Tapi Kekristenan sudah menolong begitu banyak generasi untuk melihat hidup dengan penuh pengharapan. Sesuatu yang dimiliki oleh siapa pun, apapun dan tradisi agama mana pun, yaitu belajar melihat hidup sebagai bagian dari kehidupan yang akan Tuhan pulihkan dalam keadaan final nanti. Kalau pemulihannya nanti, sekarang saya dapat apa? Ini yang indah dari Kitab Suci, menawarkan pengertian kalau engkau bereskan hidup ini dari sudut pandang dosa, kamu singkirkan yang cemar, maka kamu akan tahu isu yang paling mendesak dalam dunia ini adalah penanganan dosa. Atau Saudara boleh memandang, andaikan kehidupan ini dipandang dari sudut pandang Tuhan, maka Saudara akan sadar ternyata melihat hidup dengan lebih baik itu mungkin dilakukan. Saudara akan mungkin melihat kehidupan ternyata bisa lebih baik. Lebih baik kalau apa? Kalau kita belajar soroti dari cara Tuhan. Ada banyak sekali hal yang bisa dibagikan dalam mengerti cara Tuhan, tapi saya mau rangkum dalam 3 hal saja berkait dengan tema kita hari ini. Hal pertama, melihat Tuhan sebagai yang menopang. Menopang bukan hanya sekedar menjadi fondasi, menopang dalam pengertian Surat Ibrani atau tradisi Mazmur, menopang itu kasarnya adalah memberi makan. Menopang itu adalah memberikan pemeliharaan yang nyata, itu topangan. Kalau Saudara mengatakan “aku mau percaya tradisi Yahudi Kristen, aku mau percaya Alkitab”, maka Saudara akan dihibur dengan satu fakta Allah adalah Allah yang memberi makan. Tuhan mengatakan kepada Ayub “kamu lihat burung unta, siapa pernah memberikan bijaksana kepada dia?”. Dia bertelur lalu tinggalkan telurnya begitu saja. Setelah itu dalam pemeliharaan Tuhan, telurnya bisa menetas, tanpa ada induk yang mengerami. Tuhan seolah mengatakan ini binatang yang tidak diberi akal budi untuk memelihara keturunannya, tapi Tuhan yang memelihara. Lain dengan manusia, Tuhan memberikan hikmat kepada manusia. Saya yakin ketika Saudara mempunyai anak yang baru lahir, Saudara tidak mengatakan “kamu belajar berdiri sendiri, cari makan sendiri.” Saudara punya akal budi untuk memeliharanya. Maka Tuhan mengatakan dengan berbagai cara Tuhan tetap memelihara, dengan memberi akal budi untuk hidup dari bayi bertahan. Jadi Tuhan sedang mengatakan di dalam kitab yang seringkali kita pikir sangat kelam, bahwa apa pun yang kamu lihat, pemeliharaan Tuhan ada di situ. Di dalam Mazmur dikatakan ketika binatang-binatang itu perlu makan, Tuhan memberi dan mereka kenyang. Tuhan membuka tanganNya dan berkat itu dicurahkan kepada mereka. Ini poin pertama, Tuhan senantiasa memberkati.
Hal kedua, penopangan tidak hanya memberi berkat, tapi memberi berkat yang mengarahkan kepada tujuan. Tuhan memelihara kita karena Tuhan ingin kita sampai pada tujuan tertentu, tujuan ini adalah ciptaan baru yang Tuhan sudah siapkan. Jadi Tuhan memelihara supaya seluruh ciptaan dibawa kepada keadaan finalnya, masuk ke dalam keadaan sempurna. Lalu hal ketiga, Tuhan menopang berarti Tuhan memberikan kita tempat untuk bergantung kepada Dia dengan seruan. Tuhan izinkan kita untuk jadikan Dia tempat bergantung dengan berseru, dengan doa. Ini yang tidak ada di dunia, dunia tidak punya gaya doa. Kalau Saudara mengatakan “semua agama ada doa”, coba