Kalau engkau perlakukan sesamamu tidak adil, tidak peduli engkau pengikut Kristus, Tuhan akan membuangmu. Jika engkau tindas orang lain, tidak peduli berapa sering engkau mengatakan “haleluya puji Tuhan”, Tuhan tetap akan buang kamu. “Tuhan, kami bernubuat demi namaMu, kami mengucapkan firman demi namaMu, kami melakukan mujizat demi namaMu”, Tuhan mengatakan “Aku tidak mengenalmu, karena kamu berbuat jahat, kamu tidak adil terhadap orang lain. Kamu perlakukan orang lain dengan kasar, kamu menghina orang lain, kamu buang orang lain, kamu tidak anggap orang lain orang. Dan kamu berharap masuk sorga? Aku menolakmu”. Maka perbuatan baik bukan berapa banyak kita humas, berapa banyak kita menginjili, berapa banyak ayat Alkitab yang kita hafal, itu semua memang penting tapi tidak berkait dengan perbuatan baik yang dimaksudkan, itu tidak bisa dikaitkan dengan apa yang Tuhan tuntut di dalam perbuatan baik. Maka Tuhan bertanya kepada orang-orang Israel lewat Paulus, “apakah kamu pikir kamu umat?”, “iya, kami punya Taurat”, “sehebat apa kamu jalankan Taurat?”, “kami menjalankan Taurat, kami menjadi berkat”, “kalau kamu menjadi berkat, mengapa kamu membully bangsa lain yang mau menjadi Kristen, mengapa kamu menghalangi orang lain yang mau kenal Tuhan dengan mengatakan: kamu tidak laya, kamu bukan Yahudi, kamu harus mirip Yahudi dulu”. Bukankah ini tandanya bahwa mereka justru tidak menjalankan Taurat? Maka Paulus mengatakan “oleh karena kamulah namaKu dihujat”. Mengapa nama Tuhan dihujat? Karena orang yang mengaku umat Tuhan tidak menjalankan kemanusiaan, karena orang yang mengaku umat Tuhan tidak memanusiakan orang lain. Ketika ada orang yang mau menjadi Kristen, orang Yahudi akan mengatakan “tunggu, kamu bukan orang Yahudi, jadi Yahudi dulu kalau tidak kamu najis”. Ini adalah umat yang bisa menajiskan bangsa lain. Bersyukur kita tidak harus bertemu orang seperti itu, atau kita sendiri tidak jadi orang seperti itu. Mungkin kita bukan orang seperti itu dalam level yang sama. Tapi mungkin kita level orang yang mirip itu di agak rendah sedikit. Kalau orang Yahudi bertemu orang Indonesia, dalam konteks Perjanjian Baru, orang Yahudi sekarang mungkin punya pemikiran agak lain, dalam konteks abad pertama ketika orang Yahudi bertemu bangsa lain, mereka akan mengatakan “kafir, najis, binatang” dalam hati tentunya. Bayangkan kalau humas kita, misalnya Pak Weliam bertemu dengan orang Yahudi, orang itu akan bilang “binatang”. Apakah Tuhan berkenan ketika ada orang bilang orang lain binatang? Apakah Tuhan berkenan kalau ada orang mengatakan “ini kafir yang harusnya masuk neraka”? Tuhan tidak mungkin berkenan. Kita tidak berada dalam level seekstrim itu, tapi mungkin kita di level yang lebih rendah. Kalau kita bertemu orang dengan keadaan sosial lebih rendah, kita akan mengatakan “dikutuk Tuhan”. Kalau ada orang sakit terus tidak sembuh-sembuh, kita mengatakan “dilaknat Tuhan. Tidak seperti saya yang dapat berkat terus. Usaha saya selalu untung, saya lakukan apa pun selalu sukses, orang benar selalu sukses, orang fasik selalu gagal”. Itu level yang juga Tuhan benci. Maka dalam bagian ini Paulus sedang mengingatkan bahwa semua orang sedang berdosa. Orang kafir, bangsa-bangsa lain menyembah berhala dan seksnya ngawur. Orang Yahudi menghancurkan hati Tuhan, menghina nama Tuhan dengan tidak memanusiakan yang lain. Dan dua kelompok ini yang seksnya ngawur, yang menyembah berhala, yang tidak tahu bagaimana memanusiakan orang lain, dua kelompok bejat ini yang Tuhan mau panggil menjadi milik Tuhan. Ini yang Paulus katakan ke semuanya ke orang Israel dan non-Israel “hai kamu kelompok bejat, mari datang kepada Kristus, bertobat dari dosamu dan kembali kepadaNya”. Bertobat dari keadaan moral yang rusak, bertobat dari seks yang menyimpang, bertobat dari kecanduan yang bersifat seksual yang rusak dan ngawur, bertobat dari segala hal yang berkait dengan penyembahan berhala, bertobat dari percaya kuasa-kuasa mistis yang palsu, bertobat dari semuanya itu. Lalu bagaimana dengan Israel, sudah otomatis masuk? Belum, “karena kamu pun punya dosa, kamu tidak tahu bagaimana memanusiakan orang lain, dosamu sama besarnya dengan orang homoseks, penyembahan berhala, mari bertobat dan datang kepada Tuhan Yesus”. Inilah pesan Paulus dengan cara yang indah membuat kita menyadari pentingnya pertobatan baik bagi orang Yahudi maupun bagi bangsa-bangsa lain.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)