Kata kalos atau baik ini juga Yesus pakai waktu Dia menyebut diri-Nya Gembala yang baik, di dalam injil Yohanes 10, “Akulah Gembala yang baik,” kata baik pakai kata kalos. Lalu Yesus melanjutkan dengan mengatakan “gembala yang baik” kalos, “Memberikan nyawanya bagi domba-dombanya.” Yesus menyiapkan murid-murid dengan pengertian bahwa Dia akan mengalami good death, kematian yang baik. Mengapa Yesus punya kematian yang baik? Karena Dia bukan tanpa sengaja ditangkap, karena Dia bukan kelompok orang yang terdesak lalu mati. Kalau Dia terdesak dan mati, itu namanya normal death, kematian wajar. Mengapa dia mati? Karena dia kalah perang. Lalu setelah kalah perang, apa yang terjadi? Dia ditangkap, setelah ditangkap? Dia dimatikan. Jadi Dia mengatakan Dia akan mengalami kematian yang baik karena Dia Gembala. Apa yang membuat Engkau menyebut diri-Mu Gembala yang baik? Karena Aku memberikan nyawa-Ku bagi domba-dombaku, inilah yang membuat Yesus disebut Gembala yang baik. Maka dalam pengertian orang Yunani ada 2 jenis kematian, kematian normal ini kebanyakan orang akan alami. Semua akan mengalami kematian normal, biasa-biasa. Orang biasa akan dapat akhir yang biasa. Orang agung mengharapkan akhir yang agung. Saya tidak tahu berapa banyak kita dipengaruhi oleh keinginan untuk menjadi manusia yang agung. Saudara banyak dipengaruhi oleh konsep-konsep mempertahankan diri, mengamankan diri, Saudara akan menjadi orang biasa-biasa. Tapi Saudara dipengaruhi dengan konsep mau jadi orang yang agung, mau jadi orang yang berguna bagi orang lain, mau jadi orang yang habiskan hari-hari hidup untuk membuat orang lain mendapatkan kebahagiaan, maka Saudara orang yang agung. Tapi, orang yang cuma diberikan insting membela diri, insting mengamankan diri, dia bukan orang agung. “Mengapa kamu hidup?” “Supaya bertahan hidup?” “Mengapa kerja?” “Supaya bertahan hidup?” “Mengapa cari uang?” “Supaya keluargaku aman.” Mengapa terus cari hal-hal yang cuma perhatikan aman? Aman mati, tidak ada gunanya. Maka orang biasa sebenarnya dihina di dalam tradisi Yunani dan Romawi. Mengapa dihina? Karena tidak mau kejar kematian yang bagus. Cuma mau kejar mempertahankan diri dari mati.

Aman tidak mencegah engkau dari mati. Saudara hidup aman tetap akan mati. Saudara hidup dengan penuh resiko, tetap bisa mati. Saudara tidak bisa menghindarkan diri dari kematian. Maka daripada pikir aman, coba pikir jadi berkat. Daripada pikir kerdil untuk diri saya senang, diri tenang, diri aman, cari cara supaya engkau jadi orang agung. Ini budaya Yunani. Kita mengklaim budaya Alkitab lebih tinggi dari pada budaya Yunani. Tapi paling tidak saya mau tanya, kalau benar budaya Alkitab lebih tinggi, apakah levelnya lebih tinggi dari perkataan yang saya baru katakan tadi? Orang Yunani ingin menjadi agung, mereka ingin jalani hidup dengan agung, maka mereka jalani budaya bagus sekali. Kalau mau membuat hasil seni, buat hasil seni yang timeless. Sehingga orang tidak melupakan, sekali lihat karya karyanya, terngiang-ngiang sampai beberapa generasi, ini konsep mereka. Orang Kristen mengatakan, “Kami lebih agung.” Apanya yang agung? Jika kita beriman kepada Kristus tapi enggan hidup mirip Kristus, kita cuma punya konsep yang agung tapi bukan hidup yang agung. Maka bagi orang Yunani, pertama kematian biasa, semua orang biasa akan dapat. Berbahagia? Tidak, karena kamu buang hidup sebagai manusia. Manusia harusnya lebih dari sekedar hidup, manusia harusnya punya unsur keabadian di dalam dirinya, ini dari Pengkhotbah, bukan dari Yunani. Harusnya manusia hidup dengan satu keinginan bahwa yang dia kerjakan di dalam hidup akan bertahan meskipun dia sudah mati. Kalau Saudara mengatakan,  “Sudahlah, yang penting aman aman aman, mati habis.” Sebenarnya tidak ada manusia senang di sini, tapi kita ditipu. Ditipu dengan kondisi cari aman. “Saya mau belajar kerjakan sesuatu, saya mau belajar hasilkan sesuati. Saya menolak didikte oleh keadaan,” ini baru orang. Manusia dari awal hidup di dunia mempunyai keharusan kerja keras mengalahkan yang alamiah. Tapi heran, makin aman insting ini makin hilang. Sekarang banyak orang makin aman, makin tidak punya daya juang. Maka waktu manusia jadi manusia, dia menolak untuk dibatasi oleh lingkungannya. Alam ada untuk ditaklukkan oleh manusia. Bukan manusia ada untuk pasrah sama alam. Banyak generasi yang lahir dari keluarga mapan, sangat pasif, ini kesedihan yang bahaya, masa depan dari gereja Tuhan jadi apa? Jika sudah ada kemapanan, manusia berhenti untuk mengalahkan alam. Orang Yunani sudah punya konsep seperti ini, semua kebanyakan manusia akan menghancurkan budaya jika dia menolak untuk menjadi orang yang hilang aman demi rombak sesuatu menjadi lebih baik. Ada kematian normal, ini untuk orang-orang biasa, yang tidak punya cita-cita kerjakan hal yang baik, yang tidak punya keberanian menerobos hal yang normal dan umum.

