Ayat 26 menekankan tentang pekerjaan Roh yang penting yaitu Dia bersama dengan roh kita memanjatkan permohonan kepada Allah dengan keluhan yang tak terucapkan. Ada kalimat yang penting dikeluarkan oleh Agustinus di dalam buku Confession, dimana dia menekankan perlunya jiwa kita berdiam di dalam Tuhan. Ada sesuatu yang indah dari Tuhan kita, bukan cuma karena Dia memberi berkat, tapi karena Dia memberi diriNya untuk menjadi satu dengan kita. Ini yang digumulkan oleh Agustinus, apa maksudnya satu dengan Tuhan, apakah kita kehilangan diri kita, kita melebur satu dengan Tuhan? Ini tentu tidak sama dengan pengertian satu dari agama tradisi new age. Ketika dikatakan kita satu dengan dunia, kita melebur, yang parsial, yang kecil seperti kita terhisap habis dalam dunia yang besar. Dengan demikian tidak ada sisa dari pribadi yang unik, yang ada adalah kesatuan yang besar. Ini pendekatan bukan dari Kristen, Kristen tidak percaya bahwa kesatuan kita dengan Tuhan adalah kesatuan yang melebur kita habis, lalu Tuhan menjadi segalanya dan kita menjadi tiada, bukan seperti itu. Tapi di dalam firman Tuhan, kesatuan itu adalah kesatuan yang sifatnya relasional dan perjanjian. Ada cinta kasih besar yang Tuhan bagikan dan ada cinta kasih besar yang kita responi kepada Tuhan, dan itu yang disebut dengan kesatuan. Maka di dalam buku Confession, Agustinus menekankan pentingnya untuk menyadari aspek ini dalam kesatuan dengan Tuhan. Saudara dan saya satu di dalam Dia, bukan karena kita hilang terhisap, tapi karena kita menikmati nyamannya ada di dalam Dia. Ketika kita menikmati nyamannya di dalam Tuhan, Agustinus mengatakan ini adalah saat kita beristirahat di dalam Dia, “jiwaku tenang berada di dalam Tuhan”. Dan pengertian istirahat ini sangat penting karena di dalam Kitab Suci, kisah penciptaan dilanjutkan dan dipuncakkan oleh istirahat. Allah adalah Allah yang beristirahat setelah Dia menciptakan 6 hari, hari-hari penciptaan itu, hari ketujuh Dia beristirahat. Dan kita sering salah memahami istirahat karena kita pikir istirahatNya Tuhan mirip kita, sudah capek lalu sekarang tenang. Tadinya capek menciptakan segala sesuatu, sekarang bisa istirahat tentang. Istirahat tidak ada kaitan dengan diam untuk pulihkan tenaga. Yang dimaksud dengan istirahat di Kitab Kejadian, terutama di dalam kisah penciptaan adalah inagurasi kehadiran Raja untuk mengambil takhtaNya di Bait yang sudah disiapkan. Ini pengertian istirahat di dalam pengertian dulu, zaman kuno. Waktu orang kuno membuat kuil, mereka akan susun hari pertama lakukan apa, hari kedua lakukan apa, lalu pada hari terakhir, mereka akan mengundang dewa mereka untuk berdiam di kuil itu, itu yang namanya istirahat. Bahasa yang mirip dipakai oleh Kejadian, meskipun tentu Kitab Kejadian tidak mengajarkan tentang adanya dewa-dewa. Dan Kitab Kejadian tidak membahas tentang kuil atau baitNya Tuhan adalah lokasi spesifik yang kecil di bumi, tidak. Kitab Kejadian menggambarkan seluruh ciptaan sebagai baitNya Tuhan. Lalu hari Sabat adalah hari dimana Tuhan berdiam. Tuhan hadir dan berdiam di bumiNya, di baitNya. Maka kehadiran Tuhan untuk bertakhta itulah yang