Bagaimana Tuhan berbicara tentang hidup? Itu yang kita terima. “Apa yang Tuhan mau nyatakan sehingga saya bisa melihat penderitaan dan kehidupan dengan sudut pandang yang benar?”, itu yang harus saya terima dari Tuhan. Dan penerimaan terhadap argumen, perkataan orang, itu sangat penting. Kalau tidak, Saudara tidak akan mendapatkan penghiburan. Saudara hanya mendapatkan penghiburan lewat apa yang Saudara sudah kenal terlebih dahulu. Banyak kali kata-kata motivasi membuat kita merasa diberkati, padahal kalau dipikirkan dengan sungguh-sungguh, tidak. Saya mau tanya, kalau saya mengatakan “Tuhan mencintaimu apa adanya”, apakah Saudara senang atau terhibur? Mengapa merasa terhibur? “karena Tuhan mencintai saya apa adanya, itu kan menyenangkan”. Apakah Saudara yakin? Saya mau tanya lagi, apakah engkau mencintai dirimu apa adanya? Saudara mulai berpikir “saya tidak terlalu mencintai diri saya apa adanya sih, karena saya mau berubah”. Setiap Saudara yang mau berubah berarti Saudara tidak terlalu mencintai dirimu apa adanya kan? Saudara lebih menginginkan dicintai dengan pengharapan. Ini beda, mencintai diri apa adanya, itu rusak. Maka sisi-sisi dimana saya harus berubah, saya tidak pernah berubah, “mengapa tidak berubah?”, “karena itu saya terima apa adanya”. Terima diri apa adanya bukan tema Kristen, tema Kristen adalah terima pembentukan Tuhan. Maka kalau ada orang mengatakan “Tuhan mencintaimu apa adanya”, “puji Tuhan, saya senang mendengarnya”. Coba pikirkan perkataan itu lebih dalam, Saudara mesti menuntut penjelasan “maksudnya terima apa adanya itu apa?”, Tuhan mencintai engkau di dalam Kristus, itu yang diajarkan di dalam Kitab Suci. Lalu apa bedanya Tuhan cinta saya di dalam Kristus dengan Tuhan cinta saya apa adanya? Tuhan cinta engkau di dalam Kristus, karena Tuhan akan membentuk engkau menjadi serupa dengan anakNya, itu yang membuat kita melihat gerakan pertumbuhan kita sebagai sesuatu yang dicintai Tuhan secara utuh. Tuhan tidak mencintai kita secara momentarily this time atau this moment, Tuhan mencintai kita dalam totalitas pembentukan Dia atas kita, dan sebenarnya ini yang memberikan penghiburan. Jadi sebenarnya banyak kata-kata kosong yang dibagikan yang membuat kita senang karena kita tidak menggumulkannya baik-baik. Banyak motivator yang bicara hal-hal kalau diselidiki banyak erornya. Misalnya, “Kamu harus berpikir positif, pikiran itu akan menular”, apakah pikiran positif semacam virus yang bisa menular? Banyak orang tidak berpikir kritis, telan mentah-mentah, bodoh sekali. Firman Tuhan dipikirkan atau tidak, tidak tahu. Lalu dengan bangganya di-forward kemana-mana. Ketika ada perkataan “ayo berpikir positif supaya lingkunganmu positif”, coba tanyakan kepada pembicara itu “pikir positif itu apa?”, “pikir positif itu berarti pikir yang baik saja”. Lalu Saudara tanya “kalau realitanya buruk, apakah mesti dipikirkan baik?”