Selanjutnya yang kedua, kematian yang baik (kalos thanatos) kematian agung yaitu orang-orang yang sampai mati berjuang bagi orang lain. Orang-orang yang berikan hidup bagi orang lain, orang-orang yang dedikasinya bukan ke diri, dedikasinya bukan ke keluarga, dedikasinya bukan ke kepentingannya, dedikasinya ke semua orang di kota. “Saya mati-matian lindungi kota ini, saya mati bagi kota ini.” Siapa bisa mengalami kalos thanatos, siapa bisa mengalami kematian yang baik? Yang paling mungkin adalah pemimpin. Maka bagi orang Yunani menjadi pemimpin berarti one step closer to be a hero. Kamu sudah begitu dekat menjadi orang agung karena sudah jadi pemimpin. Maka menjadi pemimpin tidak tentu agung bagi orang Yunani. Kamu sudah jadi pemimpin, belum agung, kecuali kamu berani ambil langkah merugikan dirimu demi memajukan kotamu, ini baru pemimpin. Maka siapa bisa mengalami kematian bagus? Pemimpin. Siapa lagi? Tentara, apa yang dilakukan tentara? Tentara memberikan nyawanya dalam perang supaya kotanya aman.

Lalu ada yang ketiga, yang tidak masuk hitungan, yaitu kematian yang hina, kematian karena ketangkap jahat, kematian karena nakal, kematian karena korupsi, kematian karena berkhianat. Ada orang berkhianat, ditangkap, lalu dijatuhi hukuman mati. Setelah dia mati, dia tidak layak dapat penguburan karena ini orang hina. Di dalam kebudayaan orang-orang utara Viking mereka punya kebiasaan kalau ada orang berkhianat, tidak mau ikut perang, sampai dia mati jangan berikan kuburan yang layak. Taruh dia di kuburan umum, kuburan massal untuk orang-orang yang layaknya dihina, ini keadaan yang sangat ditakuti. Maka mereka berani sekali, “Kami mau berani hidup supaya nanti mati tidak dikubur di tempat hina. Kalau kami mati di kubur di tempat hina, keturunan kami akan terus hina kami.” Jadi mereka punya niat untuk punya kematian yang baik. Ini budaya-budaya baik dari Yunani maupun North di dalam hal menghadapi kematian.

Bagaimana dengan Kristus? Kalau di dalam pengertian orang Yunani, yang juga dipahami oleh orang Romawi, kematian Yesus di kayu salib adalah kematian hina. Ini bukan kematian normal. Kalau normal mengapa mati di kayu salib? Kayu salib adalah tanda bahwa orang itu tidak layak dapat penguburan yang baik, karena dia orang hina, ini penjahat. Mengapa Yesus mati di kayu salib justru ditekankan oleh Paulus? Karena Paulus mengatakan kematian Kristus mengalahkan semua jenis kematian yang lain. Seluruh kematian tidak ada yang seagung, se-noble, sebaik Kristus. Mengapa demikian? Karena Kristus rela alami kondisi hina ini. Ini membuat kita makin merenung lagi tentang tema kematian yang Paulus tawarkan di dalam Surat Filipi. Mengapa Kristus mati? Karena Dia rela memperhamba diri. Dia mengalami kematian baik atau buruk? Baik, karena Dia menyerahkan dirinya untuk yang lain. Tapi mengapa ada unsur salib? Mengapa mesti disalib? Mengapa Dia tidak menunggu kematian dengan cara yang agung, seperti misalnya perang atau kondisi lain yang membuat Dia kelihatan agung kematian-Nya? Sehingga ketika Dia dimakamkan, orang banyak berdatangan menangisi Dia dan mengatakan, “Inilah pahlawan kami. Kematian pahlawan sekarang kami miliki. Ada pahlawan yang kami berduka karena Dia sudah hilang.” Di dalam tradisi musik klasik, pemakaman, funeral march, ini banyak sekali diciptakan untuk menjadi pengiring orang masuk ke dalam kematiannya. Mengapa banyak lagu untuk pemakaman dibuat? Karena ada orang agung mati. Ada banyak lagu tentang salib Kristus. Kematian Kristus dihargai manusia jauh lebih tinggi dari manusia di dalam sejarah menghargai pahlawan mana pun. Tidak ada pahlawan bisa setara dengan Kristus. Kematian Kristus dinyanyikan lebih agung dari siapa pun.

« 3 of 7 »