Sampai Agustinus mengatakan hal paling penting yang Tuhan mau nyatakan ke dalam karya penciptaanNya ada dua, Allah yang bebas dan Allah yang mengasihi ciptaan. Mengapa Tuhan mencipta? Karena Dia bebas, karena Dia mengasihi. Sedangkan agama apa pun yang percaya Allah itu satu dan bukan Tritunggal, dia akan menyatakannya dengan cara yang beda. “Mengapa Allah mencipta?”, “supaya Dia bisa belajar mencintai, karena cinta itu harus selalu keluar”. Maka Agustinus mengatakan hanya Kekristenan mengatakan “Allah mencipta dari tidak ada menjadi ada”. Mengapa Tuhan bisa mencipta dari tidak ada menjadi ada? Karena Dia bebas dan penuh cinta. Mengapa Dia bisa penuh cinta? Karena Bapa, Anak dan Roh Kudus ada dalam relasi kasih. Yang menyatukan pribadi Tritunggal adalah substansi Allah adalah kasih. Allah mengasihi maka Dia keluar dari DiriNya, Dia menciptakan keberadaan di luar diriNya untuk Dia cintai. Dan keberadaan di luar diriNya ini diundang oleh Dia untuk menikmati cinta Dia. Mengapa Dia menciptakan manusia? Supaya manusia diciptakan dan diundang masuk ke dalam. Kalau mau diundang masuk ke dalam berarti mesti ada di luar dulu, maka manusia diciptakan di luar Allah, Allah tidak mungkin menciptakan Allah. Mengapa manusia tidak masuk dalam relasi Tritunggal? Supaya bisa diundang. Ini kalimat-kalimat indah yang coba dia temukan. Maka kalau Saudara bertanya “bagaimana cara Tuhan mengatur segala sesuatu?”, Tuhan mengatur segala sesuatu dengan kedaulatanNya, Dia berdaulat, Dia tetapkan semua. Kalau Dia sudah tetapkan semua, bagaimana Dia menjalankan ketetapanNya supaya terjadi? Dengan bebas dan kasih. Ini yang Agustinus renungkan, bagaimana bisa Allah memastikan semua yang Dia rencanakan jadi, tapi Dia memastikannya juga dengan bebas dan kasih. Saya tanya, Yudas mengkhianati Yesus, itu sudah dalam ketetapan Tuhan atau tidak? Sudah. Berarti Yudas tidak salah? Yudas tetap salah, karena dia menjual Yesus di dalam kebebasannya sendiri. “Bapak mengatakan dia sudah ditetapkan begitu, mengapa bapak mengatakan dia bebas?”, karena cara Tuhan menjalankan ketetapanNya adalah dengan cara memberikan kebebasan. Tuhan tidak pernah mengambil kebebasan manusia. Allah yang bebas bertindak memilih untuk mengasihi dan Allah yang menciptakan manusia memberikan kebebasan kepada manusia dan mengajarkan kepada mereka untuk memilih di dalam kasih. Tapi herannya apa yang Tuhan sudah tetapkan tidak ada satu pun yang meleset. Ini kekuatan, kemahakuasaan yang kita tidak bisa pelajari. Kalau saya mau pastikan semua orang bergerak sesuai dengan yang saya mau, saya akan pakai power, senjata, ancaman. Tapi Tuhan memastikan rencanaNya jadi dengan kebebasan dan kasih. Agustinus kagum sekali waktu membaca ini “Allahku adalah Allah yang bebas. Allahku adalah Allah yang penuh kasih”, Allah yang bebas dan penuh kasih memutuskan untuk mencipta. Dan Allah yang bebas dan mengasihi, membawa orang untuk mengalami kebebasan Dia dan cinta kasih Dia melalui mengamati ciptaan. Maka dia sangat kagum kepada Allah justru karena karya penciptaan ini. Di dalam buku Confession dia menulis, satu kali dia melihat seekor kadal menelan laba-laba, dia kaget “laba-laba dimakan kadal, ini tanda dunia sudah jatuh dalam dosa”. Tapi tiba-tiba ada perasaan dalam hatinya yang mengatakan “jangan sembarangan sebut dosa, memang benar di dunia ada dosa tapi jangan pikir bahwa segala proses alam adalah sesuatu yang berdosa. Kalau bukan dosa mengapa begitu mengerikan? Agustinus mengatakan “saya pun tidak mengerti, tapi saya tidak akan cepat menghakimi Tuhan. Saya akan mengatakan how great Thou art dulu, lalu pahami what great about God, apa yang hebat dari Tuhan di dalam peristiwa rantai makanan ini?”. Saya pikir itu kalimat yang bijak, kita tidak dengan cepat mengambil kesimpulan untuk hal yang masih misteri bagi kita. Agustinus mengatakan seringkali orang melihat alam lalu mengatakan “ini akibat setan”. Kadang-kadang kita mengatakan “penyakit pasti dari setan”, siapa bilang? Mungkin penyakit ini malah menyatakan kemuliaan Tuhan. Maka jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, renungkan apa yang indah dari Tuhan di dalam keadaan yang mungkin kurang indah bagi kita. Maka Agustinus mengingatkan ciptaan itu begitu indah, diciptakan oleh Tuhan yang bebas dan penuh cinta kasih, mari kita renungkan dalam  hal apa keindahan dan kemuliaan Tuhan dinyatakan di dalam ciptaan itu?