. Apakah kalau lihat ada maling harus dipikir positif? Lalu ada penjelasan, “be positive adalah ada aura positif dalam dirimu”, apakah kita baterai, positif di kepala, negatif di kaki? Banyak kalimat yang tidak kita mengerti, pokoknya diterima saja, “terima apanya?”, “kira-kira seperti itulah”. Hati-hati dengan kira-kira, “kira-kira begitu” itu tidak membuat Saudara mengenal Tuhan. Di dalam tradisi Kristen abad ke-6, 1.500 tahun yang lalu. Kalau Saudara selidiki ada beberapa golongan orang di Eropa. Ada raja, tuan tanah, budak dan ada biarawan. Kira-kira menurut Saudara yang paling spiritual itu siapa? Pasti kita akan menjawab biarawan yang paling saleh. Tapi kalau Saudara tahu apa yang dilakukan di biara? Belajar, baca, menghafal, mengerti, menyalin. Mengapa saleh berkait dengan belajar? Dalam Tradisi Kristen, spiritualitas sejati itu berarti tekun belajar. Belajar itu bukan milik orang pintar tapi milik orang saleh. Kalau Saudara mau bertumbuh di dalam iman, harus ada niat belajar. Karena belajar itu membosankan. Orang saleh biasanya merasa dirinya kurang saleh, itu syarat menjadi orang saleh. Saudara paksa diri untuk banyak hal, mengapa tidak untuk belajar? Lalu apa yang kita dapat dari belajar? Yang kita dapatkan dari belajar adalah Saudara pelan-pelan menjadi tidak egois, mulai dengar kalimat orang lain dengan teliti dan seimbang. Saudara kalau terjun ke tulisan akademik, Saudara akan tahu ketika membuat jurnal akademik, diterbitkan, orang akan kritik jurnal Saudara. Dan orang-orang di dalam dunia akademik, sangat terbuka untuk dikritik. Saya heran kalau orang terus mengkritik “akademik itu tidak ada gunanya”, tapi jiwa akademik adalah jiwa yang siap dikritik. Mengapa ada orang bisa mengkritik dengan benar? Karena sabar membaca belasan halaman tulisan akademik. Dan tulisan akademik itu tidak ada ilustrasi. Orang saleh akan belajar mengerti dengan berusaha mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain. Apa yang mau kamu katakan? Bukankah ini penting untuk kita berikan ke Tuhan? Bukankah penting untuk mendapatkan pengertian dari Tuhan, bagaimana harus melihat hidup? Lalu bagaimana Tuhan mengajak kita melihat hidup? Yang pertama, membagi pengertian mana sekarang mana nanti. Yang nanti akan sempurna, itu baru nanti. Yang sekarang kita hadapi realita dengan real, dengan apa adanya. Lalu bagaimana sudut pandang orang Kristen berbeda dengan sudut pandang orang dunia? Orang non-Kristen akan punya dua cara melihat dunia. Yang pertama, terlalu gelap, terlalu realistis dan kelam. Yang kedua adalah terlalu positif, terlalu tidak realistis. Dua-duanya adalah kesalah dari orang-orang yang tidak melihat dari sudut pandang Tuhan. Bukan berarti orang non-Kristen saja yang begini, orang Kristen pun sering begini. Karena orang Kristen tidak belajar memahami dari sudut pandang Tuhan. Maka di dalam kesalahan melihat realita, orang-orang dunia akan melihat realita terlalu gelap karena ada dosa, kekacauan, penderitaan, dan mungkin kita tidak menyalahkan orang untuk melihat keadaan segelap itu. Ketika Saudara menghadapi kedukaan, misalnya ketika orang yang Saudara kasihi meninggal, Saudara akan sadar bahwa hidup itu kejam, ini kalimat dari orang yang tidak kenal Tuhan, dari orang yang tidak menggumulkan baik-baik apa itu hidup, tapi ini realita. “Waktu saya melihat hidup, saya melihat hidup itu punya potensi untuk menghancurkan hidup saya”. Ketika Saudara menikmati kehidupan yang baik, ada orang-orang yang mencintai Saudara di sekeliling Saudara, Saudara akan sadar dengan betapa menakutkannya fakta kematian itu, betapa menggelisahkannya keadaan yang kita sedang jalani. Kita begitu