Tidak ada budak mau jadi budak. Kalau bisa bebas, saya akan bebas, kalau bisa merdeka, saya mau merdeka. Kalau bisa lawan penindas, saya akan lawan penindas. Tema yang digembar-gemborkan di dalam Marxisme di dalam Komunisme, “kamu tahu tidak kalau kamu jadi budak, kamu tidak mungkin punya kebebasan, kamu akan ditindas, kamu disuruh kerja seharian penuh, lalu upah yang kamu terima cuma cukup untuk beli roti untuk membuat kamu kenyang. Supaya kamu kerja lagi. Jadi hidupmu itu cuma serangkaian perbudakan yang dijalankan sehari-hari. Kamu tidak punya kebebasan. Kamu tidak punya otentisitas. Hidupmu cuma budak, hidup diperas dan dimanfaatkan oleh atasan.” Mau hidup begini terus? Tidak mau! Kalau tidak mau mari berontak, lawan bosmu, lawan pemilik modal, lawan atasanmu yang jahat itu. Dia peras kamu, ambil tenagamu, cuma beri kamu uang sedikit lalu dia sendiri bisa jalan-jalan ke luar negeri. Maka mari hancurkan dia! Ini Marxis, ini komunis. Tetapi Alkitab menggambarkan yang tidak rela jadi budak, yang terpaksa jadi budak itu budak. Namun yang lebih tinggi bukan bos, yang lebih tinggi bukan orang-orang bangsawan, yang paling tinggi bahkan bukan raja. Yang paling tinggi adalah Dia yang rela ambil posisi budak karena cinta kasih. Siapa yang paksa Yesus datang ke dalam dunia? Tidak ada yang sanggup, tidak ada orang Israel bisa tuntut Dia, “Mari datang, harus jadi manusia, harus jadi Penebus kami.” Tidak ada! Mengapa Dia mau lakukan itu? Karena rela, inilah level paling tinggi menurut surat Filipi. Kamu paling tinggi kedudukannya justru karena kamu rela menjadi hina, inilah paradoks dari Injil. Di dalam kitab Injil banyak sisi paradoks dari Kitab Injil, terutama Matius. Matius banyak bagikan sisi. Matius mengatakan, “Kamu yang kehilangan nyawa, kamu akan peroleh nyawa. Kamu yang mau jadi tinggi, akan jadi rendah. Kamu yang cuma mau mulia, kamu bukan mulia. Kamu yang pertahankan hidup, kamu akan kehilangan hidup.” Ini pengertian yang sifatnya berlawanan, tetapi digambarkan di dalam satu kondisi oleh Matius. “Kamu mau jadi orang Kristen, berarti kamu hidupi paradoks, yaitu kalau kamu mau hidup, kamu mati, kalau kamu rela mati, kamu hidup.” Ini kalimat-kalimat yang perlu perenungan serius dari manusia. Mengapa Yesus berkata seperti itu, mengapa Dia mengatakan kalau kamu pertahankan nyawa, kamu akan kehilangan nyawa, kamu kehilangan nyawa, kamu pertahankan nyawa, apa artinya? Lalu apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita mati? Ini semua perlu mendapatkan tempat dalam pikiran kita. Tidak ada hal apapun yang lebih berhak mendapatkan konsentrasi pikiran kita dari pada firman Tuhan. Maka Saudara mesti pikirkan firman siang dan malam. Ciri orang benar menurut Mazmur yang pertama. Mengapa engkau disebut orang benar? Karena kami menyukai firman, kesenangan kami adalah Taurat Tuhan dan kami merenungkannya siang dan malam. Mengapa mesti direnungkan? Karena sulit, karena agung. Saudara kalau melihat segala hal yang indah dan bagus, saudara sulit mendapatkan kesenangan tanpa refleksi. Kalau melihat lukisan yang bagus, Saudara tidak bisa mengatakan, “Ah, bagus”, tapi Saudara akan lihat baik-baik lalu mulai bertanya, “Apa artinya?” Lukisan yang agung bukan lukisan yang gampang dinikmati. Lukisan yang agung adalah lukisan yang meskipun punya sisi keindahan yang besar, namun menuntut kita untuk merenungkan lebih dalam. Sehingga tanpa kita sadari, makin kita renungkan lukisan itu, makin kita merenungkan tentang hidup. Ini membuat manusia menjadi manusia yang agung, renungkan keindahan yang membuat saya makin jadi manusia yang agung. Demikian juga Kitab Suci, makin Saudara pikir, makin Saudara renungkan, makin tahu yang katanya berlawanan ternyata tidak berlawanan.
