Namun hati-hati di dalam zaman modern akal sehat seringkali dikaitkan dengan sains. Ini tidak terlalu tepat, sains dalam arti pengertian ilmu natural, misalnya Saudara membaca Yesus berjalan di atas air, “ini tidak sesuai akal sehat”, itu salah. Akal sehat tidak berarti sesuatu yang sudah dipahami oleh sains lebih dulu. Banyak hal yang sains kagumi tetapi belum bisa jelaskan. Inilah mengapa sains terus berkembang, inilah mengapa orang masuk ke dalam studi Fisika atau Kimia atau Astrofisika, Nuklir Fisik atau apapun dengan perasaan kagum karena banyak bidang masih bisa digali, banyak bidang masih misteri bagi manusia. Dan kenikmatan menggali yang misterius lalu memahaminya, itu mendorong orang untuk melakukan tindakan mempelajari sains. Maka sains masih terus berkembang, itu sebabnya kita tidak bisa mengatakan bahwa berpikir sehat berarti ada dukungan scientific proof, bahwa ada ilmu sains yang sudah disetujui, yang akan menyetujui kalimat-kalimat itu. Bukan begitu pengertian akal sehat. Akal sehat berarti ada argumen yang membuat Saudara menjadi mengerti bahwa Alkitab memang mengajarkan demikian di dalam tulisannya, di dalam budaya di mana tulisan itu dibagikan. Ini sesuatu yang tidak rumit, Saudara bisa menyelidiki dan mempelajari penjelasan dari setiap doktrin yang diberikan. Tapi kalau ajaran dari dalam gereja tidak memberikan back up bukti, tidak memberikan argumen, hanya memberikan kata-kata yang menyenangkan, itu bahaya. Ini yang Paulus tekankan di dalam ayat yang ke-18, “sebab orang-orang demikian” yaitu orang yang pecahkan gereja karena ada ajaran baru, “orang-orang demikian tidak melayani Kristus Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri”, ini perut bukan artinya cuma mementingkan makan, perut berkait dengan hawa nafsu termasuk hawa nafsu untuk berkuasa. Mengapa orang punya ajaran baru? Supaya dia jadi pemimpin gereja yang baru, “saya mau jadi bos, saya tidak mau jadi bawahan. Kalau saya ada di dalam gereja sebelumnya, saya bawahannya Paulus, saya bawahannya Petrus, saya bawaannya para rasul. Saya tidak mau, saya pun membanggakan diri sebagai rasul”. Di dalam Surat Galatia, Paulus mengatakan “tidak satupun rasul mengangkat diri jadi rasul”. Semua rasul diangkat oleh Kristus, termasuk Paulus. Jadi tidak ada orang adalah self acclaimed apostle, tidak ada orang mengklaim diri sebagai rasul. Kalau gereja mengajarkan ada kuliah menjadi rasul, itu gereja sedang mengajarkan sesuatu yang keterlaluan. Karena rasul diangkat oleh Tuhan, bukan diklaim dan juga bukan gelar akademik. “Kalau saya sudah lulus, sudah membuat tesis, nanti saya dapat gelar master of rasul”, tidak ada itu. Jadi di dalam Kitab Suci, rasul diangkat oleh Kristus. Tetapi rasul itu posisi sangat penting, ada otoritas, dikagumi dan didengarkan oleh orang. Maka mulai ada orang-orang yang iri hati, yang ingin punya jabatan tinggi. “Kalau saya ada di gereja, tidak mau jadi bawahan. Saya mau jadi pemimpin. Saya mau jadi orang yang berotoritas, saya mau punya kuasa”, gila kuasa adalah tanda tidak sadar diri diterima. Penerimaan diri yang kurang selalu akan berwujud di dalam pencarian kuasa. Silahkan cari orang ambisius, orang ambisius selalu punya problem di dalam penerimaan diri, “sungguhkah saya sudah diterima?”, dia akan terus merasa terancam. Dia tidak merasa stabil di dalam penerimaan diri, karena dia tidak merasa diri diterima siapapun. Lalu supaya dia tenang diterima, dia mesti dapat pengakuan, dia mesti dapat orang yang mengakui dia adalah orang yang spesial, baru dia tenang, “kalau saya tidak diakui sebagai orang spesial, saya tidak tenang”. Orang-orang seperti ini adalah orang yang tidak mungkin melayani Kristus. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang melayani perut, itu yang dimaksud oleh Paulus. Karena perut bisa berarti rahim, bisa berarti pencernaan, bisa berarti innerself dari manusia, bisa berarti pikiran, bisa berarti kesombongan. Perut dilayani berarti orang-orang yang pecahkan gereja dengan berikan ajaran baru, ingin berkuasa, ingin dapat pengikut, ingin segera populer, ingin menjadi orang dengan pengikut yang paling besar. Ini yang dialami tradisi gereja di abad 20 tengah akhir.

Di dalam paruh terakhir dari abad 20, Kekristenan mengalami fenomena yang luar biasa yaitu fenomena kebangunan rohani. Setelah perang dunia selesai lalu ada kesulitan krisis antara Barat dan Timur. Orang-orang yang Tuhan bangkitkan menjadi pembicara-pembicara yang mengguncang gereja, memberikan kebangunan. Ada tokoh-tokoh penting seperti Karl Barth atau seperti Billy Graham dimunculkan Tuhan menjadi orang yang khotbahnya sangat berpengaruh. Lalu pengaruh itu menjadi makin besar karena di abad 20 pertengahan menuju akhir mulai tahun 60, kemudian tahun 70, Billy Graham menjadi seorang pengkhotbah yang menggunakan TV. Dia pakai televisi untuk populerkan khotbah dia. Saudara akan lihat kalau dia khotbah, mikrofon yang ditaruh di bajunya itu banyak. Di mimbar ada beberapa, di baju juga ada beberapa, apakah ini demi kualitas suara? Bukan, tetapi ini supaya bisa direkam dan dimasukkan ke dalam berbagai stasiun radio atau televisi. Billy Graham punya tim yang sangat cepat, mereka tahu kalau mau populerkan Injil pakai media yang populer. Maka mereka pakai TV, lalu ternyata berhasil luar biasa. Orang yang nonton begitu banyak, orang yang senang begitu banyak dan pendapatan yang masuk juga begitu banyak. Namun Billy Graham Evangelistic Association, (BGEA) adalah organisasi yang ketika Billy Graham masih hidup, sangat anti memperkaya diri. Uang yang masuk begitu banyak, setiap kali uang masuk tambah banyak, mereka tambah staf lebih banyak lagi, mereka tambah konselor lebih banyak lagi, mereka tambah kantor lebih banyak lagi, mereka beli peralatan-peralatan lebih banyak lagi. Sehingga uang yang masuk tidak untuk memperkaya diri. Billy Graham tetap hidup sederhana dengan keluarganya dan anak-anaknya pun dilatih untuk tidak hidup foya-foya. Ada 1 anak yang hidup sembarangan, pakai obat bius akhirnya dia bertobat. Tetapi tidak ada penggunaan uang berlebihan oleh Billy Graham. Dia tetap sederhana, dia tetap tidak tahu apa itu mobil mewah, dia tetap tidak tahu apa itu barang-barang mahal, dia tidak peduli semua itu. Dia bisa jadi sangat kaya tapi dia memutuskan tidak. Organisasinya menjadi semakin profesional, kantor-kantor dibeli untuk adanya orang-orang yang jadi konselor. Ada lembaga untuk cetak buku, ada lembaga untuk cetak rekaman, ada peralatan baru dibeli, sehingga semua uang dipertanggungjawabkan dengan baik.

« 5 of 9 »