fragile, begitu rapuh, begitu mudah untuk hancur. Itu sebabnya di dalam cara memandang dunia, orang akan mulai negatif dan mengatakan “kalau hidup seperti ini, mungkin memang sulit bagi saya untuk bertahan di dalam keadaan yang baik. Saya terus-menerus akan mempunyai kesulitan untuk menjalankan hidup dengan baik. Waktu kita melihat sudut pandang yang salah, negatif, mengapa negatif? “tidak ada harapan, saya kerja untuk apa? nanti juga mati. Saya menikah untuk apa? Nanti mungkin dikhianati.” Orang punya gambaran ideal karena belum tahu realita, begitu tahu realita langsung gambarannya kelam luar biasa. Ini fakta yang terjadi dan orang terus jatuh dalam kesalahan begini terus, seperti ini terus, bahkan orang Kristen pun begitu. Sebelum menikah melihat lembaga pernikahan sebagai sesuatu yang begitu indah, tidak ada kesalahan di dalamnya. Begitu bertemu orang langsung melihat malaikat, meskipun tidak mengerti malaikat itu seperti apa. “Pokoknya dia seperti malaikat, saya akan menikahi dia, kami akan punya hidup bahagia”. Ketika menikah baru sadar “kok begini?”, lalu menangis.” Ini seperti pola umum. Dan orang seolah mengatakan “iya, memang harus begitu”, tapi seharusnya tidak seperti itu. Saudara tidak boleh melihat pernikahan sebagai sesuatu yang dari jauh indah tapi dari dekat buruk. Ketika suami atau istri rela memberi diri untuk Tuhan dan pasangannya, pernikahan akan baik. Jadi orang dunia akan melihat dengan kelam atau dengan terlalu positif, dengan mengabaikan segala hal yang merupakan pergumulan nyata di dalam hidup. Bagaimana orang Kristen melihat? Orang Kristen melihat kewajiban untuk hidup suci adalah cara untuk menikmati Tuhan. Ini sesuatu yang unik, kewajiban untuk hidup suci adalah cara menikmati Tuhan. Jangan pikir ada cara lain untuk menikmati Tuhan. Engkau tidak mungkin menikmati Tuhan hanya dengan tambah pengetahuan. Banyak orang pikir kalau tambah tahu tambah nikmat, jadi kehidupannya diisi dengan belajar. Saya tidak menyalahkan belajar, seperti yang saya katakan tadi belajar adalah bentuk spiritualitas yang baik karena belajar berarti Saudara rela terima kata orang, bukan hanya dengar kata diri terus. Belajar lalu tahu itu tidak membuat kita menikmati Tuhan, hidup suci itu menikmati Tuhan. Hidup suci itu bagaimana? Hidup suci berarti senantiasa sadar bahwa kelimpahan yang akan dinikmati akan diperoleh nanti, belum sekarang. Ini kuncinya, nanti belum sekarang, itu nikmat. Sekarang bukan nanti, itu kerelaan hidup bagi yang lain. Kapan hidup bagi sesama? Sekarang. Kapan nikmat? Nanti. Sekarang belum nikmat, tapi kalau merasakan nikmat itu adalah cicipan. Semua kenikmatan yang Saudara nikmati sekarang itu adalah cicipan dari yang nanti. Andaikan mengerti kita akan dengan mudah, tapi tetap dengan pergumulan, melihat keindahan hidup dalam skema-Nya Tuhan. Kristus hidup dengan memberi diri bagi yang lain, lalu Dia mati di atas kayu salib, apakah Dia habis di situ? Tidak, setelah itu Dia menikmati kebangkitan diangkat oleh Tuhan dan menjadi Imam dan Raja. Kalau Dia sudah menjadi Kepala, menjadi yang paling tinggi melampaui segala sesuatu maka seluruh kehidupan yang Dia jalani menjadi make sense bagi kita. Ternyata hidup yang Dia jalani benar-benar dijalani dalam skemaNya Tuhan dan randangan