Tapi masuk dalam kebudayaan modern, kematian disingkirkan. Sekarang Saudara coba pikir berapa banyak kebudayaan kita memikirkan tentang kematian? Tidak terlalu banyak. Kematian jarang disoroti, sekarang orang menyoroti kesenangan yang dibuat-buat. Coba lihat Instagram artis, penuh dengan kebahagiaan hidup, lagi pesiar ke sini, lagi di pantai ini, lagi di puncak menara di negara Eropa yang mahal sekali untuk didatangi. “Kami tinggal di hotel yang sangat mahal. Lihat mobil kami yang bagus. Lihat sepatu kami yang bagus,” Terus membanggakan kesenangan hidup. Tetapi sedikit yang menyadari bahwa budaya agung adalah budaya yang menurunkan kematian. Maka Kierkegaard mengingatkan bahwa manusia itu punya semacam sickness unto death, kesakitan menuju kematian, kemuakan terhadap kematian. Tidak terlalu suka kematian, tapi somehow kematian adalah tema sangat banyak porsinya dalam pembangunan kebudayaan. Itu sebabnya Kierkegaard mempunyai pikiran siapa yang mengerti mati, dia mengerti budaya bagus. Asalkan dia mengerti mati dengan cara benar.
Siapa yang paling mengerti mati dengan cara benar? Hanya orang Kristen. Mana ada orang punya agama yang konsep kematiannya agung? Konsep kematian Kristen. Di dalam pemikiran orang Kristen, “Mati adalah mati yang agung. Jika saya mati bersama Kristus.” Yesus mengatakan bahwa, “Lazarus sudah mati, tapi Aku akan membangkitkanmya.” Lalu murid-murid mengatakan, “Mari kita ikut Yesus supaya kita mati bersama Dia.” Ini konsep Kristen, mati agung karena saya mati bersama Kristus. “I am one with Christ, saya satu dengan Kristus, maka saya mati di dalam Dia dan saya bangkit di dalam Dia. Kristus adalah wakilku dan apa yang aku alami aku alami bersama Dia,” Ini menguatkan banyak orang Kristen. Kamu berjalan di dalam hidup, kamu berjalan bersama Dia. Kamu mati pun kamu mati bersama Dia. Tidak ada kalimat yang lebih melegakan dari pada kalimat yang mengatakan di dalam Mazmur 23 bahwa, “Di dalam lembah kematian aku tahu Engkau beserta. Ketika aku berjalan dalam lembah kekelaman Engkau besertaku.” Ini Mazmur yang sangat indah. Bagaimana Kristus menjadi teman engkau berjalan dalam kematian? Dengan Dia buka jalan. Maka, salib Kristus memberikan kemungkinan untuk Saudara punya teman menuju kematian. Saudara tidak mengalami kematian agung, Kristus yang alami. Dan kematian agung yang dialami adalah kematian untuk membuat kita tenang. Di dalam Dia kita tenang.
Saudara, setiap kali ada orang akan dihukum mati di dalam kebudayaan di Amerika, pendeta akan datang dan membacakan Mazmur 23. Ada satu kisah pendek di mana ada satu orang pembunuh yang sudah bunuh beberapa orang, akhirnya bertobat di dalam penjara. Tapi dia sudah dijatuhi hukuman mati, tidak mungkin diubah lagi. Dia terlalu jahat dan dia harus mati. Akhirnya dia menjadi orang Kristen yang baik, dia terima hukuman matinya. Pendeta datang membacakan Mazmur 23 sebelum dia disuntik racun sampai mati. Ketika pendeta membacakan Mazmur 23, orang ini terus tunduk, kemudian pendeta itu memegang bahu dari orang yang akan dieksekusi mati dan mengatakan, “Kuatkan hatimu. Saya mengerti mengapa kamu tunduk?” Lalu orang itu angkat kepala dan mengatakan, “Tidak pak pendeta, engkau tidak mengerti mengapa saya tunduk.” Pendeta ini bertanya, “Maksudmu apa? Saya tahu kamu sedang takut,” “tidak,” “lalu, mengapa engkau tunduk?”, “karena di hadapan Kristus kita harus sujud,” jadi dia terus tunduk. Pendeta mengira dia tundukkan kepalanya karena takut mati. Orang ini mengatakan, “Saya tunduk karena di depanku ada Kristus”, pendeta ini kaget, “Kamu punya iman yang kuat.” Iman ini hanya dimiliki oleh orang yang mau mati. “Waktu engkau berjalan di dalam kematian, kamu tahu Yesus memimpin,” ini menyukakan saya. “Hari ini saya membacakan kamu Mazmur 23, dan kamu mengkhotbahkan maknanya kepada saya”, ini bagus.
Jadi, siapa Kristus? Dia yang sudah lebih dulu mati dan membuka jalan bagi kita untuk mengalami kematian baik. Dan inilah yang Paulus katakan, Dia mati di kayu salib sebagai Imam, fokus kita ke salib, fokus kita ke hal paling hina. Tapi sadar, “Akulah yang ada di situ, akulah yang hina itu. Salib adalah tempatku dan sekarang ada Kristus di situ. Berarti ketika aku akan mengalami kematian paling sadis seperti salib sekalipun, aku menemukan ada Kristus di situ.” Dan inilah sebabnya Paulus mengatakan Kristus diagungkan karena Dia rela merendah. Dia ditinggikan karena Dia rela mati. Dan jangan lupa kalimat di awal, Paulus mengatakan, “Biarlah kamu punya pikiran dan perasaan mirip Kristus,” yaitu pikiran dan perasaan mau menjadi berkat, bahkan kalau itu berarti saya harus dihina. Mau menjadi berkat, bahkan kalau itu berarti saya harus kehilangan nyawa. Biar kita punya hidup yang agung mirip Kristus. Sehingga kita punya kematian yang sangat dekat dengan Kristus. Kematian agung yang hanya Kristus miliki. Dari situ Saudara akan sadar kematian akan Saudara jalani bersama dengan Kristus. Dan setelah itu kebangkitan akan Saudara nikmati juga bersama dengan Kristus. Siapa yang satu dengan Kristus dalam kematian, dia juga akan satu dengan Kristus di dalam kebangkitan-Nya. Inilah yang Paulus katakan tentang keagungan salib.
(Ringkasan ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)