Orang Israel bingung, sampai kapan? Tapi ternyata mereka dibuang. Di dalam pembuangan, Tuhan mengatakan “Aku membiarkan namaKu dipermalukan oleh karena engkau”. Tapi kata-katanya lain dengan kata-kata pasal 2 ini. Kalau Saudara dengar Yesaya 52, Tuhan mengatakan “Aku membiarkan namaKu dipermalukan karena engkau”. Karena engkau maksudnya karena engkau dibuang ke Babel. Tuhan membiarkan namaNya dipermalukan dengan membiarkan Israel dibuang ke Babel. Mengapa Israel dibuang ke Babel? Karena kejahatan mereka, tapi Tuhan sudah mau mengampuni mereka, itu inti Yesaya 52. Dan Yesaya 53, tentang hamba menderita yang dicambuk karena keberdosaan kita. Ini berita indah dari Yesaya, Yesaya ingin mengatakan bahwa Tuhan sudah memarahi Israel. Tuhan membiarkan namaNya dipermalukan karena umatNya, maka sekarang Tuhan akan memuliakan namaNya juga karena umatNya. “Kamu akan berhenti mempermalukan nama Tuhan sebagai korban, kamu akan mempermuliakan nama Tuhan sebagai bangsa yang membebaskan”, ini janji Tuhan. Jadi di dalam Yesaya 52, Israel mempermalukan nama Tuhan karena mereka sedang ditindas. Dengan ditindas, mereka mempermalukan nama Tuhan. Salah mereka apa? “mereka ditindas”, “mengapa mereka yang salah?”, “mereka salah karena mereka memberontak. Tapi mereka menjadi korban yang ditindas oleh bangsa lain”, Itu adalah karena pekerjaan tangan Tuhan. Sehingga di dalam Yesaya 52, Israel menjadi korban dan itu mempermalukan nama Tuhan, maksudnya Tuhan membiarkan namanya dipermalukan. Tapi Tuhan akan menang. Maka di dalam keadaan ketika Israel kembali ke tanah perjanjian, setelah Tuhan bebaskan mereka dari Babel, mereka mengingat Yesaya 52 sebagai ayat untuk menguatkan mereka kalau mereka sedang menjadi korban. Begitu mereka menjadi korban ditindas bangsa lain, mereka langsung ingat “Tuhan, Engkau membiarkan namaMu dipermalukan. Sekarang, permuliakan kembali namaMu” itu yang mereka pikir. Tapi Paulus memakai teologi yang mereka tahu, lalu Paulus putar. Paulus memutar dengan cara yang sekarang melakukan penindasan itu kamu bukan bangsa lain. Waktu Israel di Babel, mereka ditindas oleh Babel dengan cara politik, militer. Setelah Israel ditindas Babel, nama Tuhan dipermalukan, Tuhan mengatakan “cukup, Aku tidak akan terus membiarkan namaKu dipermalukan. Aku akan permuliakan namaKu”. Tuhan mempermuliakan namaNya dengan membangkitkan Israel, membebaskan mereka lalu pulangkan mereka ke tanah perjanjian. Tuhan melakukan itu dengan cara menghancurkan Babel, bangkitkan Persia, setelah itu Tuhan bebaskan kembali Israel ke tanah perjanjian. Dan dimulailah exodus kedua, penantian akan Sang Raja.
Di dalam Roma 2, Paulus memakai konsep yang mirip, dia putar. Bagaimana caranya dia putar? Dia sedang menjadikan Israel penindas sekarang. Bagaimana mungkin Israel jadi penindas? Karena mereka yang punya Hukum Taurat menindas bangsa lain yang mau menjadi pengikut Mesias. Sekarang Israel “babelnya”. Dan ini kekuatan argumen Paulus di dalam ayat 23 & 24, “kamu menjadi orang yang menganggap diri sudah menjadi umat, lalu bangsa lain yang ingin menjadi umat kamu tindas”. Bagaimana caranya Israel menindas? Dengan cara memamerkan kebenarannya, karena Hukum Taurat dan memamerkan kebobrokan bangsa lain. Di sini baru kita lihat cara Paulus