Apa yang Ayub serukan? Keadilan. Tuhan tidak boleh membuat orang benar menderita, kalau Tuhan membuat orang benar menderita berarti hukuman dan berkat itu seperti bercampur. Kalau penderitaan adalah nasibnya orang benar, untuk apa dibenarkan? Apakah Tuhan memang menciptakan ciptaan untuk adanya kekacauan atau bagaimana? Di balik latar belakang pemikiran Ayub ada chaos dan damai sejahtera, yang mana milik umat Tuhan? Damai sejahtera, bukan kekacauan. Mengapa sekarang kita kacau? Saudara tidak bisa mengatakan keadaan Ayub itu keadaan damai sejahtera, baik, teratur, tidak. Maka Ayub mulai bertanya “apakah ini keteraturan?”, “bukan, ini kacau”, “mengapa saya mendapatkan kekacauan dan bukan damai sejahtera? Ini yang dia tanyakan. Lalu siapa yang menjawab? Teman-teman Ayub yang teologinya textbook, “Carilah mungkin kamu pernah berdosa terhadap istrimu, temanmu, binatang peliharaanmu?”, “Tidak. Apa yang Tuhan perintahkan, aku menaatinya”, kalau begitu karena apa? Akhirnya Tuhan yang menjawab. Tuhan tidak mengatakan dalam jawabannya “teman-teman Ayub, kalian memang hebat. Ayub tidak mengerti dosanya, untung ada kalian”. Tapi Tuhan mengatakan “minta Ayub doakan kamu”. Kalau Saudara menjadi teman-teman Ayub, bisa syok, Ayub harusnya fasik makanya kacau, mengapa Ayub sekarang kacau masih tidak mengaku dosa, kalau begitu dia perlu KKR. Tapi Tuhan mengatakan “tidak, kamu yang perlu ikut KKR”. Tuhan mengatakan “Ayub, apakah kamu mau mendoakan teman-temanmu?”, “iya Tuhan, saya doakan mereka”, maka Tuhan pulihkan teman-temannya. Pergumulan Ayub adalah pergumulan yang dijawab sendiri oleh Tuhan. Dan saya pernah bagikan apa yang Tuhan jawab kepada Ayub. Tuhan menjawab “coba lihat langit”, kita sekarang tidak mengerti mengapa lihat langit itu menjadi solusi. Tapi pada zaman Ayub melihat langit itu berarti melihat bintang-bintang pada malam hari. Tuhan tidak menyuruh Ayub untuk lihat langit pada siang hari. Waktu malam hari dia melihat bintang-bintang yang bertaburan begitu banyak. Seluruh langit penuh bintang dan bintang itu teratur bagi mata yang mengerti. Bagi yang tidak mengerti pokoknya bintang ada banyak, selesai. Tapi bagi pelaut-pelaut yang perlu navigasi, mereka lihat langit dan mereka tahu kalau rasi bintang ini ada di sebelah kiri kita dan kita pertahankan dia terus ada di sebelah kiri, kita akan sampai ke utara. Kalau rasi bintang ini ada di sebelah kanan kita, kita pertahankan dia terus ada di sebelah kanan, kita akan sampai ke selatan, misalnya. Jadi langit itu stabil, inilah GPSnya para pelaut dulu. Lihat langit langsung tahu mereka mau kemana, berarti langit stabil. Ini yang Tuhan mau katakan kepada Ayub, coba lihat langit, chaos atau teratur? Bagi mata yang tidak terlatih, itu chaos, tidak mengerti pokoknya bintang bertaburan tidak beraturan. Tapi bagi orang yang mengerti, mereka tahu rasi bintang apa berada dimana. Maka Tuhan bertanya kepada Ayub “menurutmu Aku Allah yang kacau atau teratur?”, Ayub mengatakan “kalau lihat hidup saya, kacau. Kalau saya melihat hidup saya, sepertinya prinsip-prinsip yang harusnya dijalankan seperti diterabas semuanya. Saya orang benar tapi hidupnya kacau, jadi saya juga ingin bertanya apakah Engkau Allah yang teratur atau kacau? Kalau Engkau Allah yang teratur, mengapa saya orang yang benar ini hidupnya kacau?”