Saudara lihat catatan di Kitab Kejadian, sebelum Tuhan menurunkan air bah, kalimat dari Kitab Kejadian mengatakan “Tuhan melihat kejahatan manusia besar di bumi dan kecenderungan hati mereka jahat semata-mata, maka pilulah hati Tuhan”, kalimat ini jarang disinggung. Iblis tidak suka kita membaca kalimat itu, setan tidak suka kita menyadari Allah sangat mencintai ciptaanNya. Lalu kalau kita baca kalimat itu, apa yang kita dapatkan? Rasa haru, Saudara kagum ada Allah yang bukan hanya mencipta tapi memberikan hatiNya kepada ciptaanNya. Tuhan begitu mencintai ciptaan ini sehingga neraka adalah lambang cinta kasih Tuhan, Dia harus membela yang baik, membela ciptaanNya dari kekacauan yang ditimbulkan oleh orang-orang yang mengabaikan Dia, ini sudut pandang. Cuma beda sudut pandang, fakta tetap ada, ada sorga dan neraka, dan pada finalnya ada langit dan bumi yang baru. Ini fakta, tapi bagaimana melihat fakta? Banyak hal menjadi kacau karena sudut pandang yang salah. Bagaimana dengan kita melihat penderitaan? Sudut pandangnya pun salah. Sudut pandangnya apa? Yang pertama, sudut pandang yang menggabungkan atau mengacaukan akhir dan sekarang. Sekarang belum akhir zaman, sekarang sudah zaman akhir tapi belum final dari zaman akhir, belum langit dan bumi baru. Mengapa banyak orang yang ngotot “karena Tuhan berkuasa maka tidak mungkin mujizat itu berhenti. Dia sanggup melakukan apa pun. Betul?” Ini yang biasanya orang katakan kepada orang Reformed “hei orang Reformed, berimanlah, kalau saya doakan, orang akan sembuh”. Tapi apakah benar kita boleh mengklaim hal seperti itu? Kalau kita mengatakan Tuhan berkuasa, harus ingat Tuhan punya cara kerja yang tidak bisa dikacaukan oleh imanmu. Iman Saudara tidak bisa mengatakan “karena saya beriman, Tuhan harus taat”, itu bukan iman. Tuhan punya cara untuk bekerja, Tuhan punya waktu untuk menyatakan diri. Orang Israel di abad 8 atau 9 sebelum Masehi, tidak bisa mengatakan “aku beriman Mesias datang, pasti datang”, Tuhan mengatakan “belum waktunya”. Kalau Saudara mengatakan “kalau saya tengking penyakit, pasti pergi”, kalau Tuhan mengatakan “belum waktunya”. “Tapi Tuhan berkuasa membuat semua penyakit hilang”, akan ada waktunya, tapi belum sekarang. Sekarang adalah bagian dimana Tuhan menciptakan ulang manusia, belum menciptakan ulang seluruh alam semesta. Tuhan menciptakan ulang orang percaya, tapi orang percaya yang sudah dicipta-ulang ada dalam konteks dunia yang belum dicipta ulang. Saya sudah dicipta-ulang? Sudah. Dunia sudah dicipta-ulang? Belum. Bagaimana saya yang sudah dicipta-ulang bisa klop dengan dunia yang belum dicipta-ulang? Ini yang Paulus mau bagikan, sudut pandangmu terhadap penderitaan harus jelas. Yang pertama, akhir zaman belum tiba, keadaan final langit dan bumi baru belum dinyatakan sekarang, maka kita mempunyai pengharapan yang baru akan diciptakan tapi belum sekarang. Berarti sekarang akan ada penderitaan? Akan. Haruskah saya mencari penderitaan? Tentu tidak. Tetapi Saudara diberikan hikmat oleh Tuhan untuk menghidupi kehidupan dengan menjalaninya apa adanya. Ada orang diizinkan Tuhan alami penderitaan besar, ada yang Tuhan izinkan mengalami penderitaan level lebih kecil. Bukan berarti orang ini lebih dicintai oleh Tuhan, itu tidak tentu. Karena perspektif melihat penderitaan sebagai sesuatu yang harusnya tidak ada, itu salah. Penderitaan tidak seharusnya tidak ada. Kalau ada orang mengatakan “harusnya manusia tidak menderita”, Tuhan akan mengatakan “di dalam keadaan final iya, tapi sekarang belum”. Itu sebabnya saya ingin kita memperhatikan kembali bagaimana cara kita melihat realita hidup sekarang. Kalau keadaan final langit dan bumi yang baru