Bagaimana caranya sejahtera itu muncul? Dalam Teologi Reformed kita percaya sejahtera itu muncul dengan dua tindakan dari umat Tuhan. Tindakan pertama adalah penginjilan. Umat Tuhan akan beritakan Injil untuk tarik orang datang kepada Tuhan untuk menjadi umat, sama seperti kita sudah menjadi umat. Tindakan penginjilan tidak mungkin bisa dilakukan tanpa mengenal Kristus. Dan setiap orang yang sudah mengenal Kristus tidak mungkin boleh tidak memberitakan Injil. Hal kedua, disebut dengan mandat budaya. Di dalam mandat budaya, orang Kristen berjuang untuk membuktikan bahwa prinsip hidup dan cara pandang Kristen jauh lebih efektif daripada yang lain demi menyebabkan kesempurnaan manusia. Ini yang harus kita perjuangkan terus. Leonard Ravenhill pernah mengatakan problem paling besar dari Amerika itu bukan atheisme, bukan komunisme, problem paling besar dari Amerika adalah gereja yang tidak bertindak, gereja yang tidak mengerjakan tugasnya. Maka di dalam Alkitab, terutama di dalam Surat Roma, Paulus sedang menekankan pentingnya panggilan sebagai orang Kristen, sebagai pengikut Kristus. Karena sebagai pengikuti Kristus kita tahu tujuan yang Tuhan mau atas semua bangsa. Menjadikan mereka tunduk untuk rencana Tuhan menyempurnakan kemanusiaan, baik lewat Injil atau pun lewat mandat budaya. Baik lewat menyerukan supaya mereka percaya Tuhan Yesus atau dengan cara membagikan prinsip kita tentang hidup, cara pandang kita tentang masyarakat, politik atau apa pun. Kalau orang Kristen tidak punya tawaran ini maka kita akan menjadi bersalah kepada Tuhan, karena baik mandat Injil maupun mandat budaya tidak bisa lepas. Mandat budaya bisa kuat karena ada mandat Injil di dalamnya. Mandat Injil bisa menjadi kuat karena ada budaya yang menjadi concern-nya. Injil tidak bisa pisah dari budaya, budaya tidak boleh pecah dari Injil. Maka tidak ada kemungkinan lain selain menjadi murid Tuhan yang membawa bangsa-bangsa kembali kepada Tuhan untuk menjadikan bangsa-bangsa tunduk ke dalam rencana Tuhan. Maka di dalam ayat ke-14 Paulus mengingatkan bukan cuma Israel, bangsa-bangsa lain pun diinginkan oleh Tuhan untuk menjadi bangsa yang tunduk kepada Dia. Bangsa-bangsa lain pun diinginkan oleh Tuhan untuk menjadi bangsa yang menjalankan keadilan dan kebenaran. Dengan tema ini di dalam pikiran kita maka kita tahu bahwa baik Israel maupun bangsa-bangsa lain perlu jalankan mandat dari Tuhan, tapi baik Israel maupun bangsa-bangsa lain gagal menjalankan mandat ini. Terus gagal karena tidak ada Kristus. Jadi harus ada Kristus baru bisa beres.
Bagaimana Kristus bisa menjadi yang membereskan semua? Ini tema penting dari Paulus di dalam Surat Roma, karena di dalam Kristus sebuah umat mendapatkan kesempurnaan karena ada imam, nabi dan ada raja. Di dalam diri Kristus ada Nabi yang memimpin mereka, ada Raja yang memimpin mereka. Dan baik nabi maupun imam, maupun raja, ketiganya berkait dengan Taurat. Apa yang dilakukan raja? Raja memastikan Taurat berfungsi di tengah-tengah masyarakat, tidak ada yang memanipulasinya, tidak ada yang bertingkah tidak adil, raja akan menjadi penghalang bagi orang licik yang mencoba menghancurkan orang lain. Lalu bagaimana dengan fungsi imam? Imam menjalankan aspek ibadah dari Taurat. Doa, ibadah, persembahan, datang kepada Tuhan, semua dijalankan oleh imam. Bagaimana dengan nabi? Nabi berseru kalau orang melupakan Taurat, nabi mengajar supaya orang dapat mengerti Taurat. Apa bedanya nabi dan imam, bukankah imam juga mengajar? Perbedaan nabi dan imam adalah nabi jauh lebih kontekstual dengan problem, sedangkan imam jauh lebih dekat kepada tata cara, ibadah dan juga pengertian akan Tuhan. Imam akan bicara doktrin tentang Tuhan, doktrin tentang ibadah, doktrin tentang keselamatan dan lain-lain. Nabi akan bicara menegur situasi langsung, ini beda. Apakah Yesaya bukan imam? Yesaya imam, tapi fungsi Yesaya lebih banyak menegur terhadap situasi yang terjadi daripada mengeksposisi apa yang Taurat maksudkan. Imam adalah guru sehingga orang dapat mengerti apa itu Taurat. Nabi adalah suara sehingga orang sadar ada sesuatu yang salah di masyarakat. Maka tanpa imam, tanpa nabi, tanpa raja, bangsa-bangsa tidak mungkin bisa jalankan hati nuraninya atau pun menjalankan Taurat.