Itu sebabnya Paulus mengatakan “waktu kamu hamba dosa, kamu bebas dari kebenaran”, ingat tadi motif dosa dan kebenaran bertengkar, berperang, sekarang hilang dalam Paulus. Paulus sedang tidak mengatakan “ada dosa dan kebenaran berperang, kamu cuma korban”, ini sama dengan pepatah “dua gajah bertarung, pelanduk mati di tengahnya”, kamulah pelanduk. Paulus tidak mengatakan itu. Paulus mengatakan “kamu dulu adalah hamba dosa, sekarang kamu harus kembali. Kamu dulu bebas dari kebenaran, sekarang kamu harus kembali ke kebenaran”. Ada treatment yang menarik di sini, ada penjelasan yang menarik tentang perang kosmos, tentang gelap dan terang, tentang baik dan jahat yang sedang berperang. Paulus tidak tertarik mengatakan “kamu harus tahu problem besar ini”, dan kita tinggal tunggu siapa yang menang, nanti siapa yang menang kita berbagian di situ. Paulus sedang mengatakan problem paling besar adalah perjanjian dengan Tuhan dilanggar. Siapa yang melanggar? Engkau. Jadi keunikan dari Paulus adalah dia mengatakan kamu di dalam Adam bersalah, bukan kamu di dalam setan. Sekarang kalau Saudara mau urutkan, Saudara berdosa karena apa, akhirnya kita bicara tentang metafisik, ada baik dan jahat sedang bertengkar, kita cuma korban, we are merely victim. Bukankah ini yang merusak banyak orang “saya cuma korban, makanya saya brengsek, saya rusak”. Alkitab tidak tertarik untuk memberikan penjelasan tentang siapa yang pertama bersalah, isu awal di mana, yang punya dosa mula-mula siapa. Alkitab tidak tertarik untuk memberikan penjelasan dan seharusnya kita tidak terlalu tertarik dan berspekulasi. Karena kalau kita tertarik untuk berspekulasi “kejahatan ini dari mana asalnya?”, kita kehilangan fokus yaitu diriku yang jahat ini mau diapakan. Jadi mari berhenti menyalahkan lingkungan, apa problemnya? Paulus mengatakan yang Perjanjian Lama katakan adalah perjanjian dengan Tuhan kamu langgar. Waktu engkau mau bebas dari Tuhan, engkau bebas dari kebenaran, engkau bukan bebas untuk hidupmu sendiri. Satu kali ada satu orang bertanya “mengapa Tuhan yang baik menciptakan neraka?”, saya mengatakan “waktu Tuhan menarik semua anugerahNya, maka apa pun tempat yang tidak ada lagi anugerah, tempat itu menjadi neraka”. Maka neraka adalah tanda bahwa Tuhan sudah tarik semuanya. Tuhan tidak lagi tertarik untuk memberikan berkat, dan ini sama dengan Tuhan melimpahkan murkaNya. Jadi pengertian ini harus kita pahami, Tuhan adalah segalanya, roh jahat itu nothing. Kita bertanggung jawab untuk mengikat perjanjian dan menyadari ada Allah yang kepadanya saya harus tunduk, yang kepadanya saya harus setia, ada Allah yang mengasihi saya yang harus saya kasihi. Itu sebabnya cara keluar dari kacau, bukan dengan cara membuat kesalahan dari kacau itu ada pada setan, tapi dengan cara menyadari bahwa kekacauan adalah bagian yang akan kita lewati kalau kita setia akan perjanjian dengan Tuhan.