menyatakan semua manusia sudah berdosa. Di pasal pertama Paulus mengatakan semua manusia sudah berdosa karena tidak kenal Tuhan, tidak menyembah Tuhan tapi menyembah berhala, homoseksual, itu semua bukti semua manusia jahat sekali. Dan orang Israel dengan lega mengatakan “memang, saya setuju dengan Paulus dalam bagian ini. Memang bangsa lain sangat kafir”, ini pengertian orang Israel setelah mendengar Roma 1. Dan di Kota Roma ada 2 jenis gereja, para ahli, arkeolog dan juga ahli PB, ahli sejarah abad pertama umumnya sepakat bahwa di Kota Roma ada dua gereja yang tidak selalu saling kenal. Gereja pertama terdiri dari orang Yahudi, gereja kedua terdiri dari orang non-Yahudi. Mereka beribadah mungkin memakai bahasa yang berbeda, yang non-Yahudi beribadah dalam bahasa Ibrani, sedangkan orang Yahudi lebih suka pakai bahasa Aramaik, bahasa ibu mereka kalau mereka masih mengertinya. Jadi kemungkinan ada dua gereja yang berbeda dan Paulus memakai surat yang sama kepada keduanya untuk mengingatkan “kamu itu satu”. Dan Paulus menyindir yang bangsa-bangsa kafir, “kamu dulu rusak, penyembah berhala, patung”, heran mengapa orang bisa menyembah patung-patung yang mengerikan, saya tidak mengerti. Ketika Paulus mengatakan demikian, orang Yahudi mengatakan “benar, bangsa lain itu kafir, bangsa lain itu adalah penyembah berhala yang jahat”. Lalu Paulus membongkar dosanya orang Yahudi, yang sangat tidak disangka adalah Paulus mengatakan orang Yahudi melakukan penindasan secara agama, “kamu mengintimidasi orang yang belum berada dalam levelmu, kamu anggap mereka orang berdosa dengan memakai kekudusanmu”. Ini yang saya sebut bullying rohani (ini tidak perlu dicatat karena istilahnya agak aneh), spiritual bullying. “Karena saya lebih suci dari kamu, saya bully kamu. Kamu orang jahat, orang kafir, apakah kamu pikir kamu berhak ada di sini?”. Kadang-kadang pendeta bisa melakukan spiritual bullying, “kalau Saudara menganggap saya sedang melakukan spiritual bullying, coba dikonfirmasi lagi, karena sebenarnya saya sedang tidak melakukan spiritual bullying. Kalau tidak percaya tanya, kalau masih tidak percaya juga, Saudara akan saya usir”, itu spiritual bullying. Hamba Tuhan bisa jatuh dalam dosa ini ketika memamerkan kesucian lalu mengintimidasi orang yang belum sanggup hidup dalam kesucian. “Kamu orang-orang Kristen jahat, berapa jam kamu baca Alkitab?”, Saudara minder jawabnya “saya baca Alkitab kira-kira 2-3 menit”, “kamu tahu berapa jam saya baca Alkitab? 2-3 jam, itu pun kalau sedang malas. Rajinnya saya bisa baca Alkitab seharian”. Itu contoh kasus ringannya yang saya katakan, itu dilakukan oleh Israel. Israel mengintimidasi bangsa non-Israel yang mau jadi pengikut Kristus dengan bertanya “nenek moyangmu punya tradisi yang kuat? Tradisi apa yang nenek moyangmu punya, adakah tradisi religi yang baik? Tidak, nenek moyangmu kalau tidak homoseks pasti penyembah patung. Yang mana nenek moyangmu?”