Maka, Paulus sudah mengatakan hal yang akan merombak sejarah, “Kamu tahu di dalam tradisi Romawi, kematian di atas kayu salib itu hina bukan main.” Tapi Filipi 1 adalah gambaran lagu kemuliaan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama menaruh pikiran dan perasaan yang juga terdapat dalam Kristus Yesus.” Lalu, dia mulai kalimat-kalimat agung tentang Kristus di dalam Filipi 2. Salah satu bagian paling agung di seluruh Alkitab tentang perendahan diri Kristus. Paulus mengatakan, “Yang walaupun dalam morphe Allah,” Morphe, rupa kemuliaan Allah, “Tidak menganggap rupa Allah itu atau pernyataan kemuliaan sebagai milik yang harus dipertahankan. Melainkan Ia mengosongkan diri-Nya, mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” Paulus menggunakan salib sebagai puncak dari kemuliaan Kristus merendahkan diri. Ini paradoks sekali, kamu pikir jadi hamba itu rendah, saya beritahu, jadi hamba yang mati di kayu salib itu paling rendah. Tapi saya mau balikan pikiranmu, sekarang saya mau kamu balikan yang mau pertahankan posisi tinggi itu rendah, yang rela jadi rendah itu tinggi. Yang rela mati dengan cara paling hina, itu paling tinggi yaitu Kristus. Jadi salib berubah makna, salib bukan lagi tanda kehinaan, menjadi tanda agung. Kristus mengubah semuanya. Dan Paulus mengatakan, “Saya mau menyanyikan, saya mau membuat sebuah puisi atau sebuah kalimat-kalimat bagus tentang Kristus, yang walaupun dalam rupa Allah rela merendah.” Dalam pikiran dunia ini berarti turun, dalam pikiran Paulus ini justru pernyataan kemuliaan lebih tinggi. Semua ilah kalah dari Kristus, bukan karena Kristus lebih kuat dari mereka, tapi karena Kristus rela lebih lemah dari mereka. Semua ilah, dewa-dewa palsu kalah dari Kristus. Mengapa? Karena Kristus rela merendah dan dewa-dewa tidak ada yang lakukan itu. Mengapa Tuhan kita lebih mulia dari berhala? Karena berhala mau tinggi, Allah kita rela merendah. Maka, Kristus diagungkan dan pengagungan paling tinggi adalah salib. Ini mau tidak mau membuat orang Romawi dan orang Filipi harus mengakui bahwa konsep berpikir mereka tentang Allah atau tentang kemuliaan mesti diubah. Injil sebenarnya selalu menantang pikiran dunia untuk berubah.
Injil menantang pikiran manusia, “Kamu berpikir begini? Pikir ulang, yang kamu pikir mungkin belum tepat. Kamu berpikir ini masih belum tepat, yang kamu pikir masih perlu dirombak lagi.” Ketika dunia mengatakan “salib paling hina” Paulus mengatakan “pikir ulang.” Mati paling agung mati jadi pahlawan, mati jadi penjahat paling rendah, Paulus mengatakan “pikir lagi.” Mengapa pikir lagi? Karena Yesus mengalami kematian paling agung dengan cara paling rendah. Mengapa begitu? Sulit sekali memetakan pikiran Paulus. Banyak orang dalam tradisi penyelidikan Perjanjian Baru mencoba memahami bagaimana pikiran Paulus itu bisa disatukan dalam satu konsep. Cara manusia, terutama di pertengahan abad 20, cara manusia untuk memahami pemikir agung adalah cari konsep utama. Tapi banyak orang di abad 21, banyak schoolers, ahli-ahli di abad 20 sadar kalau kita mau cari tahu pikiran utama dari seseorang, kadang-kadang kita malah mereduksi pikiran orang itu hanya melulu ke konsep-konsep utama. Ini jadi perdebatan. Apakah kita perlu tahu konsep utama? Tidak. Konsep utama membuat kita salah mengerti. E.P. Sanders, seorang ahli Perjanjian Baru, menafsirkan begini, “Mau memahami Paulus? Caranya jangan mereduksi dia hanya di dalam satu konsep. Tapi ada satu konsep tidak bisa tidak ada,” ini yang dia coba propose di dalam bukunya Paul and Palestinian Judaism. Dia menawarkan konsep ini harus ada dalam pikiran Paulus. Tidak tentu kita membaca Paulus hanya di dalam 1 atau 2 kerangka pikir, tapi hal ini tidak boleh tidak ada. Hal apa ini? Ini yang dia kemukakan di buku itu dan buku ini meledak sekali di tahun 70-an. Jadi salah satu buku paling penting di dalam studi Perjanjian Baru. Tentu kita tidak harus setuju dengan apa yang dia katakan. Tapi apa yang dia argumenkan tentang konsep satu ini sangat penting. Dia mengatakan Paulus sering memakai bahasa partisipatif, partisipasi di dalam Kristus. Mengapa Kristus agung? Kalau dibaca dengan bahasa partisipasi, partisipasi berarti keterlibatan. Mengapa Dia agung? Karena Dia terlibat dengan kita. Mengapa Dia rela merendahkan diri dan dianggap agung? Karena perendahan diri itu membuat Dia rela terlibat di dalam hidupmu. Berarti yang membuat Kristus mulia adalah kerelaan untuk berpartisipasi ke dalam kehidupan kita. Ini sebenarnya tema reformasi. Sanders melakukan sesuatu yang luar biasa di dalam studi Perjanjian Baru. Tapi orang mengatakan, “Sepertinya ini sudah dipikirkan oleh Martin Luther.” Dan ini merupakan sesuatu yang ironis karena Sanders banyak kritik Luther, tapi tanpa sadar dia menafsirkan Paulus mirip dengan Luther menafsirkan Paulus.