Itu sebabnya di Perjanjian Lama, cara lepas dari hidup kacau itu bukan membangun kota. Ini menarik, di dalam dunia kuno, sampai sekarang masih, cara untuk lepas dari keadaan kacau adalah dengan membangun kota. Kota-kota akan dibangun dengan membuat benteng, orang-orang yang hidup di dalamnya akan hidup dengan tenteram. Kalau ada serangan, mereka akan sedikit lebih aman dari pada yang di luar benteng, karena benteng akan melindungi mereka. Di sebuah kota akan ada ekonomi yang lebih teratur, akan ada sistem masyarakat yang lebih terjamin dan akan ada pangeran atau raja yang melindungi kota itu dengan tentaranya. Jadi cara hidup yang baik adalah dengan membangun kota, ini pengertian dari Timur Dekat Kuno. Tapi kalau Saudara baca Kitab Suci, yang membuat kota itu bukan umat Tuhan. Orang pertama yang membangun kota adalah Kain, bukan Set. Set tidak membangun kota, yang membangun kota adalah Kain. Lalu kalau kita lihat kota yang paling megah, yang pertama didirikan oleh manusia yang memberontak kepada Tuhan yaitu Babel. Ketika Israel keluar dari Mesir, mereka tidak punya kota, mereka tinggal di padang gurun selama 40 tahun. Jadi heran sekali, cara untuk lepas dari kekacauan yang dipahami oleh orang zaman dulu adalah dengan membangun kota. Tapi Tuhan tidak memerintahkan umatNya untuk membangun kota. Karena bagi Tuhan, Tuhan mau ajarkan kepada umatNya, cara untuk lepas dari kacau adalah setia kepada perjanjian dengan Tuhan. Dunia mencoba tangani chaos, kekacauan dengan budaya, kekayaan, pengetahuan, dengan segala hal. Tapi Alkitab mengatakan kalau kacau itu ditangani dengan anugerah Tuhan maka satu-satunya cara untuk keluar adalah perjanjian dengan Tuhan. Bukan membangung kota tapi perjanjian dengan Tuhan. Maka di dalam Kitab Suci, Kain membangun kota, sedang Set tidak. Orang Babel membangun kota, Abraham tidak. Abraham tidak punya kota, dia tinggal di kemah, dia berjalan keliling di kemah. Lalu Alkitab membahas kota-kota di Kanaan justru penuh dengan kerusakan. Lot tidak pernah mau hidup terus-menerus seperti ini, hidup tinggal di kemah terus, keliling-keliling. Dan Lot memilih Sodom dan Gomora, ini pilihan yang sangat buruk. Maka apa yang dikatakan oleh Alkitab adalah kalau kamu mau hidup lepas dari segala kekacauan, kembali kepada perjanjian dengan Tuhan. Paulus mengatakan kacau itu adalah keinginanmu, itu bukan urusan yang akan membuat engkau baik kembali kalau itu semua sudah baik. Masalah utamanya adalah kamu sedang bebas dari kebenaran. Ini yang Paulus katakan di dalam ayat 20, “waktu kamu bebas dari dosa, kamu hamba kebenaran. Waktu kamu serahkan dirimu untuk menjalankan apa yang dirimu pikir penting untuk dirimu sendiri dan kamu tidak punya gairah, ketertarikan untuk menyembah Tuhan. Engkau tidak pernah berpikir untuk menjadikan dirimu sebagai penyembah yang sejati, maka engkau akan kacau terus, engkau akan bebas dari kebenaran. Yang membuat benar hanya Tuhan. Sayang sekali banyak orang merasa tidak perlu Tuhan karena mereka mendefinisikan hidupnya berdasarkan cara dunia mendefinisikan hidup. Kalau hidup di kota, berarti itu sudah baik. Saya sangat senang menganalisa kehidupan yang terlalu nikmat karena banyak harta seringkali membuat orang sulit sekali memahami nikmatnya Tuhan. Jadi problemnya ada di dalam diri kita, kita salah mendefinisikan apa itu baik, sehingga kita tidak sadar bahwa kekacauan dan kebaikan itu tidak ditentukan oleh keadaan lingkungan kita, keuangan, kesejahteraan, atau apa pun yang menjamin hidup kita. Kekacauan adalah karena tidak ada perjanjian dengan Tuhan. Dan kebaikan adalah ketika perjanjian dengan Tuhan diperbarui. Mengapa bisa begitu? Karena Allah adalah Pemilik segala sesuatu. Dia yang memberikan segalanya untuk kita, Dia memberikan kepada kita segalanya, topangan, ciptaanNya, Dia berikan di dalam kerelaan untuk mengasihi. Tuhan rela memberi, segala sesuatu dari Dia, Dia yang baik, Dia yang penuh cinta kasih, dan kasihNya ditunjukan dengan rela memberikan diriNya. Memberikan diriNya di dalam pemeliharaan, memberikan diriNya di dalam keselamatan, memberikan diriNya dalam segala hal. Maka kita sebenarnya tidak akan lepas dari kacau kalau kita tidak mengerti Tuhan bagi kita. Dan kalau kita tidak mengerti apa itu nikmatnya mencintai Tuhan, apakah saya mencintai Tuhan? Jika iya, berarti saya menikmati hidup. Apakah saya bisa mencintai Tuhan? Bisa, kalau saya tahu berapa besar Tuhan mencintai saya, ini perjanjian. Dan perjanjian itulah yang membuat kita hidup dalam kebenaran, bukan keadaan yang lepas dari kekacauan. Perjanjian itu membuat kita hidup dalam kebenaran.