belum Tuhan nyatakan sekarang, maka bagaimana kita yang sudah dijadikan milik Tuhan, melihat kehidupan kita saat ini. Ini perlu perenungan yang baik, Saudara dan saya perlu sama-sama mengarahkan cara berpikir yang tepat untuk melihat hal ini. Kalau Saudara mengetahui cara bagaimana berpikir yang tepat untuk melihat segala sesuatu, Saudara akan mendapatkan berkat yang besar sekali. Ini yang benar-benar harus kita gumulkan, bagaimana memahami apa yang Tuhan mau bagikan di dalam kehidupan sekarang. Saya harus memberi tahu, Saudara tidak punya Juruselamat selain Kristus, dan Saudara tidak punya cara untuk memahami Kristus selain firman. Jika firman Tuhan tidak mendapat tempat di hatimu, maka kehidupanmu pasti akan sulit. Bukan sulit karena kehidupan semakin menderita, tapi karena sudut pandangnya salah terus. Sudut pandang melihat kesenangan salah, sudut pandang melihat pernikahan salah, sudut pandangnya tidak pernah dikoreksi. Mengapa tidak pernah dikoreksi? Karena kita terlalu malas untuk memikirkan firman Tuhan. Ini yang menjadi masalah di zaman kita, zaman kita adlah zaman dimana konsentrasti untuk memahami sesuatu sangat pendek sekali. Kita sulit mendapatkan konsentrasi yang baik. Di dalam kebaktian pun kita mengabaikan firman, dan itu terjadi karena kita tidak terbiasa memberikan perhatian kepada orang lain. Ini yang terjadi di zaman kita, Saudara punya Twitter dan disitu hanya ada beberapa karakter saja untuk menulis. Mengapa karakter di Twitter begitu pendek? Karena katanya manusia tidak punya spend konsentrasi untuk memahami yang panjang, benarkah begitu? Tidak, zaman sekarang adalah zaman dimana orang tidak peduli orang lain, dan itu sebabnya mereka sulit konsentrasi. Jadi jangan mengatakan sulit konsentrasi itu karena ada banyak teknologi, teknologi disalahkan terus. Yang membuat kamu tidak bisa konsentrasi panjang adalah kamu tidak peduli orang lain, tidak pernah peduli Tuhan sehingga kita tidak sungguh-sungguh menerima kalimat yang benar dari Tuhan atau dari orang lain. Seringkali kita bicara dengan orang lain, ribut karena salah mengerti, “maksudmu kan seperti ini?”, “tidak, kamu salah menangkap”. Prasangka itu muncul karena ada praduga bahwa “saya benar, orang lain pasti salah.”, praduga ini sulit dihancurkan karena kita tidak mau dengar. Kita tidak dengar apa yang orang katakan sebelum orang itu selesai bicara, kita sudah simpulkan. Terkadang dengar khotbah pun begitu, begitu dengar tiga kalimat pertama langsung “sudah tahu, pasti cintailah sesamamu”. Waktu dengar khotbah atau orang lain bicara, kita langsung kunci “pasti kamu mau bicara ini”, akhirnya kita sulit untuk menerima orang lain karena kita tidak perhatikan apa yang mereka mau katakan. Ini problem besar, ketika Saudara punya problem seperti ini cuma satu cara untuk berubah yaitu mulai menganggap orang penting dan mulai menganggap kehadiran Saudara akan menjadi limpah kalau Saudara memberikan konsentrasi kepada orang lain. Termasuk mendengarkan khotbah, waktu mendengarkan khotbah perlu konsentrasi, kalau tidak, Saudara tidak bisa bertumbuh. Kenalilah Tuhanmu, kalau Tuhanmu tidak engkau kenal, maka engkau kehilangan hal terindah dalam hidup, ini janji Tuhan. Jika Saudara abaikan Tuhan, engkau kehilangan berkat terbesar dalam hidup. Banyak orang bodoh di dunia ini, bodoh bukan Iqnya tapi karena tidak membuka hatinya kepada Tuhan, Tuhan diabaikan terus. Maka ketika hal terbaik dalam hidup dibiarkan lewat, ya sudah, mau bagaimana lagi? Pada akhirnya hidup kita akan kosong terus. Ketika kita melihat dengan sudut pandang yang diubah, itu hanya mungkin terjadi karena kita belajar untuk menerima apa yang Tuhan mau ajarkan tentang hidup.