definisikan doa. Kadang-kadang doa itu menjadi mantera yang diulang-ulang. Kita juga mengulang-ulang doa, tapi tentunya bukan sebagai mantera. Doa diulang-ulang supaya apa? Supaya dengan harapan kalau kita ulangi lebih bagus, nanti Tuhan mau dengar. Tapi berseru kepada Tuhan itu tema Alkitab yang indah sekali, yaitu bahwa Tuhan adalah Tuhan yang memahami seruan itu bukan dari sudut pandang pendengar jauh, tapi dari sudut pandang yang mengalami bersama. Kalimat ini sangat dalam, Saudara tidak bisa mengerti selain dari tradisi Kristen. Allah kita adalah Allah yang mendengar seruan kita. Dengar dari mana? Dari mengalami bersama. Ketika Israel berseru “kami sangat tersiksa, dianiaya oleh Mesir, kami jadi budak di sini, kehidupan tidak lagi memberikan kenikmatan, segala sesuatu buruk, hal yang kami alami hanya kepahitan hari demi hari”. Saudara bisa tahu berapa sengsaranya orang Israel ketika bangsa yang menaungi mereka bisa memutuskan apakah mereka mati atau hidup, maka mereka tahu mereka ada dalam keadaan yang tersiksa sekali. Di dalam abad 20 ada pernyataan kemerdekaan adalah hak setiap bangsa. Maka siapa bangsa merdeka harus berjuang bagi kemerdekaan bangsa lain. Kemerdekaan adalah hak, tapi pada zaman dulu hal ini tidak dimengerti. Israel menjadi budak dan mereka tidak sadar bahwa harusnya tidak begini. Ketika Mesir bisa memutuskan “saya putuskan hari ini anak sulungmu mati”, dan itu bisa terjadi, kasihan sekali. Lalu mereka mau teriak ke siapa? Ke Tuhan. Dan ketika Tuhan mendengar, dikatakan Tuhan bukan cuma dengar Israel, Tuhan mau hadir bersama mereka. Keinginan Tuhan untuk hadir, menunjukan bahwa teriakan kita ini bukan dari bumi ke surga. Teriakan kita ini adalah teriakan dari bumi ke surga kepada Dia yang rela datang dari surga ke bumi. Ini yang dipahami dalam iman Kristen. Waktu Saudara berdoa, Saudara bukan berdoa sendiri, ini sesuatu yang sulit dimengerti, tapi saya mau coba jelaskan. Waktu Saudara berdoa, Saudara berdoa kepada Dia, tapi Saudara juga berdoa bersama Dia. Coba cari agama mana yang ajarkan ini? Kalau tidak Tritunggal, mana bisa ini terjadi. Ini dibagikan di dalam Surat Ibrani. Siapa Yesus? Imam Besar kita, Dia berdoa bagi kita kepada Bapa. Sehingga waktu kita berdoa, kita tidak berdoa sendiri, kita berdoa bersama dengan Tuhan. Kalau berdoa dengan orang lain akan menguatkan Saudara kan, persekutuan doa itu selalu indah karena Saudara sadar yang bergumul bukan hanya Saudara sendiri. Bayangkan betapa indahnya Roma 8 ini ketika dikatakan kamu tidak berdoa sendiri, kamu berdoa bersama Roh Kudus. Roh Kudus ikut bergumul bersama dengan kamu, Allahmu memohon bersama dengan engkau di hadapan Allah, ini yang Alkitab ajarkan. Ini hal ketiga, Saudara mendapatkan Allah yang mau dengar seruan Saudara. Jadi Allah memelihara kita untuk mencapai tujuan dan senantiasa memberikan kelegaan waktu kita berseru kepada Dia, dan ini yang kita coba lakukan. Waktu Salomo berusaha membangun kebudayaan yang baik, dia cari semua itu dan kemudian sadar ada yang kurang. Yang kurang adalah dia mendapatkan hasil tangannya, tapi hasil tangannya tidak menyenangkan dia. Salomo punya hikmat yang dipahami oleh orang dalam Perjanjian Lama, hikmatnya adalah “kalau kamu