. Ini membuat orang-orang non-Yahudi sulit menjadi Kristen. Dan ini kasus yang diterima oleh Paulus, setiap kali dia memberitakan Injil ke bangsa lain, yang protes selalu bangsa Yahudi. Dia memberitakan Injil ke bangsa lain, orang Yahudi yang mencegah mereka masuk. Waktu dia sukses memberitakan Injil dalam perjalanan misi yang pertama, orang Yahudi yang mengatakan “mesti sunat, tidak boleh makan babi”. Waktu orang-orang Yahudi melakukan demikian, Paulus merasa perlu menegakan teologi tentang umat. Siapa umat? Umat itu bukan orang-orang yang punya tradisi luhur dari leluhur. Bukan orang-orang yang punya kemampuan hidup suci. Umat adalah kelompok yang menyadari Allah itu Juruselamat. Dan Saudara tidak mungkin menyadari Allah Juruselamat jika Saudara tidak perlu pertolongan untuk selamat. Kalau kita tidak perlu pertolongan untuk selamat, untuk apa teriak-teriak juruselamat? Kalau Saudara melihat orang sedang berenang di kolam renang dan dia adalah peraih medali emas dalam olimpiade. Perlukah Saudara menolong dia? Peraih medali emas di dalam olimpiade untuk renang tidak perlu pertolongan waktu dia sedang di kolam renang. Kalau kita merasa punya superioritas secara rohani, kita tidak perlu Juruselamat, kita tidak perlu Yesus. Kita memang perlu raja secara politik, tapi kita tidak perlu Juruselamat. Karena kita akan menempatkan diri di dalam posisi Yesaya tadi, yaitu posisi tertindas dan Tuhan akan bebaskan kita. “Saya dalam posisi tertindas, Tuhan akan bebaskan saya. Saya posisi dikagumi dan disenangi oleh malaikat di sorga karena saya umat pilihan Tuhan”. Tapi Paulus membalikan dengan mengatakan “kamu bukan umat pilihan itu. Di dalam Yesaya 52 kamu adalah sang penindas yang mempermalukan nama Tuhan”. Maka Paulus mengubah kedua tadi menjadi yang pertama, kasus kedua yaitu setelah Saudara keluar dari ruangan ini, Saudara dipukul orang, Saudara dijadikan korban. Tapi kasus pertama, Saudara keluar dari ruangan ini lalu memukul orang lain. Paulus sedang mengatakan “hai orang Israel, kamu adalah kelompok yang pertama tadi, setelah selesai ibadah, kamu pukul orang lain dengan mengatakan: kamu tidak layak untuk datang ke Mesias”. Itu sebabnya Paulus mengutip bagian ini “oleh karena kamulah, nama Allah dihujat di bangsa-bangsa lain” namun dengan nuansa yang sengaja dia bikin beda dengan nuansa Yesaya 52. Di dalam Yesaya 52, Israel korban Babel penindas. Di dalam konteksnya Roma, Paulus mengatakan “dalam konteks kamu, Yahudi penindas sedangkan bangsa-bangsa lain adalah korban secara rohani”. Karena faktanya secara rohani mereka dipinggirkan. Orang-orang non-Yahudi memunyai keutamaan di bawah orang Yahudi dalam periode waktu penulisan Surat Roma. Keadaan akan beralih beda di dalam tahun 90, lalu abad kedua. Di abad ke-2 tahun 100 dan seterusnya, orang Yahudi Kristen langsung menurun jumlahnya menjadi sangat minor dan akhirnya bahkan dibenci oleh orang-orang Kristen dari bangsa lain. Keadaan terbalik di abad ke-2. Tapi di abad pertama, bangsa lain yang menjadi Kristen itu yang mendapatkan kedudukan sebagai minoritas. Salah satu yang kita harus peduli di sini adalah Paulus menyuarakan suara Tuhan yang membela minoritas. Tuhan membela mereka yang tertindas. Siapa yang tertindas? Bangsa lain. Dalam hal apa mereka tertindas? Dalam hal mereka di-bully secara rohani oleh orang Yahudi, dengan mengatakan “secara superioritas, secara kerohanian, kami lebih unggul dari pada kamu”. Itu sebabnya Paulus mengatakan dalam ayat 12 dan seterusnya, “keadaanmu sebagai orang Yahudi tidak membuat kamu luput dari keharusan untuk bertindak”. Apakah