Lalu direnungkan dalam kemanusiaan, “aku pun ciptaan Tuhan, lalu apa yang indah dari aku di dalam kehendak Tuhan?”, dia mulai belajar keindahan yang kita miliki sebagai manusia adalah Tuhan bebaskan kita dengan cinta kasihNya. Karena karya Tuhan mencipta sama juga dnegan karya Tuhan menebus, didorong oleh kebebasan Tuhan dan cinta kasih. Maka tema yang sebelumnya dipakai untuk penciptaan, sekarang dipakai untuk penebusan. Maka kebebasan dan kasih adalah yang Tuhan berikan kepada kita sehingga kita bisa lepas dari belenggu yang lama. Ini yang Paulus maksudkan “kamu tidak lagi dikuasai oleh kedagingan, jangan layani dia”. Ini dikatakan di ayat 12 “kita adalah orang berhutang tapi bukan kepada daging, jangan hidup menurut gayamu yang lama”. Gayamu yang lama adalah contoh perbudakan yang kejam sekali. Saudara diperbudak dengan kejam karena Saudara mendambakan bebas dan mendambakan kasih tetapi dengan jalan yang salah. Kita ingin kebebasan dan cinta kasih, tapi kita dapat dengan cara yang salah, dari mana dapatnya? Dari dunia yang jatuh dalam dosa. Maka keberdosaan membuat kita mencari kebebasan, mencari cinta kasih, dan penerimaan dengan cara yang salah. Mengapa orang korupsi? Orang korupsi supaya nanti bisa beli mobil mewah. Waktu orang lihat mobil merah, langsung dihormati, ini yang dicari. Dosa mengarahkan kita untuk mencari penerimaan itu dengan cara yang salah dan kepada pribadi yang salah. Karena itu Agustinus merasa di Milan dia mendapatkan yang paling banyak, tapi di Milan adalah tempat dimana dia merasa paling kosong. Mengapa merasa kosong? Baru sadar “karena jiwaku di tempat yang tidak semestinya”. Maka ketika orang jatuh dalam dosa, dia berhutang kepada dosa. Dia pikir dia berhutang kepada dosa lalu dia penuhi gaya hidup yang lama, cari cara untuk diri semakin diterima dan disayangi. Kita perlu cinta kasih dan kita cari di tempat yang salah. Kita membelenggu diri untuk hal-hal yang kosong itu. Padahal yang paling jiwa kita perlukan adalah cinta dari Pencipta alam semesta. Jika Dia mencipta alam semesta dengan kasihNya, maka kasihNyalah yang menggerakan segala sesuatu. Kasih Dia menggerakan segala sesuatu dan membuat segala sesuatu ada di tempat yang tepat. Maka saya katakan tadi mengapa kita tidak mengerti bahwa singa itu baik? Karena kita takut dimakan oleh dia. Tapi kalau kita tahu ada tempat bagi singa di dalam seluruh keindahan keajaiban ciptaan Tuhan, baru kita sadar bahwa Allah kita adalah Allah yang mulia. Saudara tidak bisa menikmati singa, kecuali Saudara ada di dalam level pengertian yang Tuhan mau bagikan mengenai mengapa ada singa. Semua ciptaan punya tempat untuk menjadi indah. Bagaimana dengan manusia? Manusia pun menjadi indah jika dia menjalankan kemanusiaannya kalau tahu dia dicintai oleh Tuhan karena pengetahuan dia dicintai oleh Tuhan membereskan banyak sekali masalah. Banyak orang tidak sadar masalah akan menjadi indah kalau dibereskan dengan cepat. Ketika Saudara mau menjadi manusia, Saudara menyadari ada begitu banyak hal di dalam seluruh ciptaan yang akan membuat kita mencapai level kita di dalam cara Tuhan. Sama seperti ada cara untuk membuat seekor binatang masuk ke dalam level dia dalam ciptaan Tuhan. Maka ciptaan ini meaningless, tidak ada yang bermakna di seluruh ciptaan jika semua hal yang detail di dalam ciptaan tidak dipahami sebagai satu kesatuan dalam rencana Tuhan. Maka manusia menjadi manusia kalau dia mendapatkan kelimpahan hidup. Kelimpahan dapat dari mana? Jika dia mengetahui dia dicintai oleh Tuhan.

« 2 of 3 »