. Tapi Tuhan mengatakan kepada Ayub “lihat ke langit, setelah engkau melihat ke langit, engkau melihat kacau atau teratur?”, Ayub bilang “teratur”. “Waktu engkau melihat binatang yang Aku pelihara, engkau melihat kacau atau teratur?”, Tuhan mengatakan “lihatlah Behemot, lihatlah Leviatan”. Kalau Saudara tahu Behemot dan Leviatan ini binatang mitos, tidak ada yang benar. Ada yang mengatakan ini sebenarnya sedang membicarakan dinosaurus, jadi Tuhan mengatakan kepada Ayub “lihatlah t-rex, lihatlah diplodocus”, ini bukan membicarakan dinosaurus. Tapi yang Tuhan maksudkan adalah binatang apa yang paling tidak kamu kuasai, itu maksudnya Leviatan dan Behemot. Tentu beda-beda, Saudara mungkin belum pernah bertemu dengan binatang mengerikan, tapi mungkin Saudara pernah bertemu dengan anjing liar. Lalu Saudara dikejar anjing, Saudara tidak bisa menyuruh dia diam. Apa maksudnya Leviatan dan Behemot? Ini adalah contoh, maksud Tuhan “binatang apa yang kamu sulit jinakkan? Tahu tidak mengapa dia masih ada sampai sekarang? Karena Aku yang pelihara”. Ada banyak contoh binatang, di dalam Kitab Ayub salah satunya adalah seekor burung yang setelah bertelur, dia tinggalkan telurnya. Setelah bertelur ditinggalkan begitu saja, lalu panas matahari yang kena ke pasir itu yang membuat telur itu menetas. Setelah telurnya menetas, anak dari burung ini cari makan sendiri, hidup sendiri. Manusia tidak mungkin seperti itu. Tuhan mau memberi tahu ke Ayub bahkan yang kelihatan liar pun Tuhan pelihara. Jadi bintang-bintang teratur atau kacau? Ayub mengatakan “teratur”, binatang-binatang teratur atau kacau? “ada sisi teraturnya”. Lalu bagaimana dengan hidupmu? Ini yang menjadi pertanyaan, bagaimana hidup Ayub? Apakah boleh dibilang teratur? Ayub agak sulit menjawab itu. Tapi karena bukti Allah begitu baik, Ayub pun menarik kata-katanya, ini orang bijak. Orang bijak adalah orang yang tidak berpusat pada pengetahuan sendiri, tapi berpusat pada apa yang secara objektif dipamerkan, “saya satu orang di tengah seluruh alam yang teratur. Kalau seluruh alam teratur, saya tidak punya alasan mengklaim Tuhan itu tidak teratur”, ini cara berpikir yang tidak diketahui oleh orang modern karena orang modern sangat individual. Charles Taylor mengatakan problem dari zaman modern adalah orang-orang mengalami apa yang expresive individualism, individu ada untuk mengekspresikan diri, “diriku adalah standar, pokoknya apa yang aku suka itu yang aku suka, apa yang aku share itu yang aku share”. Pengajar dari MIT yang bernama Sherry Turkle mengatakan dulu Descartes mengatakan “I think therefore I am, saya ragu maka saya ada”, zaman sekarang adalah “I share therefore I am, saya share di IG, Twitter dan lain-lain, baru saya ada”, ini zaman sekarang. Maka kita sulit mengerti apa yang Ayub pahami, kalau Tuhan sudah buktikan yang lebih besar bisa teratur, maka Ayub tutup mulut dan mengatakan “saya tidak akan komplain lagi, sekarang saya tahu kesalahan saya ada di mana”. Banyak orang tidak mengerti mengapa Tuhan memamerkan langit membuat Ayub tenang? Karena Ayub adalah orang yang reasonable, dia bukan orang yang mematikan pikiran pakai kata “pokoknya”. Kalau Ayub seperti itu maka tidak akan ada bukunya. “Pokoknya, pokoknya, pokoknya”, nanti pasal terakhir dari Kitab Ayub banyak pokoknya. Ayub tidak begitu. Saya harap kita juga tidak seperti itu. Banyak orang sulit sekali diajak bicara dan tukar pikiran, karena mereka tidak punya pikiran untuk ditukar. Setiap kali bicara selalu memakai “Pokoknya salah, saya yang benar.” Ayub tidak begitu. Waktu Tuhan mengatakan “lihat langit teratur atau tidak? Lihat binatang teratur atau tidak? “Jadi siapa yang membuat teratur?”, “Tuhan”, “jadi saya teratur atau kacau?”, “teratur”, selesai, indah sekali.

