Maka di dalam Alkitab, di dalam Kitab Mazmur atau di dalam perkataan Yesus sendiri, waktu Dia mengatakan Taurat, Mazmur, kitab nabi-nabi itu adalah gambaran untuk menjelaskan seluruh Kitab Suci. Taurat sama dengan seluruh Kitab Suci. Jadi kata Taurat tidak hanya dibatasi di 4 kitab setelah Kejadian atau 5 kitab pertama kalau include Kitab Kejadian, tapi semua kitab. Bagian-bagian dari Mazmur, maksudnya seluruhnya, juga Amsal dan semua kitab itu dengan aman bisa dikategorikan sebagai Taurat, meskipun definisi ketatnya adalah 5 kitab pertama. Maka sama seperti kita melihat Injil misalnya memaparkan kepada kita kemuliaan Tuhan di dalam Kristus, demikian Taurat memaparkan kemuliaan Tuhan di dalam cara yang melibatkan umat ke dalam Tuhan. Dan Paulus merasa apa yang bisa membuat dia utuh sebagai manusia justru adalah yang akan membinasakan dia, “kemuliaan Tuhan akan membuat saya binasa”. Ini merupakan cara atau kebajikan yang tidak ada di dalam versi agama manapun atau di dalam etika manapun. Gentar di hadapan Tuhan, the fear of The Lord itu khas Kristen, khas Judeo Christian Tradition, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Di dalam tradisi penyembahan berhala, takut akan dewa artinya adalah jangan sampai kamu dihukum dewa, kalau kamu dihukum berarti kamu mati. Tapi takut akan Tuhan bukan begitu, takut akan Tuhan adalah begitu kagum kepada Dia, menyadari bahwa kita hanya mungkin hidup kalau kita bersatu dengan Dia. Namun juga menyadari yang menjadi sumber hidup sekaligus adalah sumber kematian saya, dan ini menakutkan. Saya mati kalau saya terpisah dari Tuhan, tapi saya juga mati kalau dekat dengan Tuhan. Ini dilema orang Israel, Jadi bagaimana? Kalau Tuhan hadir, kami mati. Kalau Tuhan tidak hadir, kami mati”, dilema yang sangat sulit. Dan mereka menemukan solusinya adalah dalam sang wakil, solusi ada lewat sang pengantara yaitu Musa. Musa menjadi pengantara yang berjumpa Tuhan dan menjadi penghubung untuk mereka bisa ada di dalam Tuhan. Jadi dari awal sudah diperkenalkan tentang kebutuhan adanya sang pengantara. Ini salah satu yang dikembangkan dalam teologi Reformed, terutama dalam pengaruh John Owen, ia mengingatkan kepada kita bahwa Alkitab dari awal sudah memberikan hint akan perlunya pengantara. Pengantara sangat perlu untuk kita hidup karena tanpa ada pengantara, sumber hidup kita sekaligus menjadi sumber kematian kita. Kemuliaan Allah yang menjadi sumber hidup justru menjadi kecelakaan kita karena kita berdosa. Maka kemuliaan yang seharusnya membuat kita hidup justru membuat kita “celakalah aku”. Jadi kemuliaan Tuhan yang seharusnya menjadi sumber hidup saya, sekarang menjadi sumber kematian saya. Dan cara apa pun yang Tuhan pakai untuk menyatakan kemuliaanNya, akhirnya membuat saya berespon “celakalah saya”. Dan Tuhan menyatakan kemuliaanNya dengan Taurat. Menjalankan Taurat dengan benar menghilangkan kesombongan. Karena membuat saya semakin mengerti lukisan tentang kemuliaan Tuhan dan semakin mengerti betapa rusak image Tuhan di dalam saya. Dan Paulus mengatakan “aku manusia celaka”. Lalu bagaimana solusinya?

