dalam hidup. Dan saya tidak mengatakan bahwa Saudara harus pura-pura terima kesalahan, ada orang bisa mengatakan “iya, saya terima kesalahan”, tapi hatinya tidak terima. Yang saya mau ingatkan adalah ada orang-orang yang punya hati begitu peka sehingga hati itu berkata kepada dirinya “kamu sudah salah”, dan orang itu akan dengar. Paulus mengatakan kalau bangsa lain punya hati nurani sedemikian, Tuhan akan terima, Tuhan akan pakai dia untuk menjalankan apa yang baik demi untuk membentuk komunitas yang akan memanusiakan manusia. Membuat manusia limpah hidupnya, membuat manusia menjadi baik dan benar. Orang-orang seperti ini akan Tuhan bangkitkan. Dan Saudara tidak perlu heran mengapa ada orang bukan Kristen tapi punya hati nurani yang baik, ada orang bukan Kristen tapi bisa kerjakan proyek kemanusiaan yang baik, ada orang bukan Kristen tapi bisa mengerjakan kepemimpinan dengan baik, ada orang bukan Kristen tapi bisa memastikan keadilan jalan apapun resikonya. Tapi Saudara harus tahu ini tidak bertahan lama, kecuali orang Kristen mulai bertindak. Orang Kristen tidak bertindak, keadaan baik tidak akan bertahan lama. Tapi bagaimana orang Kristen bertindak kalau keadaan orang-orang non-Kristen ternyata lebih baik di dalam daripada orang Kristen. Dan ini bukan hal yang mustahil, Tuhan memang memilih umatNya dari kalangan yang jelek, yang kecil, yang sangat tidak berarti seperti kita. Maka sangat mungkin diri kita yang lama muncul dan kita merasa baik karena status yang Tuhan berikan. Status yang Tuhan berikan tidak otomatis mengubah diri kita, status yang Tuhan berikan harus membuat kita dengan malu mengatakan “Tuhan, pembenaran yang Engkau berikan kepada saya tidak layak saya terima, maka saya ingin berjuang untuk hidup lebih baik, berjuang untuk hidup kudus supaya hati saya dan kebenaran firman yang saya ketahui boleh membimbing saya di dalam jalur hidup yang benar demi kemuliaan Tuhan”. Ini yang ditekankan dalam ayat 15.
Lalu ayat 16, “hal itu akan nampak pada hari bilamana Allah sesuai dengan Injil yang diberitakan”, atau terjemahan lain “sesuai dengan InjilKu akan menghakimi segala sesuatu yang tersembunyi dalam hati manusia oleh Kristus Yesus”. Paulus mengatakan Tuhan Yesus akhirnya menjadi Hakim yang final untuk menentukan mana orang yang punya motivasi hati baik, mana orang yang punya motivasi hati yang sudah korup, mana orang yang tulus, mana yang tidak, mana yang benar-benar kerjakan hal yang baik dan mana yang tidak. Dan ini akan nyata di dalam hari penghakiman pada waktunya. Ada beberapa penafsir mengatakan hari penghakiman ini bukan hari akhir itu. hari penghakiman adalah hari ketika Injil diperjuangkan di tengah masyarakat, maka orang-orang yang berjuang dengan cara benar akan klop dengan Injil itu. Sehingga kalau Saudara mau Injili seseorang dan orang itu tidak mau terima Kristus, Saudara jangan langsung silang dia dan mengatakan “ini orang jahat”. Sebaliknya, ada orang diinjili dan mau terima Yesus, Saudara jangan langsung beri tanda “ini orang baik”, siapa tahu dia orang yang terima Yesus, tapi masih kacau hidupnya, masih memperlakukan sesama dengan sewenang-wenang, masih tindas anak buahnya, masih perlakukan pembantunya seperti binatang, orang ini sudah menjadi Kristen tapi tidak layak menjadi Kristen. Orang-orang seperti ini benar-benar mesti ditegur dengan keras.
Maka Paulus mengatakan Tuhan menghakimi hati nurani, bukan statusmu. Sehingga Saudara harus melihat di sini, di dalam pemikiran Paulus di Surat Roma, concern dia lebih detail dari pada hanya sekedar selamat dan tidak selamat. Concern dia adalah pada kepantasan hidup bagi orang yang sudah diselamatkan, “kamu sudah selamat, mana perjuanganmu untuk perbaiki komunitas? Mana hati nurani yang sering menegur dirimu? Kamu sudah selamat, jadi suara bagi orang lain supaya mereka memastikan lingkungan menjadi tempat untuk memanusiakan manusia lain”. Maka bangsa-bangsa harus mendengar Injil karena bangsa-bangsa sangat dituntut oleh Tuhan untuk menjadi bangsa yang adil, yang benar, yang memunculkan kemanusiaan dan memberikan kelimpahan bagi hidup manusia di tengah-tengahnya. Itu sebabnya orang Kristen harus menyadari pentingnya mereka di tengah-tengah bangsa ini. Saya tidak tahu Saudara sadar atau tidak kalau Saudara itu penting. Penting sebagai komunitas, bukan penting sebagai individu-individu, mana bisa kita cuma satu per satu melawan dunia ini? kita mesti berpikir komunal, bahwa saya berbagian kecil tapi teman-teman saya orang Kristen juga berbagian kecil, sehingga secara keseluruhan gereja Tuhan sedang bertindak. Saya sangat sedih ketika Pak Tong mengatakan Kekristenan sudah ada di Indonesia ratusan tahun, tapi dampaknya tidak pernah sesignifikan yang kita harapkan. Maka saya harap Saudara menyadari hal ini, sehingga ketika pengertian firman diberitakan, Saudara dan saya mulai memperjuangkannya apa yang menjadi keinginan Tuhan, kehidupan yang damai, baik dan adil di tengah-tengah sebuah bangsa melalui berita Injil yang kita perjuangkan atau pun cara pandang hidup yang kita hidupi di tengah-tengah bangsa ini. Kiranya Tuhan kuatkan Saudara dan saya untuk berbagian di dalam mandat yang penting ini.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)