Apa beda pendeta palsu dan pendeta asli? Pendeta palsu mengajarkan Krestologi, mengajarkan ajaran muluk-muluk. Ini sudah banyak terdapat di gereja tetapi jemaat tidak sadar. Waktu pendeta berkhotbah terlalu indah, terlalu hebat, terlalu fantastis, tapi itu tidak disadari. Mari kembali ke Kitab Suci. Peringatan sudah diberikan dari 2.000 tahun lalu oleh Paulus, tapi kita terlalu lambat mendengar. Kita senang mendengar ajaran yang muluk-muluk. “Kalau saya berkhotbah, saya akan didengar oleh begitu banyak orang karena kuasa saya kuasa langsung dari Tuhan dan saya lebih spesial dari hamba Tuhan manapun. Sebab saya melihat Dia langsung”. Lalu orang mengklaim bahasa lidah menjadi bahasa spesial yang membuat seorang pengkhotbah lebih unggul daripada pengkhotbah lain, karena ada kekuatan langsung diberikan oleh Tuhan. Tapi tidak ada argumen apapun, kalau dia mengajar “saudara-saudara pokoknya kamu harus menyembah Yesus. Tritunggal itu Yesus, Bapa itu Yesus, Roh Kudus itu Yesus, Yesus itu Yesus”, ini kan ajaran salah. “Tapi pendetaku bisa bahasa lidah, sudah terima saja, karena dia punya kemampuan lebih hebat dari pendeta lain”. Jadi apapun yang dia katakan, kita terima. Kalau pendeta mengajar “saya diberikan mandat oleh Tuhan untuk jadi distributor minyak urapan. Pokoknya minyak urapan harus dari saya”, orangnya sudah tidak ada, tapi mungkin diteruskan sama siapa, saya tidak tahu. Orang-orang ini selalu kreatif, kalau yang satu sudah menemukan yang satu, yang lain akan menemukan produk lain lagi, yang luar biasa kreatif. “Saya adalah distributor tunggal untuk minyak urapan. Minyak urapan didistribusikan hanya oleh saya, tidak buka cabang. Jadi kalau ada yang lain mengklaim ada minyak urapan, itu palsu. Yang asli adalah yang ini, sudah beberapa tahun berdiri”. Maka waktu orang-orang ini mengajarkan hal yang muluk-muluk, yang tidak mungkin diterima oleh akal sehat bagi orang yang mau berpikir sehat, “mana mungkin ajaran pendeta ini bisa diterima, ajarannya terlalu ngawur”, “tapi dia punya mandat khusus dari Tuhan, dia itu lebih dekat ke Tuhan daripada yang lain”, itu muluk-muluk dan orang naif akan tertipu. Kadang-kadang saya khawatir juga dengan jemaat GRII karena tidak mendengar argumen tapi melihat tokoh. Misalnya Saudara sangat kagum khotbah Pdt. Stephen Tong, saya juga kagum, tapi beda ada orang kagum Pak Tong karena merasa Pak Tong itu dekat dengan Tuhan. Sedangkan saya belajar mengagumi Pak Tong karena Pak Tong memberi argumen dari pengajaran yang diberikan dari mimbar. Saudara yang mana? “Pak Tong mengatakan apapun pasti benar, karena dia dekat dengan Tuhan. Kalau lihat wajahnya itu ada aura pancaran kemuliaan Tuhan seperti Musa”, kalau Saudara percaya Pak Tong seperti itu berarti Saudara orang naif yang akan gampang diselewengkan, untungnya Pak Tong tidak mengajarkan ajaran yang muluk-muluk itu. Tapi kalau Saudara percaya Pdt. Stephen Tong karena Saudara anggap dia sangat dekat dengan Tuhan berarti Saudara naif, sama seperti orang-orang yang ditegur oleh Paulus. Tapi kalau Saudara mengatakan “saya dengar ajaran Pdt. Stephen Tong, saya selidiki, saya berpikir lagi, saya selidiki di dalam Kitab Suci dan saya diyakinkan ajaran ini benar”, baru Saudara bisa disebut sebagai orang yang berhikmat, yang bertumbuh di dalam iman dan di dalam sound thinking, di dalam berpikir secara sehat. Hati-hati terhadap Krestologi, hati-hati terhadap semua pengajaran muluk, semua pengajaran yang