kamu sudah bertindak dengan tepat, dengan baik, berbuat baik? Apa itu berbuat baik? Banyak orang berpikir salah, berbuat baik itu berarti prestasi yang bisa disusun untuk menunjukan kehebatan saya dalam agama. Saya mau tanya, humas untuk KKR itu berbuat baik atau tidak? Yang humas pasti mengatakan “amin”. Pelayanan paduan suara itu berbuat baik atau bukan? Yang ikut padus mengatakan “amin”. Lalu kalau ditanya lagi “menginjili berbuat baik atau bukan?”, Saudara akan mengatakan “iya, menginjili itu berbuat baik”. Tapi kalau Saudara membaca dengan teliti dalam Alkitab, seluruh konteks berbuat baik adalah memanusiakan sesama, tidak pernah tidak di situ. Maka kalau kita humas, kita tidak tentu berbuat baik. Waktu kita memperlakukan orang lain dengan adil, dengan benar, itu berbuat baik. Sebenarnya banyak sekali dampak sosial dari Injil.
Dalam sejarah gereja, Injil pecah menjadi dua, golongan pertama adalah golongan sosial, social gospel. Golongan kedua adalah golongan injili, yaitu Injil adalah untuk ke sorga. Yang satu Injil adalah untuk masyarakat damai. Tapi kalau Saudara membaca Alkitab, keduanya harus disatukan, tidak boleh pisah. Injil berbicara tentang keadilan sosial, Injil berbicara tentang keselamatan ke sorga, Injil berbicara tentang harapan langit dan bumi yang baru. Maka keduanya harus seimbang kita pahami dari Alkitab. Sekarang banyak orang yang kesulitan menegur dosa karena mengasumsikan bahwa hal-hal yang sifatnya moral dan sosial bukan urusan gereja. Kalau pemerintah tidak adil, itu urusan mimbar atau bukan? “bukan pak, jangan ikut urusan politik, mimbar bukan untuk politik”, orang yang bicara seperti ini adalah orang ngawur. Mimbar untuk politik tapi bukan untuk berpolitik. Untuk politik berarti mimbar harus bersuara kalau politik sedang korup. Mimbar harus berani bersuara mengatakan “pemerintah mengapa begini?”, yang seperti itu harus ada. Kalau gereja sudah tidak pernah bicara itu sebagai gereja, gereja pasti sudah dibuang oleh Tuhan. Kalau gereja tidak peduli terhadap kasus rasis atau apa pun itu, gereja akan dihakimi oleh Tuhan. Craig Bartholomew sangat tersakiti sekali waktu melihat gereja-gereja Reformed di Afrika Selatan diam, tidak pernah khotbah apa pun menentang rasisme, padahal rasisme di Afrika Selatan sudah sampai level yang sangat menakutkan. Mengapa gereja-gereja diam? “tugas kami bukan untuk mengurusi itu, tugas kami adalah untuk membawa orang ke sorga, jadi kami tidak khotbahkan hal lain”. Maka pendeta pun kesulitan menemukan dosa. “Dosa itu apa?”, “dosa itu tidak adil”, “tapi adil itu kan aspek sosial, jadi dosa itu bukan masalah adil atau tidak adil. Dosa adalah kalau kamu kurang rajin humas”. Akhirnya khotbah pendeta itu lagi itu lagi “yang belum humas, neraka”. Atau mungkin “kalau kamu kurang rajin baca Alkitab, kamu akan masuk neraka. Berapa jam kamu baca Alkitab dalam satu hari? Neraka menantimu jika engkau kurang jahat baca Alkitab”. Lalu orang tanya “pak pendeta, pemerintah kita sedang korup sampai triliunan, kamu ngomong apa tentang pemerintah?”, “bukan urusan saya, pendeta mengurusi hal rohani”, bobroknya gereja di situ, tidak meng-address problem sosial yag real. Alkitab mengatakan perbuatan baik, perbuatan baik itu apa? Engkau memanusiakan sesamamu.