Kamu mau kehilangan nyawa, kamu justru dapat nyawamu, kamu mau pertahankan nyawamu, kamu tidak akan dapat nyawamu, kamu akan kehilangannya. Apa artinya? Ini semua perlu mendapatkan konsentrasi dan pikiran kita. Demikian juga ketika Paulus mengatakan apa itu mulia? Mulia itu berarti kamu rela rendah dengan rela, tidak ada yang paksa kamu. Tidak ada yang menyuruh kamu menjadi budak. Tidak ada yang mengancam kamu, tidak ada yang menindas, tidak ada yang suruh, tapi kamu rela menjadi hamba. Salah satu bentuk pelayanan di dalam gereja itu sebenarnya bentuk pelayanan menjadi hamba. Saudara yang melayani di gereja, bukan orang yang punya status rendah. Banyak orang jadi pelayan di gereja meskipun di dunia dia bos. “Kalau di dunia saya punya banyak bawahan, saya perintah mereka. Masuk ke dalam gereja, saya menjadi penyambut atau saya menjadi seorang pelayan di dalam bidang-bidang yang ada di dalam gereja. Saya melayani, saya melakukan tindakan-tindakan pelayanan. Saya mau menjadi rendah, saya mau menjadi berkat bagi orang lain yang datang, dengan kondisi saya rendah.” Siapa yang menyuruh kamu jadi rendah? Tidak ada. Mengapa mau? Karena aku rela. Mengapa rela? Karena aku mengasihi. Jadi ekspresi kasih yang membuat orang rela menjadi rendah, ini merupakan ekspresi paling tinggi dari kemulian. Mengapa Yesus mulia? karena Dia punya ekspresi kasih melampaui siapapun di dunia. Dia mencintai lebih dari siapapun, apa buktinya Dia mencintai? Dia rela rendah, yang menggerakkan Dia inkarnasi adalah cinta kasih-Nya, yang menggerakkan Dia rela jadi manusia adalah cinta kasih, yang membuat Dia rela ke kayu salib adalah cinta kasih-Nya. Inilah pengertian mulia yang mendobrak pengertian umum dari dunia. Siapa Tuhan? Tuhan harus kita pahami dengan melihat Kristus. Apa yang kau dapat waktu lihat Kristus? Yang saya dapat waktu lihat Kristus adalah Dia yang adalah Allah rela menjadi manusia. Berarti Allah Bapa punya sifat ini, Yesus Kristus punya sifat ini, Roh kudus punya sifat ini. Allah tritunggal adalah Allah yang suka mengosongkan diri, yang suka merendahkan diri, yang suka menjadi hamba oleh karena Dia mencintai.
Bagian selanjutnya yang akan kita pelajari adalah bahwa di dalam keadaan sebagai manusia. Ayat yang ke 8, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Mengapa Paulus menekankan 2 kali di sini? Mengapa mati disebut 2 kali? Dia merendahkan diri sampai mati: Dia mau taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Lagi-lagi ini ada kaitan dengan konsep Romawi yang sangat dikagumi oleh orang Filipi. Apa itu mati? Mati selalu ada 2 jenis, yang pertama mati biasa, yang kedua mati mulia, ini 2 jenis yang masih diakui. Saudara mati di dalam 2 jenis ini, Saudara berhak mendapatkan penguburan yang layak. Engkau mati, “Mengapa mati?” karena sudah tua, sakit pasti mendapatkan penguburan yang layak dan normal. Ini namanya mati yang wajar, normal death. Tapi ada yang kedua yaitu noble death, kematian yang agung. Di dalam tradisi Yunani yang diadopsi oleh Romawi, yang nanti diambil oleh Filipi yang sebenarnya adalah wilayah Yunani. Ini membingungkan, Yunani pengaruhi Romawi, Romawi mengagumkan bagi Filipi dan Filipi ambil budaya Romawi yang sebenarnya menyontek dari Yunani. Budaya ini semuanya saling menyontek. Apa yang dipahami oleh orang Yunani adalah ada kematian yang baik, good death. Good death adalah kematian yang terjadi karena kerelaan menolong orang lain, ini pakai kata kalos thanatos, kematian yang bagus. Inilah hal yang mulia yang sangat mungkin dicapai oleh orang-orang di dalam akhir hidupnya. Ada banyak puisi di dalam tradisi Yunani yang menggambarkan tentang kematian yang agung. Ada banyak contoh yang kita dapatkan, misalnya ada seorang prajurit yang menolong seluruh kota ketika pasukan lawan mengepung kota dan berhasil mencapai satu bagian tembok, langsung dia seorang diri pertahankan mati-matian sampai orang lain bisa datang untuk amankan tembok itu. Sebelum tentara yang lain datang, dia duluan maju. Tapi kalau dia duluan maju, dia pasti mati karena yang berhasil menembus tembok itu ada ratusan tentara. Dia cuma seorang diri, tapi dia mati-matian bertahan dan akhirnya dia mati di sini. Tapi dia berikan waktu untuk tentara lain menolong sehingga pasukan yang mau menebus bisa ditahan. Setelah itu dia dimakamkan dan ada tulisan berbunyi demikian, “Oh kematian yang agung, siapakah yang berhak mengalami engkau? Siapa yang berhak melakukannya? Yaitu dia yang punya keberanian, dia yang pikirkan orang, dia yang pikirkan kotanya lebih dari dirinya, dan dialah orang itu, yang dimakamkan ini.” Tentara ini Dianggap mengalami kalos thanatos, kematian yang bagus, good death.