terkesan begitu spektakuler. Makin spektakuler makin bahaya, makin menekankan ajaran sehari-hari makin menekankan kaitan doktrin dengan kehidupan manusia, ini yang paling baik. Saudara menemukan Allah adalah Allah yang memang luar biasa, memang mulia, sesuai dengan ajaran Alkitab. Dan Saudara membagikannya secara fakta dan berkait dengan kehidupan sehari-hari, itu yang baik. Calvin setiap kali khotbah menekankan prinsip brevity, “saya tidak menjelaskan terlalu muluk, saya menjelaskan dengan ketat apa yang Alkitab ajarkan. Dan saya mau kaitkan itu dengan kehidupan rohani jemaat. Biar jemaat bertumbuh melalui ajaran yang terdengar sederhana tapi membuat jemaat semakin mengerti Kitab Suci. Inilah perbedaannya muluk-muluk, bicara hal-hal yang seperti supranatural, bicara hal-hal yang terlalu miraculous, terus menyebut hal-hal yang sifatnya mujizat, ini muluk-muluk, ini Krestologi, bukan Kristologi. Hal yang paling unik, yang paling mengagumkan dari Kristus bukan karena Dia mulia, semua sudah tahu Dia mulia. Tapi di dalam Surat Filipi, Paulus mengatakan hal yang paling mengagumkan dari Kristus adalah Dia rela mengambil rupa seorang hamba, rela menjadi manusia dan mati di atas kayu salib, inilah yang unik, inilah yang indah dan mulia dari Kristus. Biar kita menyadari pentingnya mewaspadai ajaran yang bersifat muluk-muluk.

Lalu yang berikutnya, Paulus mengatakan “selain kata-kata yang muluk-muluk, mereka punya bahasa yang manis. Bahasa yang manis ini disebut eulogi. Eulogi atau evlogi atau apapun cara baca Yunaninya saya tidak punya logat Yunani. Ini adalah ucapan yang biasanya diberikan untuk orang yang sudah meninggal. Biasanya eulogi akan membesar-besarkan jasa orang itu, orangnya sudah tidak ada. “Orang ini sudah meninggal. Waktu hidup dia baik sekali”, padahal tidak sebaik itu. Saudara pernah dengar ada orang memberi kesaksian tentang orang yang sudah meninggal, lalu kesaksiannya faktual sekali, “almarhum ini memang menyebalkan sekali”, tidak ada yang seperti itu. Masa sedang sedih lalu membuat kalimat-kalimat yang menyatakan fakta, yang jelek-jelek tidak perlu dibagikan. Kalau ada seorang meninggal, lalu anaknya memberi kesaksian di dalam kebaktian kedukaan, tentu anaknya tidak akan umbar kepahitan. Saya tahu satu jemaat yang sangat tidak cocok dengan papanya, karena memang papanya jahat. Lalu papanya meninggal, kita layani. Lalu waktu dia ingin memberikan kesaksian, saya dalam hati berdoa, “Tuhan, jangan sampai orang ini curhat. Tuhan tolong, nanti dia sendiri yang diburukkan orang”, masa papanya meninggal dan dia mengatakan hal yang jelek. Lalu waktu dia kesaksian, dia tidak bohong tapi juga tidak terlalu polos membagikan segala kebusukan orang itu waktu hidup. Dia mengatakan “Tuhan beranugerah besar bagi kami”, itu yang paling baik, konsentrasi ke Tuhan. “Tuhan beranugerah besar bagi kami, karena memberikan kami kesadaran bahwa Tuhan baik, Tuhan sanggup memelihara orang yang berdosa seperti kita dan papa. Papa orang berdosa, also are we. Kita orang berdosa, papa juga berdosa. Kita orang yang perlu bertobat, papa juga orang perlu bertobat. Jadi Tuhan melatih kita untuk melihat kemuliaan Tuhan, kesabaran Tuhan di dalam diri kita dan di dalam diri papa”, selesai, bagus ya. Coba kalau dia curhat “papa itu gawat, semua orang yang kenal dia akan setuju dengan saya”, itu tidak bagus. Itu namanya eulogi, jadi setiap kalimat-kalimat bagus dikatakan tentang orang yang sudah mati itu.