Lalu masih ada pertanyaan kalau semua teratur, apakah berarti penderitaan itu wajar? Inilah pertanyaan yang belum terjawab, apakah penderitaan dan keadaan sulit itu wajar? Itu tidak terjawab di dalam Kitab Ayub. Tapi Kitab Ayub memberikan satu bidang yang nanti Paulus akan tangani di dalam Roma 8, yaitu ada order, keteraturan, ada chaos, kekacauan, tapi dua opsi ini bukan total opsi, ada opsi yang lain. Opsi lain itu apa? Ini yang Calvin katakan sebagai kehendak Allah yang lain dan asing. Ini adalah kehendak yang tidak bisa kita pahami dan misteri bagi kita. Jeremy Begbie memperkenalkan ada order, ada chaos, ada juga yang namanya non-order. Non-order berarti kita tidak bisa lihat ini teratur, tapi bukan chaos. Ini menurut Begbie adalah salah satu cara untuk memahami musik. Saudara kalau main piano, ada metronom untuk Saudara bisa mengikuti tempo, tapi metronom itu harus diikuti tapi dilawan, ini pengertian non-order. Harus ada tempo tapi bukan diikat tempo. Maka kalau Saudara menyanyi kadang-kadang ada yang lebih lambat sedikit, kadang-kadang ada yang lebih keras sedikit, pelan sedikit, itu tidak diatur di sini. Tujuannya adalah karena musik bukan mekanik, tapi musik tidak boleh kacau. Kalau begitu ini apa? Begbie mengatakan non-order. Berarti ini tidak ada order? Bukan, bukan non-order dalam pengertian tidak ada keteraturan, tapi non-order dalam pengertian order tidak bisa mengikat ini. Berarti ini chaos, kacau balau? Bukan kacau-balau. Begbie mengatakan dalam konsep Tritunggal, mengapa orang terus menjelaskan bagaimana mengerti Tritunggal. Tapi kalau Saudara mendengarkan musik, Saudara langsung mengalami kelimpahan, keberagaman sekaligus kesatuan. Demikian juga dalam pemahaman non-order, kalau main piano ada perasaan yang penting untuk Saudara tekankan, kadang-kadang ada bagian yang Saudara mau tekankan, kalau ada pengulangan, Saudara ingin pengulangan itu ada variasi. Sesuatu yang sangat indah ketika Saudara memekspresikan main musik. Ini yang dipahami oleh orang postmodern “order tidak bisa menampung emosi saya, maka chaos yang bisa”, ini kacau. Maka sekarang bisa melihat lukisan yang kacau bukan main. Karena kalau seni hanya bisa ditangkap lewat order, tidak ada seni, yang ada adalah midi. Kalau seni diekspresikan lewat chaos, tidak ada seni, yang ada adalah kekacauan. Sama, kalau teologi dipahami lewat order, tidak ada teologi, yang ada adalah mekanik. Kalau teologi dipahami lewat chaos, tidak ada teologi, yang ada adalah kekacauan. Dan Ayub bertanya “kalau begitu hidup saya kacau atau order, karena bukan order”, Tuhan mengatakan “tapi juga bukan kacau”. Kalau bukan kacau dan bukan order, jadi apa? Mungkin kalau Jeremy Begbie ikut, dia akan tepuk-tepuk Ayub dan mengatakan “ini namanya non-order”. Ada sesuatu yang tidak bisa diikat oleh order dan tidak bisa direpresentasikan oleh chaos. Dan Paulus mengatakan di dalam ayat-ayat ini, Kekristenan adalah non-order, Kekristenan tidak bisa diekspresikan lewat keteraturan mekanistik. Tapi Kekristenan juga tidak bisa diekspresikan lewat chaos.

« 3 of 4 »