Tuhan bagi manusia adalah rancangan damai sejahtera. Ini dinyatakan dalam Perjanyan Lama “Aku punya rancangan bagiKu dan rancangan itu damai sejahtera”. Rancangan itu berarti Tuhan mendesign dan designer kita yaitu Tuhan, bukan designer yang punya banyak lobang-lobangnya. Ada designer, kita semua yang profesional apalagi yang amatir, mendesign banyak salahnya. Apakah Tuhan seperti itu? Kalau Tuhan tidak salah design berarti Saudara bisa mengerti bahwa bijaksana Tuhan membuat kita melihat ada realita dan ada kesempurnaan, harap pisahkan ini. Realita sekarang bukan kesempurnaan nanti. Tapi kesempurnaan nanti bukan bentur dengan realita sekarang. Karena kalau kesempurnaan nanti bentur dengan realita sekarang, maka Saudara sedang menjalin realita yang tidak real. Ini tidak bisa diberikan oleh dunia ini, dunia tidak bisa memberikan kita pengertian yang sekarang penting tapi nanti lebih bagus. Dunia kita cuma bisa mengatakan utopia, menyatakan ide-ide utopis. Ide utopis adalah ide bahwa akan ada lingkungan yang baik, yang tidak ada kesulitan, tapi itu tidak real. Ada seorang bernama Thomas Moore yang mengatakan ada daerah namanya utopia, dimana hukuman dijalankan dengan adil, orang-orang menikmati hidup bersama dengan baik, semua menghargai kepemilikan, pokoknya luar biasa baik. Nama daerahnya apa? Utopia, artinya apa? Utopia kalau ditulis eutopia artinya tempat yang bagus. Tapi kalau ditulis autopia artinya tempat yang tidak ada. Jadi ini tempat bagus atau tempat tidak ada? Thomas Moore mengatakan “bagus dan tidak ada”. Ini juga yang dimiliki oleh sistemnya komunis. Sistem komunis itu sistem utopian, karena mereka mengatakan pada akhirnya akan ada masyarakat tanpa kelas, tidak ada kaya miskin, tidak ada pemilik modal dan buruh, semua sama, tidak ada kelas. Bagaimana supaya tidak ada kelas? Harus ada pemerintahan komunis. Jadi pemerintahan komunis itu tidak ideal, ini pemerintahan untuk masuk ke dalam sistem tidak berkelas. Tapi apa itu sistem komunis? Sistem komunis adalah sistem kelas ekstrim, dimana pemimpin politik berkuasa secara ekstrim, levelnya jauh lebih tinggi dengan seluruh rakyat. Rakyat tidak punya hak, semua apa yang dilakukan harus dibaca oleh pemerintah. Banyak orang terus berpikir bahwa komunisme dan sosialisme adalah cara untuk mendobrak ketimpangan antara kaya dan miskin. Tapi orang yang mengatakan ini adalah orang yang tidak mengerti potensi kelas yang lebih ekstrim di dalam komunis. Sistem tanpa kelas, bagaimana membuatnya? Dengan kelas, kelas apa? Pemerintahan komunis dan rakyat. Orang yang berpikir Indonesia perlu solusi dalam komunisme, orang bodoh. Pikir baik-baik sebelum engkau menyengsarakan seluruh rakyat. Sistem komunis punya ide utopian, itu yang ditawarkan. Ini yang membuat semuanya sengsara. Semua orang yang ada di sistem komunis mau lari keluar, sekarang mau masukkan sistem komunis ke negara yang belum komunis? Itu tolol luar biasa. Apakah ada keadaan tanpa pergumulan, kesulitan, penderitaan, tanpa apa pun? Tidak bisa, kecuali ada Tuhan. Karena skema utopia itu berarti kehidupan bisa baik tapi tidak perlu Tuhan. Ketika Saudara merencanakan hidup tanpa Tuhan, Tuhan bukan back-up plan. Tuhan yang membuat plan, bukan Saudara yang membuat plan. Dia mempunyai rencana damai sejahtera.