namanya istirahat. Kita terus berpikir istirahat itu pemulihan tenaga, bukan seperti itu. Karena istirahat ini adalah duduknya Sang Raja di takhta, bukan hanya di langit, tapi juga di bumi. Karena digambarkan takhta yang utuh dimana Tuhan bertakhta di surga dan di bumi adalah tumpuan kakiNya. Takhta raja bukan hanya kursi tempat Dia duduk, tapi ada juga foot-stool tempat Dia menaruh kaki, semua ini adalah takhta. Allah kita adalah Allah yang bertakhta di surga dan di bumi, sehingga pada waktu Dia hadir dan Dia menyatakan “Akulah Raja dan sekarang Aku mengambil tempatKu menyatakan kuasa kerajaanKu di sini”, itu yang namanya istirahat. Demikian juga dalam hari-hari Sabat yang kita nikmati, hari Minggu yang kita jalankan, kita sedang beristirahat. Dan istirahat di sini bukan tidur, banyak orang salah mengerti sehingga waktu mendengar khotbah banyak yang tidur. Istirahat artinya Saudara bisa menikmati takhta Allah di dalam hari yang khusus, lebih dari pada waktu Saudara menikmatiNya di hari yang lain. Ada eskalasi waktu Saudara datang ke sini, ada menikmati Tuhan yang melampaui hari-hari yang lain. Kalau Saudara mengatakan “setiap hari bagi saya sama”, itu kurang Alkitabiah. Di dalam Kitab Suci ada hari khusus yang Saudara dedikasikan untuk menikmati takhta Tuhan karena ini adalah hari yang akan datang yaitu Sabat, dimana kita boleh berbagian di dalamnya. Pengharapan sejati yang digambarkan dalam Kitab Kejadian adalah Sabat. Tuhan bertakhta dan kita boleh berbagian. Itu sebabnya dalam hari-hari penciptaan, hari pertama sampai keenam selalu diakhiri dengan mengatakan “jadilah petang jadilah pagi, hari pertama”. Tapi hari ketujuh tidak pernah dikatakan “jadilah petang jadilah pagi, hari ketujuh”. Hari ketujuh adalah hari terbuka yang sampai sekarang masih berlaku, yang dijadikan oleh Tuhan sebagai tempat peristirahatan kita juga. Tuhan mengundang kita, “mari berbagian di dalam SabatKu”. Kapan Sabatnya? Pada waktu Tuhan datang untuk kedua kalinya, itulah Sabat sejati, itulah the final rest. Dengan demikian sukacita manusia terkandung di dalam pengharapan final rest, dimana rest tidak berkait dengan tidur siang, ini harus diingat. Maka kalau Saudara mengatakan “puji Tuhan hari Minggu sudah tiba, sekarang saya bisa istirahat lebih panjang dari biasanya. Kalau biasanya tidur siang hanya setengah jam, sekarang bisa 3 jam”, tidak, Sabat tidak ada kaitan dengan tidur siang. Tentu Saudara tidak akan dirajam kalau tidur siang juga, tapi pengertian yang penting bukan itu. Pengertian yang paling penting adalah kalau Tuhan sudah bertakhta, lalu Tuhan mengatakan “mari berbagian menikmati kemuliaan takhta Tuhan”, maka Saudara mengatakan “tentu Tuhan, saya mau berbagian, bolehkah saya berbagian?”, dan Tuhan mengatakan “bukan cuma boleh, tapi engkau diundang berbagian”. Sehingga di dalam hari-hari kita, kita menantikan hari itu. Ini tema yang banyak diulang di Roma 8. Kalau Saudara ingat di dalam pembahasan Roma 5, 6 kita banyak membandingkan Kristus dan Adam, ini tema yang berulang-ulang. Sedangkan dalam Roma 8, tema yang berulang-ulang adalah keadaan final yang kita boleh nikmati sekarang.
1 of 6 »