mau hidup enak, buat tempat tinggal yang baik”. Tempat tinggal yang baik adalah gabungan dari kecanggihan arsitektural dan kesatuan dengan alam, ini tema dari zaman kuno. Salomo sadar sudah ada tempat indah tapi kurang pengetahuan, tidak bisa menikmat. Maka selain punya tempat yang bagus, Saudara harus punya pengetahuan. Tanpa pengetahuan, Saudara tidak bisa menikmati apa-apa. Lalu ketiga, untuk bisa menikmati hidup adalah Saudara tahu ada generasi selanjutnya yang akan meneruskan hidup di generasi yang sekarang ini, ada anak, ada keturunan yang harus dididik. Tapi Salomo mengatakan, “semuanya sia-sia.” Sia-sia itu bukan berarti tidak berguna, sia-sia berarti tidak cukup. Banyak orang mengatakan “apa gunanya belajar di kelas? Tidak berguna. Nanti waktu terjun di lapangan, semuanya tidak terpakai”, yang ngomong itu adalah orang bodoh. Guru yang baik harusnya mengatakan “yang kamu dapat di kelas itu baik dan perlu, tapi belum cukup”, itu baru bijak. Kalau tidak cukup, siapa yang membuat sempurna? Hanya Kristus. Itu sebabnya ketika Kristus menggenapi hidupNya, matiNya dan bangkitNya dengan sempurna menggenapi rencana Tuhan, maka kita bisa menikmati keadaan ditopang oleh Tuhan, ada pengharapan besar. Segala sesuatu yang buruk akan Tuhan singkirkan dan segala yang baik akan terjadi. Dan kalau belum, Saudara boleh berseru kepada Dia. Ini yang ditekankan dalam ayat 26, Roh membantu kita dalam kelemahan karena kita tidak tahu bagaimana harus berdoa. Kalimat yang lebih tepat bukan tidak tahu bagaimana harus berdoa, tapi yang lebih tepat adalah kita tidak tahu harus doakan apa. Ada saat dimana Saudara mengalami kehidupan yang buruk, lalu Saudara bahkan tidak tahu harusnya bagaimana. Kadang-kadang kita begitu bingung harus berdoa apa di dalam kondisi yang sangat berat, Saudara hanya tahu berseru “Tuhan tolong, tolong apa pun tidak tahu.” Ada kondisi hidup yang sangat berat, yang orang lain tidak mengerti, yang Saudara tahu seperti tidak ada jalan keluar, momen kita menghadapi keadaan seperti itu, kita mau doa apa pun kita tidak tahu. Tapi ini yang membuat kita bersyukur, kita tidak doa sendiri, ada yang lain yang ikut berdoa bersama Saudara. Roh Kudus berdoa bersama dengan roh kita, dengan keluhan yang tak terucapkan. Keluhan yang tak terucapkan itu bukan bahasa lidah, banyak orang ngawur menafsirkan Alkitab. Yang dimaksudkan disini adalah ketika engkau kehilangan kata-kata dan sanggup pikir apa, cuma tahu berlutut dan tidak tahu mau bicara apa, jangan khawatir, Roh Kudus berdoa bersama kamu. Allah memohon kepada Allah, Pribadi Ketiga kepada Pribadi Pertama, bersama dengan roh kita. Dan ini sebenarnya pengharapan Kristen yang sejati. Seburuk apa pun kondisi hidup, Saudara akan mengatakan “ada yang berdoa bagi saya, bersama saya”. Dan inilah yang membuat Kekristenan menjadi agama yang paling mungkin untuk membuat kita melihat hidup dengan pengharapan di dalam keadaan tidak ada pengharapan. Mari kita bersyukur menjadi orang Kristen karena ada yang berdoa bersama kita. Dan Allah yang desain ini, Allah yang memberikan RohNya supaya Dia berdoa bersama roh kita dengan keluhan yang kita tidak bisa ucapkan untuk sampai ke telinga Bapa dan mengabulkan permohonan itu.