Kita masuk bagian ketiga, solusinya dari “siapa yang melepaskan aku dari tubuh maut ini?”. Ayat 25 “syukur kepada Allah oleh Yesus Kritus Tuhan kita”, mengapa jawabannya hanya ini? Karena jawaban ini sudah menyebutkan kebutuhan sang mediator, pengantara. Bagaimana bisa mendapatkan Tuhan sebagai yang menghidupkan sekaligus mendapatkan kemungkinan selamat ketika bersentuhan dengan kemuliaan Tuhan. Apa yang membuat aku bisa masuk ruang suci dan tidak mati, apa yang bisa membuat aku bersentuhan dengan God’s footstool, dengan tumpuan kaki Allah, dengan tabut perjanjian dan tidak mati seperti Uza? Pengantara. Saudara perhatikan ketika Israel di padang gurun, selalu Musa yang menjadi pengantara untuk mendamaikan kedua belah pihak ini. Jadi di sini bukan trouble conscience karena gagal menjalankan Taurat, di sini adalah kesadaran bahwa kemuliaan Tuhan itu berbahaya bagi saya, tapi juga perlu buat saya. Kristus adalah Pengantara dan itu yang Paulus katakan sebagai solusi. Dia yang membuat kita boleh menikmati kemuliaan Tuhan. Dan ini merupakan berita sukacita, engkau boleh berbagian di dalam Tuhan, engkau boleh menikmati Taurat. Jadi Taurat bukan hanya sekedar larangan ini dan itu, Taurat adalah cara Tuhan menyatakan kemuliaanNya dan ajakan Tuhan untuk umatNya berbagian di dalam kemuliaanNya. Apa kemuliaan Tuhan? Kesabaran, kasih, keadilan, dan orang Israel harus mempraktekan kesabaran, kasih dan keadilan. Israel berbagian di dalam sifat Tuhan melalui menjalankan Taurat. Maka sekarang Paulus adalah orang yang melihat Taurat dengan benar. Taurat itu kesukaan sekaligus mematikan. Bagaimana supaya faktor mematikannya hilang? Kristus.

Kalau Kristus adalah solusinya, lalu apa yang menjadi aplikasinya kalau begitu? Paulus mengatakan di ayat 26 “jadi dengan akal budiku aku melayani dengan hukum Tuhan, tapi dengan tubuh insaniku, aku melayani hukum dosa”. Maksud Paulus adalah setelah kita berada di dalam Kristus, kita mengerti keindahan Taurat, kita mengerti keindahan kemuliaan Tuhan. Tapi di dalam diri kita ada sesuatu yang memberontak. Apakah pemberontakan ini membuat kita mati? Tidak. Ini berita sukacitanya, kematian sudah ditangani lewat Sang Pengantara yaitu Kristus. Tapi meskipun kematian sudah ditangani, bukan berarti kemudahan untuk menikmati kemuliaan Tuhan adalah sesuatu yang dengan mudah saya jalani. Ada problem besar yaitu diriku yang lama, itu yang maksudnya fisik, kedagingan, tubuh insani, “diriku yang lama masih lebih menyenangi kehidupan anti Tuhan, sedangkan diriku yang baru menyadari hidup sejati ada di dalam Tuhan”. Sekarang Saudara menyadari di dalam Kristus ada 2 kuasa yang bertentangan, dimana kuasa yang jahat ini pelan-pelan mati bersamaan dengan tubuh. Ini yang menarik, bagi Paulus kekuatan lama yaitu kekuatan dosa sedang surut bersama tubuh kita, bukan berarti tubuh jelek. Paulus sedang memaparkan bahwa tubuh kita akan diperbarui, tapi sebelum tubuh itu diperbarui, tubuh kita semakin surut. Dan yang menariknya Paulus mengatakan surutnya tubuh itu beriringan dengan surutnya kemampuan dosa untuk memperpanjang pengaruhnya di dalam hidup kita. Kematian akan menjadi pembebas dari keadaan lama. Ini