Tetapi di dalam pengertian Paulus tentu bukan eulogi kepada orang mati. Ini eulogi untuk membesar-besarkan jemaat, “kamu spesial, kamu sangat menarik, kamu hebat, kamu itu luar biasa”, tapi luar biasa apanya? Di dalam ajaran Alkitab ditekankan kita tidak luar biasa, kita remeh dan rendah, tapi Tuhan mengasihi kita. Tuhanlah yang mengagumkan bukan kita. Eulogi akan membuat Tuhan tidak besar tapi manusia besar. Saudara pernah mendengar khotbah yang mengatakan “kamu itu spesial, karena spesialnya kamu Tuhan pun tidak mungkin tidak tebus”, ini kalimat gila yang pernah saya dengar dari kesaksian dari satu orang MC di sebuah persekutuan, saya tidak perlu sebut dimana, di satu tempat di bumi. Orang ini MC-nya keterlaluan, dia mau mengajak jemaat nyanyi, tapi kadang-kadang kalau MC tidak ngerti doktrin, waktu mengajak nyanyi pun bisa membuat orang jadi sangat sesat. Dia mengatakan “kita ini sangat spesial, Tuhan begitu anggap kita spesial spesial, sehingga tidak mungkin dia tidak menebus kita”, mana dasarnya di Alkitab? Jadi Tuhan lihat Jimmy Pardede, “bagus sekali orang ini, sayang kalau tidak ditebus”, itu salah. Tuhan melihat kita apa adanya, ini yang dikatakan Martin Luther dan dikatakan Paulus di dalam Kitab Suci juga. Tuhan lihat kita apa adanya dan adanya kita adalah cemar dan dosa. Di dalam Roma 3 dikatakan tidak ada yang bagus dari kita, apapun dari kita itu busuk bagi Tuhan, apapun dari kita itu jelek di dalam pandangan Tuhan. Maka Tuhan yang melihat kita apa adanya, Tuhan tahu kita lebih bagus, lebih penting, lebih akurat dari orang lain. Tuhan lihat kita dan Tuhan lihat akurat kita, “kamu orang yang bobrok, kamu pendosa yang tidak ada harapan”. tapi Tuhan masih mencintai. Ini yang penting, ini yang harusnya diajarkan. Tapi kalau eulogi akan mengajarkan “kamu itu spesial, kamu itu hebat, Tuhan tidak mungkin tidak mementingkan kamu. Kamu harus datang ke gereja, kalau kamu tidak ke gereja, Tuhan kesepian”, ini cara penggembalaan yang paling sukses untuk membuat orang jadi bidat. “Kamu sudah lama tidak ke gereja, tahu tidak Yesus menangis karena kamu tidak ke gereja?”, dari mana pengertian ini? Saudara yang perlu Tuhan bukan Tuhan yang perlu Saudara, jadi jangan balikan konsep ini. Kalau khotbah terlalu menyanjung-nyanjung kemanusiaan, akhirnya Tuhan tidak diberi tempat yang mulia. Saya ingat buku yang penting yang mengatakan ketika Allah dianggap kecil dan manusia dianggap besar, ini dosa manusia. Coba cari buku itu, saya lupa penulisnya siapa, tapi ada di Momentum, tinggal cari ke orang yang jaga di Momentum, “tolong saya mau yang Allah jadi kecil manusia jadi besar”, nanti pasti dikasih, bukunya tidak mungkin salah. Saudara baca buku itu bagus sekali, orang ingin dirinya jadi besar dengan mengecilkan Tuhan. Pengkhotbah-pengkhotbah eulogi membesarkan manusia dan tanpa sadar mengkerdilkan Tuhan. Kasih Tuhan jadi tidak penting, karena “kita memang layak dicintai, karena kita terlalu spesial, Tuhan tidak mungkin tidak menebus kita”, itu kalimat gila, kalimat itu tidak akurat, kalimat itu tidak ada dukungan Kitab Sucinya. Suruh pengkhotbah cari teks lalu jelaskan secara eksposisi, bisakah dia mempertanggungjawabkan ajarannya? Kalau tidak bisa, jangan banyak bicara. Makin banyak bicara tidak kembali ke Kitab Suci, makin banyak orang disesatkan dan makin jauh penyesatan terjadi.

« 7 of 9 »