bukan berarti Saudara mau cari mati, “Tuhan, saya ingin mati supaya saya bebas dari dosa”, bukan seperti itu. Tapi yang Paulus katakan adalah efek dosa makin lemah seiring dengan tubuh kita yang nanti akan diperbarui. Semakin lemah semakin lemah dan akhirnya mati, lalu muncul yang baru. Di dalam keadaan kita di dalam Kristus, kita sedang bergumul dengan 2 kekuatan. Kekuatan pertama adalah kekuatan dari Tuhan yang menyadarkan kita akan perlunya berbagian di dalam kemuliaan Tuhan. “Kalau tidak untuk Tuhan, saya mati”, tapi di sisi lain ada bagian lama kita yang bodoh, yang tidak bisa diberi tahu, yang benar-benar ngotot, cuma hidup di dalam kedagingan, hidup tidak peduli Tuhan. Dan keadaan ini merupakan keadaan yang merongrong keadaan yang baru. Saudara harus mengerti ini fakta, Saudara harus berperang, kalau tidak, Saudara bukan orang Kristen yang sungguh-sungguh. Jika tidak ada niat memerangi keadaan lama, maka Saudara belum mengerti keindahan keadaan yang baru dan itu problem. Yang tidak mengerti tidak akan pernah mengatakan seperti Paulus “celaka, tapi aku harus berbagian dalam kemuliaan Tuhan. Kemuliaan Tuhan mematikan saya, tapi kemuliaan itu membuat saya harus hidup. Saya tidak punya cara lain untuk menikmati Tuhan selain berbagian di dalam kemuliaan Tuhan, tapi itu mematikan saya”. Saya tidak tahu apakah engkau pernah merasakan pergumulan ini atau tidak. Atau dengan enteng mengatakan “sudahlah, yang penting hidup saya oke, Tuhan mengasihi saya”. Tuhan mengasihi engkau, tapi engkau mengabaikan kasihNya, engkau belum selamat. Tuhan mencintai engkau, tapi engkau tolak kasihNya. Siapa bilang engkau selamat? Jika tidak ada secuil cinta untuk Tuhan di dalam hatimu, yang makin lama makin besar bertumbuh, mengubah kamu menjadi orang yang mulai benci sifat lama, mulai cinta Tuhan dengan rela berkorban, engkau belum Kristen. Saya mau tanya pengorbananmu apa, apa pernyataan cintamu untuk Tuhan sejauh sudah jadi Kristen berapa lama. Jangan tipu diri, Saudara tidak cinta Tuhan, engkau belum Kristen. Tapi ketika Saudara mengatakan “saya mau mencintai Tuhan, tapi ada problem, saya masih diganggu kehidupan lama”. Ini pertanyaan penting, apakah kehidupan lama mengganggu engkau, atau kehidupan lama begitu aman di dalam engkau karena cuma itu yang engkau miliki. Kalau hanya ada satu sifat dalam dirimu, sifat yang lama, tidak ada pergumulan. Maka tidak mungkin engkau mengatakan seperti Paulus, “saya orang celaka”, tidak ada celaka karena tidak di dalam Tuhan. Maka saya minta Saudara tidak tenang kalau Saudara belum benar-benar di dalam Tuhan, selidiki lagi dirimu. Apa ekspresi kasihmu bagi Tuhan? Ingat, satu sifat dalam diri kita tidak akan membuat kita ribut. Nikmat yang lama itu palsu, nikmat yang baru itu yang sejati. Tapi yang lama akan mengatakan “kata siapa? Sudahlah, ayo terjun lagi”. Lalu Saudara jatuh lagi, bergumul lagi, kemudian bangkit lagi. Pergumulan seperti itu tidak habis-habis, sampai mati. Tapi ketika pergumulan ini tidak ada, Saudara nyaman dalam keberdosaan, then there is something very wrong with you. Paulus mengatakan “aku manusia celaka”, lalu bagaimana pertolongannya? Di dalam Kristus.

« 3 of 4 »